“Jadilah orang yang percaya diri. Tuhan menciptakan kita semua ini dengan potensi yang sama. Seringkali kita sendiri yang menjadikan diri ini menjadi inferior, tidak percaya diri. Kalian semua ini adalah orang-orang terpilih dari sebagian kecil rakyat Indonesia. Juga procrastinating (bermalas-malasan) sebenarnya kecenderungan setiap orang, tetapi ingat, keberhasilan hanya diperoleh dengan cara disiplin!”. Itulah sepenggal pesan dari Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani yang bisa saya tangkap ketika hari jum’at hadir pada acara PK (Persiapan Keberangkatan) 144 LPDP untuk pertama kalinya selama acara PK ada.
Jam 10 hari jum’at pagi, Prof. Nasaruddin Umar sebagai imam besar masjid Istiqlal telah selesai dan menutup paparannya. Kami dipersilahkan oleh tim Pak Rafi untuk melakukan coffe break sebentar. Merefresh otak yang sejak pagi sudah diisi dengan materi-materi yang bermanfaat. Masih seperti biasa, di depan pintu keluar aula tempat PK, sudah ada dua lokasi yang menyediakan kopi dan teh panas dan hangat, juga air putih dingin dan natural.
“Kita isi air putih di thumbler mas, sekalian ngopi-ngopi dulu”, Mas Burhan mengajak saya. Aljabar dan beberapa teman yang ahli hisab, sebutan untuk para perokok, terlihat keluar dari pintu sebelah kanan hotel Accacia Jakarta Pusat untuk melaksanakan hajatnya yang sudah ditunda selama beberapa jam. Mereka membuat jam’aah sendiri di dekat tempat parkir hotel di lantai dasar hotel. Entah apa yang diobrolkannya, ketika saya keluar hotel sambil meminum kopi, terlihat mereka asyik tertawa riang.
Tiba-tiba Mas Gilang menghampiri kami yang ada di luar hotel. Meminta kami untuk bersiap untuk masuk ke ruangan PK kembali. Ibu Sri Mulyani sedianya hadir di acara penutupan PK hari jum’at ini. Bahkan, yang menarik, menurut informasi yang kami dapat, ini adalah pertama kalinya beliau hadir di acara PK LPDP, padahal PK (Persiapan Keberangkatan) untuk para awardee LPDP ini sudah dilaksanakan sebanyak 144 kali. Kami merasa beruntung.
Aljabar dipanggil juga, dia adalah salah satu tim rebana yang dipimpin oleh Pak Nidham yang beberapa beberapa hari lalu tampil stand up comedy di hadapan teman-teman saat acara by you for you. Sambil menunggu kehadiran Menteri keuangan, kami melantunkan bacaan-bacaan shalawat bersama. Bahkan ada satu hal yang menarik, lagu mars LPDP kami nyanyikan dengan diiringi tepukan dan alunan dari rebana. Jadilah lagu khas santri pesantren. Sampai tim fotografer dari LPDP dan timnya Pak Rafi meminta kami untuk menyanyikan mars LPDP dengan iringan rebana kembali untuk direkam.
“Ibu Sri Mulyani sudah hadir”, dengan berjalan agak tergesa ke arah pentas untuk mengambil microfone, Pak Rafi memberitahu kami semua. Lantunan shalawat dibacakan oleh Pak Nidham, Aljabar dan timnya. Kami semua berbaris berdiri untuk menyambut kehadiran beliau. Setiap yang berdiri di depan, satu persatu menyalami beliau. Tadi Pak Rafi memberikan pengarahan, yang berdiri di depan berbaris adalah teman-teman awardee perempuan.
Ibu Sri Mulyani didampingi oleh direktur utama LPDP, Bapak Rionald Silaban. Sebelum beliau berdua menuju ke atas panggung, kami semua seperti biasanya, diminta untuk berdiri. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lalu dilanjutkan dengan bernyanyi Mars LPDP. Serta diakhiri dengan menyanyikan lagu angkatan Cantrikabinaya Nagarajaya. Setelahnya adalah menampilkan seni pencak silat yang dibawakan oleh awardee dari Malang, bernama Gus Yasin, putra Kyai dari pesantren di Malang. Para hadirin terlihat antusias sekali, beberapa kali tepuk tangan menggema dari baiknya penampilan Gus Yasin.
