KMAB 33
Perjalanan Hidup
Ada Apa dengan Bu Tami?
Oleh Lusia Wijiatun
Sejak Tadi malam, Jari telunjuk Bu Tami asik menari-nari di atas keyboard laptop kesayanganya. Meski laptopnya sering sekali eror bu Tami masih sangat menyayangi laptopnya itu. Padahal ada laptop yang lain bekas anak bungsunya, masih bagus. Tapi Bu Tami lebih menyukai laptopnya itu.
Apa sih yang dikerjakan Bu Tami? Padahal kegiatan KMAB nya sudah ketinggalan banyak. Mengapa ia tidak memposting cerita-ceritanya? Apakah penyakit malasnya kambuh lagi?
Sebenarnya tidak juga, ia banyak mengejar laporan kegiatan tugas-tugasnya di sekolah dan komunitasnya. Kemudian ada saja kejadian yang bersamaan dengan menulis. Ah… alasan saja mungkin.
Apapun alasan bu Tami, kelihatannya memang ia sangat sibuk. Ia harus membuat atau mengupdate data umat melalui aplikasi BIDUK( Basis Intregrasi Data Umat Keuskupan) yang saat ini mullai di berlakukan di komunitasnya. Terkadang taka da sinyal, terkadang yang laptopnya mati tiba-tiba.
Beberapa hari ini tugas itulah yang diselesaikannya, Selain itu Bu Tami juga harus membuat laporan dana bantuan kegiatan dari kemenag. Semua dikerjakan dengan gembira. Tak apalah terlambat sedikit, hari ini Bu Tami akan mengejar ketinggalannya.
Saat ini Bu Tami hanya tinggal berdua dengan suaminya. Anak-anaknya berada di luar kota. Anak bungsu baru saja selesai wisuda, saat ini ke Jakarta. Anak kedua sudah bekerja di Kalimantan. Anak pertama di sudah menikah.
Anak pertamanya ini juga seorang guru sama dengan bu Tami. Ia mengajar di salah satu sekolah dasar swasta di daerah Jakarta Selatan. Saat ini anaknya itu sedang mempersiapkan persyaratan untuk mengikuti Pelatihan Profesi Guru.
Walaupun tidak mengajar di sekolah negeri, anaknya ini menerima dengan legowo. Memang sudah jalan hidupnya untuk mengabdi di sekolah swasta seperti ayahnya dulu.
Sebenarnya juga pernah ikut tes untuk menjadi guru negeri, malah sudah dua kali. Tapi nasib berkata lain, ia harus mengabdi sebagai guru di sekolah swasta. Semua itu pun sangat disyukuri oleh anak Bu Tami.
Lulus dalam seleksi pelatihan inipun sangat disyukuri oleh anaknya. Semoga lancarnya kegiatan pelatihannya nanti, dan semoga lulus menjadi guru bersertifikasi seperti ibunya, Bu Tami tentunya.
Bu Tami juga sangat bersyukur, anak-anak bu Tami tumbuh menjadi anak-anak yang baik. Semua sudah menyelesaiakan pendidikannya dengan baik.
Yang menjadi ganjalan bu Tami saat ini adalah, bahwa anaknya yang nomor tiga atau yang bungsu. Saat ini belum mendapatkan pekerjaan. Si Bungsu baru saja diwisuda pada bulan Mei yang lalu. Proses wisuda dilaksanakan secara on line, begitu juga kuliahnya selama ini dilaksanakan secara on line.
Setekah lulus si bungsu ke Jakarta tepatnya di Depok tinggal di rumah kakaknya, untuk mencari pekerjaan. Sudah beberapa tempat dicobanya. Namun belum berhasil. Saat ini masih dalam tahap perjuangan.
Bu Tami dan suaminya selalu memberikan motivasi melalui telepon, chat, dan video call. Semua dilakukan Bu Tami agar si bungsu selalu rajin dan bersemangat dalam mencari pekerjaan. Tak lupa Bu Tami juga menganjurkan agar anak-anaknya selalu rajin berdoa, dan berbuat amal kasih.
Semasa kecilnya bu Tami juga sering dinasehati orang tuanya. Agar selalu rajin berdoa dan berbuat baik. Tapi orang tua bu Tami telah tiada. Semoga berbahagia di Surga.
Namun ada yang mengganjal di hati bu Tami, rumah orang tuanya sekarang kosong. Tak ada yang menunggu, juga tak ada yang mengontrak. Karena kosong, rumah itu semakin jelek, di mana-mana terlihat rusak.
Listriknya pun mati, setelah dilihat oleh Bu Tami dan suaminya. Ternyata semua jaringan kabel listrik telah dibongkar orang lain. Tidak tahu siap yang melakukannya. Sedih sekali rasanya Bu Tami melihat keadaan ini. Semua berserakkan, pipa kabel ada tetapi kabelnya tida ada. Sungguh terlalu perbuatan orang yang melakuan ini.
Ya, memang akan dijual sih, sesuai dengan rembukan saudara-saudara Bu Tami. Tapi sampai saat ini belum juga ada orang yang mau membelinya. Rumah itu keburu hancur. Terkadang Bu Tami merasa bingung, apa yang harus bu Tami lakukan. Akhirnya Bu Tami diam saja, sesekali ia datang ke rumah kosong itu untukk menyapu.
Juga membersihkan halaman yang penuh dengan rumput, dan sampah yang mungkin tanpa sengaja dibuang di situ atau malah disengaja. Tidak tahulah yang penting Bu Tami membersihkan agar tidak mengaganggu kiri kanan rumah itu. Semoga setelah ini ada yang mau membeli rumah itu. Jadi Bu Tami tak lagi bingung apalagi pusing, Semoga saja.