Ketika Blogger Menjadi DH MTQ

BLOGGER tentu saja manusia biasa. Sama seperti manusia lainnya. Jika orang lain memiliki berbagai kompetensi dan keterampilan karena belajar dan mempelajarinya, para blogger pun juga bisa punya asal berbuat sama dengan orang lain itu. Belajar dan mempelajarinya.

Sejak siang (Rabu, 17/02/2021) bertempat di Aula Darunnadhwah, Masjid Agung Kabupaten Karimun MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) Tingkat Kecamatan dilaksanakan. Dalam even MTQ, kita tahu ada peserta lomba dan ada juri lombanya. Disebut Dewan Hakim musabaqoh. Kita singkat saja DH. Salah seorang di antara sekian banyak DH yang diberi amanah menilai qori-qoriah, hafizh-hafizhah MTQ, ini adalah seorang blogger. Dia ikut berpartisipasi –karena ditunjuk– menjadi DH pada MTQ Tingkat Kecamatan Meral ini.

Tentu saja bukan pengetahuan dan keterampilan sebagai bloggernya yang menyebabkan dipercaya. Keikutsertaannya murni karena memang dia adalah salah seorang DH Kabupaten bahkan Provinsi selama ini. Dan blogger yang dimaksud itu adalah –maaf– saya sendiri. Bangga juga saya, meskipun menjadi DH lebih duluan saya ceburi, namun setelah ikut menulis di blog dan bangga juga menjadi blogger, maka posisi sebagai blogger itu pula yang ingin saya banggakan karena juga sebagai DH. Saya hanya ingin mengatakan bahwa sebagai seorang DH, kebetulan saya juga seorang blogger. Jadi tidak karena dia seorang blogger lalu dipercaya menjadi juri mengaji. Bukan begitu.

Sekali lagi, karena blogger itu adalah saya sendiri, maaf saya tentu tidak bermaksud membanggakan diri sebagai bloggernya dan atau sebagai DH-nya. Tidak juga ingin ria dalam posisi seperti ini. Saya hanya ingin mengatakan bahwa sebagai seorang DH yang juga adalah seorang blogger, maka senang dan bangga saja. Meskipun sebenarnya ada beberapa profesi sampingan juga saya lakukan, namun posisi sebagai blogger yang konotasinya lebih ke literasi, itu lebih membuat saya bangga. Sebagai seorang guru, menempatkan diri dan belajar sebagai blogger adalah sebuah kebanggaan tentunya.

Tentang kegiatan MTQ-nya sendiri, setelah dibuka secara resmi malamnya oleh Camat Meral, Herisa Anugerah, SSTP MSi pada siangnya (Rabu, 17/02/20210) langsung dilaksanakan lomba cabang-cabang MTQ. Tampil awal adalah cabang tartil putra dan putri. Cabang dan golongan lainnya akan tampil malam dan keesokannya lagi sesuai jadwal yang sudah disusun panitia. MTQ-nya sendiri akan berlangsung selama tiga hati empat malam. Termasuk malam pembukaan dan penutupan.

Bersama para DH lainnya saya bertugas sesuai bidang yang ditetapkan. Dan setiap DH akan menilai sesuia bidang masing-masing itu. Untuk sebuah MTQ biasanya terdapat banyak cabang dan golongan MTQ yang dilombakan. Untuk cabang tilawah (sekarang disebut juga dengan cabang Seni Baca Alquran), misalnya ada beberapa golongan yang dilombakan. Ada golongan anak-anak, remaja dan dewasa. Dan setiap golongan, itu penilaiannya sama. Maksudnya bidang-bidang yang dinilai pada golongan yang berbeda pada cabang yang sama ya bidang penilaiannya sama, yaitu Bidang Tajwid, Fashohah, Lagu dan Suara. Ada empat bidang yang dinilai untuk ketiga golongan itu.

Setiap bidang yang berbeda akan dinilai oleh orang yang berbeda. Bahkan untuk bidang yang sama (tajwidnya, misalnya) penilaiannya bisa dilakukan oleh lebih dari satu orang. Bisa dua atau maksimal tiga orang. Dengan jumlah DH lebih dari satu orang untuk setiap satu bidang dan disyaratkan tidak boleh terdapat interval (perbedaan) nilai lebih dari tiga point antara satu juri dengan juri lainnya. Itu artinya secara otomatis setiap juri akan sangat berhati-hati dalam memberikan penilaian. Tidak bisa semborono apalagi berpihak kepada salah satu peserta. Akan ketahuan oleh Ketua DH.

Pada MTQ Tingkat Kecamatan Meral yang saya ikut menjadi salah seorang DH-nya dilombakan beberapa cabang. Selain cabang tilawah dan tartil juga ada cabang tahfizh. Tapi banyak cabang lomba yang tidak dilombakan karena situasi covid-19 yang mengharuskan setiap kegiatan dibuat sesederhana mungkin. Menghindarkan sebisanya kerumunan orang ramai. Dan kebetulan tahun ganjil (2021) ini adalah tahun pelaksanaan STQ (Seleksi Tilawatil Quran) secara Nasional yang jumlah cabang musbaqohnya terbatas.

Meral khususnya, dan KabupatenKarimun umumnya hanya menampilkan beberapa cabang lomba saja dalam MTQ ini. Padahal, sesungguhnya kegiatan MTQ di Kabupaten Karimun sudah menjadi kegiatan tahunan tanpa selingan STQ. Artinya, Kabupaten Karimun adalah Kabupaten yang hanya melaksanakan MTQ di setiap tahunnya. Tidak ada lagi STQ seperti di tempat lain. Di tingkat Nasional atau di hampir semua daerah di Indonesia juga tetap ada selingan antara MTQ dan STQ. Tahun genap dilaksanakan MTQ sementara di tahun ganjil dilaksanakan STQ.

Catatan ini saya buat sejujurnya adalah untuk menunjukkan rasa bangga saya sebagai seorang penulis di blog. Seperti teman-teman lainnya, menulis di blog adalah satu kebanggaan dan sebutan blogger dapat disandang. Lebih dari itu semua, seorang blogger yang dipercaya juga menjadi DH di even MTQ, tentulah satu kebahagiaan tersendiri bagi saya.***

 

Tinggalkan Balasan