Puasa Pergi, Pelajarannya Terus Ada (Pesan Khatib Idul Fitri)

Ramadhan36 Dilihat

HARI Kamis (13/05/2021) ini bermula Syawal setelah ditetapkan Pemerintah sesuai hasil sidang itsbat. Kemarin Rabu (12/05/2021) artinya Ramadhan 1442 sudah berakhir. Puasa pun pergi. Tidak akan kembali kecuali setahun ke depan. Akankah kita masih bersamanya, tentu saja tidak pasti. Salat Idul Fitri hari ini adalah hari suci yang oleh beri kepada orang-orang yang sudah berpuasa satu bulan itu.

Walaupun puasa sudah pergi tentu saja pelajaran-pelajaran yang dipetik selama puasa tidak akan pergi. Pelajaran-pelajaran itu akan terus ada selama kita mau membuatnya ada di hati dan tindak-tanduk kita. Sebagai Bulan Terbiyah(pendidikan) tentu saja ada banyak pelajaran yang dipetik dari keberadaan Ramadhan.

Beberapa pesan puasa yang sejatinya tidak boleh kita biarkan hilang dari diri dan tindak-tanduk kita sehari-hari, antara lain,

1) Puasa mengajarkan kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam kehidupan;

Sebagai ibadah yang bersifat pribadi antara yang berpuasa dengan Tuhan maka puasa memang istimewa di mata Allah. Menurut penjelasan hadits, puasa itu akan diberi ganjaran (pahala) langsung oleh Allah. Tidak melalui perantara seperti ibadah lainnya. Lebih dari itu, kesadaran akan keberadaan Allah saat berpuasa menyebabkan orang berpuasa tidak akan membatalkan puasanya meskipun tidak ada orang lain di sekitarnya.

Seseorang akan tetap berpuasa karena mengetahui bahwa Allah senantiasa bersamanya. Dan rasa bersama itulah yang menyebabkan seseorang tidak akan bertindak hal-hal yang dilarang Tuhan dalam kehidupannya. Termasuk korupsi, misalnya tidak akan dilakukan karena mengetahui bahwa Allah senantiasa ada di sampingnya.

2) Puasa mengajarkan bahwa kenikmatan dunia hanyalah sementara;

Jika diingat bahwa puasa itu baru saja rasanya dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Pasti kita merasa itu saja kita lakukan. Tiba-tiba hari ini sudah pergi. Bulan puasanya sudah tidak lagi bersama kita. Terasa begitu cepat dan tiba-tiba. Tapi sesungguhnya begitulah hidup. Apa yang tadinya bersama kita bisa tiba-tiba pergi dari kita. Hal-hal keduniaan tidak akan pernah abadi. Termasuk kenikmatannya.

Dengan pelajaran begitu, kita dapat mengutip pesannya bahwa apapun yang ada pada kita, itu sifatnya sementara. Jabatan kita, pangkat, kekayaan, dan bentuk lainnya semuanya akan menghilang dari kita ketika kita sudah ‘berangkat’ menghadapnya. Jadi, itu semuanya sifatnya sementara.

3) Puasa mengajarkan bahwa di balik kesulitan ada kemudahan;

Puasa sesungguhnya tidaklah mudah untuk melaksanakannya. Dengan perasaan haus dan lapar, orang berpuasa pada hakikatnya dalam kesulitan. Selama belasan jam tidak boleh makan dan minum, itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Tapi seseorang akan tetap bertahan dengan kesulitannya.

Pada saatnya puasa akan berakhir dengan berbuka. Jika puasanya sudah genap satu bulan, pun akan diakhiri dengan Idul Fitri. Saat itulah perasaan nyaman dan senang akan tiba. Pada Idul Fitri bahkan tidak dibenarkan menahan makan dan minum alias berpuasa. Saat Idul Fitri tiba seseorang sudah dibenarkan untuk makan dan minum. Itulah saatnya seseorang lepas dari rasa haus dan lapar atau kesulitan.

4) Puasa mengajarkan pentingnya saling tolong dan saling cinta;

Dengan berpuasa orang akan merasakan lapar dan haus. Alokasi waktu puasa yang cukup lama antara imsak (terbit fajar) ke berbuka (saat tenggelemnya matahari) yang di Indonesia antara 13-14 jam tentulah tentulah tidak mudah melakukannya. Namun niat dan tekad demi mematuhi perintah Allah orang akan melakukan puasa.

Di sisi lain rasa haus dan lapar menyebabkan orang berpuasa akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin dan fakir yang senantiasa merasakan haus dan lapar. Rasa simpati ini akan menimbulkan rasa kasih dan sayang serta rasa cinta. Dan puasa sesungguhnya memang mengjarkan rasa sayang dan cinta itu kepada orang yang berpuasa. Islam sangatlah mengutamakan cinta dan kasih sesame manusia. Saling menolong juga menjadi tujuan dari berpuasa itu sendiri.

Itulah sebagian pesan khutbah yang disampaikan khatib pada salat Idul Fitri di masjid Al-Ubudiyah, Wonosari hari ini. Masjid al-Ubudiyah adalah masjid tempat kami salat Idul Fitri sekeluarga bersama warga Kampung Wonosari. Bagi siapapun yang telah berpuasa dalam satu bulan kemarin itu, tentulah pesan-pesan ini penting sebagai pedoman kelanjutan ibadah setelah Ramadhan.***

Ada juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tinggalkan Balasan