“Ini adalah pertama kalinya PK LPDP dihadiri oleh Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani. Beliau merasa bangga dalam ruangan ini ada banyak santri dari perwakilan seluruh Indonesia yang nantinya akan mengharumkan nama bangsa di dalam negeri dan luar negeri”, setelah mengucapkan pembukaan, Bapak Rio, panggilan untuk Bapak Rionald Silaban, memberikan apresiasi kepada Ibu Sri Mulyani dan Para awardee (penerima beasiswa) LPDP khusus santri yang berasal dari Aceh hingga Indonesia ujung timur yang jumlahnya 114 santri.
Sebelum Ibu Sri Mulyani memberikan pengarahan, Bapak Rio melaporkan secara singkat profil dari data santri yang mendapatkan beasiswa LPDP ini. Bukan hanya santri pondok pesantren dari kalangan Nahdlatul Ulama’ saja, tetapi juga ada santri pondok pesantren Muhammadiyah, bahkan hingga PERSIS (persatuan Islam). Artinya, para penerima beasiswa santri ini menjadi ‘wajah’ Indonesia dikumpulkan dalam satu ruangan, yang harapannya nantinya ketika kuliyah di kampus-kampus bergengsi yang ada di luar dan dalam negeri, bisa mengharumkan nama Indonesia.
Waktu diberikan kepada Ibu Sri Mulyani oleh Bapak Rio. “Kalian harus banyak bersyukur. Anda sekalian adalah orang terpilih 114 santri dari perwakilan santri yang ada di seluruh Indonesia”, pesan yang selalu diulang oleh para pembicara yang hadir di PK LPDP sejak hari pertama. Karena begitu pentingnya rasa syukur, sehingga para hari inipun Ibu Sri Mulyani berpesan seperti itu.
“Negara mengalokasikan dana dari APBN sebesar 20 % untuk pendidikan. Ini jumlah yang tidak sedikit. Dari 20 % untuk pendidikan ini, sekian persen diantaranya untuk dana abadi LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) sebagai pembiayaan beasiswa S2 dan S3 untuk rakyat Indonesia yang terpilih, diantaranya anda semuanya ini. Ini adalah investasi jangka panjang untuk Indonesia yang lebih baik”, Ibu Sri Mulyani dengan tegas memberikan penjelasan dengan angka-angka dari laporan keuangan negara.
Selanjutnya beliau bercerita pengalamannya ketika dulu menempuh pendidikan di Amerika untuk S2 dan S3. Beliau S1 di Universitas Indonesia. Saat sekolah S2 di Amerika, beliau baru saja melahirkan. Sehingga berada di posisi sebagai istri, seorang ibu dari anaknya yang masih kecil, juga sebagai ibu rumah tangga dan tentunya mahasiswi. Namun, dari semua kategori ini, beliau ingin semuanya berjalan dengan seimbang. Beliau berkominten untuk tetap memberikan ASI kepada putranya ditengah padatnya jadwal kuliyah.
Nyatanya, beliau lulus S2 dengan predikat yang memuaskan, sehingga bisa melanjutkan S3 di kampus yang sama yakni di Illionis University, Amerika Serikat pada tahun 1992. Pertama kali datang di Amerika, beliau mengalami yang namanya culture shock, kaget dengan culture yang sangat berbeda dengan tradisi yang ada di Indonesia. Perlu waktu sedikit lama untuk beradaptasi. Hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu, beliau mampu menjadi yang terbaik di antara teman-temannya.
“Belajar itu jangan hanya di kelas, tapi juga membuka diri dengan berorganisasi. Saya dulu, dengan banyak posisi yang menjadi tanggung jawab, sebagai ibu dari anak saya, sebagai istri, sebagai mahasiswi, juga berusaha untuk membaur bersama teman-teman di organisasi. Nyatanya bisa. Jadi kalian juga pasti bisa”, setidaknya itu pesan yang bisa saya tangkap dari Ibu Sri Mulyani yang sangat besemangat memberikan nasehat kepada kami semua.
