Catatan Awal Ramadhan: Ujian adalah Penguatan (2)

Humaniora, Literasi501 Dilihat

DIUJI HILANG JADWAL

HARI pertama puasa, Selasa (13/04/2021) badan saya sudah mendingan. Sudah merasakan badan yang tadinya diuji dengan sakit dengan perasaan yang agak ringan. Tentu tidak ada diantara kita yang mau sakit tapi sakit adalah bagian kehidupan yang juga sudah ditentukan Tuhan. Syukurnya, sejak subuhnya badan saya sudah lumayan. Kembali saya bisa berjamaah subuh ke masjid yang tidak jauh dari rumah. Satu hari sebelumnya saya sempat solat di rumah saja.

Hari pertama puasa, ini sejatinya saya masih bisa tenang sambil istirahat setelah berobat kemarin. Kata Pak Ade, dokter yang memberi saya obat, kalau mau ke masjid untuk berjamaah, silakan. Setelah itu istiarahat saja dulu. Artinya tidak usah sibuk atau menyibukkan diri seperti kebiasaan saat badan sehat. Pesan kemarin Senin (12/04/2021) sore, itu ingin saya pegang pada hari pertama puasa ini. Apalagi hari ini seharusnya tidak ada kegiatan saya. Termasuk jadwal tausiah yang seperti biasanya juga masih kosong, baik sore (biasanya di Masjid agung) maupun malamnya di masjid lain sesuai jadwal yang disusun oleh PMKK (Persatuan Muballigh Kabupaten Karimun) Kecamatan Meral atau Karimun.

Tapi ternyata, jadwal Tausiah Interaktif Masjid Agung yang saya harusnya di hari kedua, Rabu, dimajukan ke hari pertama ini. Saya tahu bahwa jadwal Pengurus (Ketua) MUI ada di hari kedua. Saya ingin jadwal untuk mengisi tausiah di Masjid Agung, Pemda Karimun sebagai mewakili Ketua MUI dilaksanakan sesuai jadwal awal, Rabu (14/04/2021) besoknya. Bukan hari ini.

Sesungguhnya saya diberi jadwal sejak sebelumnya oleh panitia Semarak Ramadhan Masjid Agung bahwa jadwal hari pertama puasa penceramahanya adalah Pak Sekda (saat ini dia Plh Bupati). Tapi itu tadi, saya ternyata harus maju. Dan ini menajdi ujian juga bagi saya. Saya tidak mungkin menolak  untuk mengisinya meskipun terkesan mendadak. Syukurnya, tema tausiah tidak diganti. Dan saya alhamdulillah dapat melewati ujian ini. Meskipun belum sempurna pulih saya dapat mengisi acara sesuai yang ditentukan panitia.

Malamnya, inilah ujian kedua di hari yang sama. Saya kehilangan jadwal Santapan Rohani Ramadhan yang telah disusun oleh PMKK Kecamatan Meral. Sebenarnya tidak tepat disebut hilang. Pasti hanya salah menyimpannya saja. Jadwal itu, seingat saya sudah dibagikan sepekan yang lalu. Saya sudah membacanya, namun belum mencatat jadwal-jadwal yang ditentukan untuk saya. Dan malam ini, malam kedua biasanya sudah ada jadwal di masjid atau di musolla untuk diisi tausiah Ramadhan.

Sejak sore hingga selesai berbuka saya belum menemukan kembali jadwal itu. Saya tanyakan ke semua orang di rumah, mereka mengaku tidak tahu. Termasuk isteri saya. Akhirnya, bismillah…saya hanya berdoa semoga di malam kedua (puasa pertama) ini saya belum ada jadwal dan saya solat di masjid Al-Ubudiyah yang berada di dekat rumah saja. “Berarti saya tidak memberikan tausiah malam ini,” kata saya dalam hati. Sayapun berangkat meninggalkan rumah menuju masjid di dekat rumah saja.

Ternyata, dugaan saya salah. Saya yang tadinya berpikir tidak akan mengisi tausiah Ramadhan karena di masjid ini penceramahnya sudah terjadwal nama orang lain untuk malam ini, oleh Allah ditakdirkan saya harus mengisinya. Pengurus mengumumkan bahwa ustaz Darman yang sudah dijadwalkan PMKK Meral tidak hadir malam ini, dan dimohon ke saya untuk menggantinya. Nah, ini ujian lagi, kata saya dalam hati. Tapi saya  tidak mengeluh. Saya malah bersyukur saja diberi kepercayaan menggantikan Ustaz Darman yang beralangan hadir. “Jika Tuhan berkehendak, selalu ada jalannya,” begitu saya menyimpulkannya.

Pengalaman awal Ramadhan saya tahun ini memang lumayan ragam. Selain diuji sakit (baca bagian pertama) saya juga diuji dengan tugas-tugas tambahan yang tadinya tidak saya pikirkan. Ruapanya hidup itu benar-benar ditentukan oleh Allah dan kita hanya mengikutinya saja. Rencana Tuhan akan selalu di atas rencana manusia. Wallohu a’lam.***

Tinggalkan Balasan