Denda Seruni Bersemayam di Bukit Kayangan

Terbaru45 Dilihat
Bukit Kayangan

Obyek Wisata Baru di Lombok Timur, NTB

Pagi yang basah, 05/02/2022, saya harus menempuh perjalanan cukup jauh untuk ukuran berkendara di pulau Lombok. Perjalanan itu dalam rangka menghadiri rapat Forum Kepala Sekolah Penggerak SD Kab. Lombok Timur, di SDN 1 Labuhan Lombok. Lokasi rapat dari rumah saya sekitar 45-50 km. Sebuah jarak tempuh yang cukup jauh untuk ukuran pulau sekecil Lombok. Jika terus berkendara ke pelabuhan Labuhan Lombok yang menghubungkan pulau Lombok dan Sumbawa, dua pula di Provinsi Nusa Tenggara Barat, hanya dibutuhkan waktu 5-10 menit.

Sebelumnya salah seorang rekan saya , H. Muhamad, yang tergabung dalam Forum Sekolah penggerak menghubungi saya dan menawarkan tumpangan mobil yang jauh lebih nyaman. Dalam mobil itu juga ikut menumpang Ketua Forum Sekolah Penggerak, H. Zulkarnaen. Tanpa meminta pertimbangan siapapun saya memilih ikut tawaran itu dengan catatan kami bertemu di rumah H. Zulkarnaen. Tidak saja jarak tempuh yang cukup jauh tetapi juga cuaca pagi kurang bersahabat untuk sebuah perjalanan.

Sekitar pukul 06.30 saya sudah nangkring di atas kuda besi tua, Honda Astrea Grand, keluaran 1993. Setengah jam berkendara saya tiba di rumah H. Zulkarnaen. Setengah jam itu sudah termasuk mengisi bahan bakar pada sebuah SPBU mini, makan nasi goreng pada sebuah kedai, dan beli rokok plus air mineral di sebuah mini market.

Sekitar pukul 07.00 kami berangkat. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 40-45 menit. Saya meilhat jarum jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 07.45. Artinya, kalau mengikuti undangan lima belas menit lagi harus sudah dimulai. Rupanya kami merupakan “gerombolan” terdepan yang tiba di lokasi. Beberapa menit berlalu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur juga datang. Beliau memasuki ruang rapat dan ngobrol bersama kami sejenak sambil menunggu kehadiran undangan lain.

Rapat agak tertunda karena sebagian besar undangan belum hadir sampai pukul 08.15. Acara baru dimulai sekitar 30 menit lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan. Rapat kali ini membahas beberapa agenda sekolah penggerak dan review sejumlah kegiatan tahun 2021. Pembahasan yang diwarnai diskusi yang cukup alot membuat durasi rapat cukup panjang dan melelahkan. Rapat baru berakhir sekitar pukul 04.00

Denda Seruni

Usai rapat semua peserta langsung pulang. Pak H. Muhamad mengajak saya dan H. Zulkarnaen bersama dua rekan lain dalam mobil yang berbeda melihat-lihat lokasi wisata di sekitar Labuhan Lombok. Seorang rekan ibu guru yang tinggal di Labuhan Lombok bersedia menjadi pemandu. Lokasi pertama kami di bawa ke “Denda Seruni”, sebuah lokasi wisata berupa danau, yang terletak di Desa Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Di lokasi kami hanya berniat foto-foto belaka. Namun, rekan pemandu mengajak masuk sekedar melihat-lihat saja.

Saat memasuki gerbang, saya melihat ada danau dengan genangan sempit selebar kira-kira 75-100 m. Saat berdiri di pintu masuk saya melihat trotoar selebar kurang lebih 2.5 m terhubung dengan pinggir danau. Trotoar itu kemudian terhubung dengan jembatan yang dibangun di atas danau.
Denda Seruni

Saya dan rekan-rekan penasaran dan terus masuk ke dalam area. Jembatan di atas danau itu tidak seperti yang saya pikirkan. Ternyata fasilitas penghubung itu membentang di atas danau. Bentuknya meliuk-liuk seperti jalan yang melintas di daerah perbukitan.

Danau Seruni

Saat jauh melangkah ke dalam lagi, terlihat sebuah menancap ke bumi dan menjulang menjulang tinggi ke udara. Bangunan itu rupanya miniatur menara Eifel.

Hal yang unik dari keseluruhan bangunan itu adalah bahannya yang tersusun dari bambu dan kayu dengan atap ilalang. Kecuali dua bangunan utama dan beratap multiroof. Setiap bangunan dihubungkan dengan jembatan kecuali menara. Untuk menginjakkkan kaki di area menara itu pengelola menyediakan perahu. Jikalau berkenan masuk ke area ini, Tuan dan Nyonya hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 3.000

Miniatur Menara Eifel di atas Danau Seruni

Bukit Kayangan

Sekitar 30 menit kami berkeliling di area itu lalu kami melanjutkan jalan-jalan ke destinasi lain. Pemandu membawa kami ke sebuah obyek wisata perbukitan. Namanya Bukit Kayangan. Bukit itu berada di pinggir pantai yang tidak jauh dari pelabuhan laut Labuhan Haji yang menghubungkan Lombok – Sumbawa.

Bukit Kayangan

Bukit kayangan

Menurut pemandu, daerah wisata itu baru dibuka sehingga jalan ke lokasi belum begitu bersahabat. Pengunjung harus melintasi jalan tanah.

Area wisata ini berada di sebuah punggung bukit sebelah timur. Pemandangannya cukup membuat takjub. Sayang kamera saya tidak terlalu berkualitas untuk menghasilkan gambar terbaik. Atau mungkin juru kamera belum memiliki kemampuan mengambil sudut pandang yang tepat dalam jeprat jepret

Berdiri di punggung bukit itu, saya membayangkan pandangan pagi dibubuhi sunrise keemasan menghias kaki langit ufuk timur. Beberapa bangunan terlihat di tempat ini.

Beberapa sarana pendukung membuat betah pengunjung yang datang di tempat ini. saat masuk ke area ada semacam koridor yang dibangun dengan pembatas kayu di kiri kanannya. Atapnya juga kayu yang dirancang mirip penutup rumah gadang.

Bukit Kayangan

Beberapa sarana tempat duduk dibangun agar pengunjung dapat rileks menikmati keindahan hamparan laut. Di pintu masuk tertulis bahwa pengujung tidak boleh bawa makanan ke dalam area. Mungkin tujuannya baik untuk menghindari sampah sisa makanan di dalam lokasi wisata.

Bukit Kayangan

Menurut Ibu Guru pemandu, dua obyek wisata itu dibangun oleh pemerintah desa. Ini sebuah langkah bagus untuk meningkatkan pendapatan desa melalui wisata alam. Kedua obyek wisata itu sekarang dikelola oleh pemerintah desa. Rupanya pengelolaannya belum dapat dilaksanakan secara maksimal sehingga penataannya juga perlu mendapatkan perhatian serius. O, ya. Jika Tuan dan Nyonya masuk ke dalamnya, pastikan hanya membawa uang parkir. Jadi jika tidak bawa kendaraan, uang Tuan dan Nyonya simpan saja.

Labuhan Lombok, 05 Februari 2022.

Tinggalkan Balasan