Lebih lanjut, beliau berpesan untuk selalu percaya diri. Tidak boleh minder, inferior. Setiap orang memiliki potensi dari Tuhan yang sama. Punya kesempatan untuk sama-sama berhasil. Nah, dengan adanya rasa percaya diri, maka mudah untuk belajar apa saja. Pengalaman beliau berinteraksi dengan teman-teman kampusnya di Amerika Serikat, sebenarnya orang barat itu ya sama saja dengan orang Indonesia secara kemampuan, cuma mereka menang di sikap percaya diri. Bagaimana kita mampu mencontoh kepercayaan diri ini, sehingga bisa lebih mudah beradaptasi untuk mempelajari sesuatu.
Kedua adalah disiplin. Tidak ada keberhasilan tanpa dibarengi dengan sikap disiplin. Seperti kata Ibu Sri Mulyani tadi, tidak mungkin beliau mampu menyelesaikan S2 dan S3 di luar negeri, tepatnya di Illionis Unversity, Amerika Serikat, dengan posisi sebagai istri, ibu dari anak yang masih bayi, sebagai mahasiswi, aktif di organisasi kampus, kalau tanpa didasari dengan sikap disiplin yang tinggi. Bahkan beliau bisa lulus tepat waktu karena kedisiplinan yang beliau terapkan. Keterangan Ibu Sri Mulyani ini selaras dengan kata bijak dari pesantren yang berbunyi Al-istiqomatu khoirun min alfi karomah, konsisten, senantiasa disiplin itu lebih baik dari 1000 kekeramatan.
Setelah banyak menceritakan pengalaman hidupnya, Ibu Sri Mulyani memberikan waktu kepada para awardee LPDP untuk bertanya. Wirda dari kelompok Sultan Agung, group yang saya ada di dalamnya, yang akan melanjutkan S2 di luar negeri, menanyakan trik bagaimana mengatur waktu setiap hari buat Ibu Sri Mulyani sekarang? Beliau adalah seorang Menteri dengan jadwal yang luar biasa padat, namun pada saat yang sama juga seorang istri, seorang ibu, guru dan lain sebagainya. Bagaimana mengaturnya?
“Disiplin. Ya, disiplin adalah jawaban. Masing-masing dari kita, oleh Tuhan diberikan jatah waktu yang sama yakni 24 jam. Orang sukses dengan orang yang belum sukses punya waktu yang sama. Orang malas dengan orang rajin juga diberikan waktu 24 jam. Dengan kedisiplinan, kita akan mampu menjadi yang terbaik di bidangnya masing-masing”, beliau memberikan jawaban dari materi yang tadi beliau sampaikan yakni disiplin.
Beberapa teman, diantaranya Gus Yasin, Pak Eko, Mas Dodik, Masyitoh dan Hana juga bertanya. Dari beberapa pertanyaan yang diutarakan, saya bisa mengambil benang merahnya yakni kebanggaan atas keberhasilan Ibu Sri Mulyani sebagai perempuan. Beliau adalah sosok perempuan yang sukses, bahkan kesuksesan beliau bukan lagi tingkat nasional, tapi sudah diakui internasional. Beliau adalah panutan keberhasilan buat para perempuan, bahwa perempuan itu hidup bukan hanya kasur, dapur dan sumur, tapi bisa berperan lebih di masyarakat.
Saat adzan jum’at sayup-sayup terdengar dari dalam aula hotel, ibu Sri Mulyani menutup presentasinya. Pada kesempatan yang langka ini, Bapak Rionald Silaban dan Ibu Sri Mulyani sekaligus menutup rangkaian acara PK 144 yang sudah dilaksanakan sejak hari senin kemarin selama 5 hari. Riuh tepuk tangan dari peserta PK yang berjumlah 114 santri terdengar ramai di dalam ruangan aula PK di hotel Accacia. Acara PK yang luar biasa ini akhirnya ditutup oleh Ibu Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dan Bapak Rionald Silaban sebagai Direktur LPDP. Saya merasa bersyukur sekali menjadi bagian dari LPDP ini.