BERKARYA BERSAMA PUTRA SULUNG
Oleh Mujiatun, S.Pd.
(SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)
(Tantangan Menulis Hari Ke-21: Minggu1 20 Februari 2021)
Buku Kumpulan “Pantun Nasihat Guru untuk Murid” Karya Saya, Putra Sulung, Dkk.
Selain harus mampu mengajarkan cara menulis cerpen, sebagai guru Bahasa Indonesia saya pun harus mampu mengajarkan puisi. Karena puisi juga masuk dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Puisi terdiri dari dua macam, yakni puisi lama dan puisi modern. Puisi lama terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: pantun, syair, gurindam, talibun, dan lain-lain.
Selama ini saya baru mempelajari teknik dan praktik menulis cerpen. Selain itu, juga telah mengikuti kegiatan menulis buku bersama berupa antologi cerpen. Alhamdulillah, sudah ada 10 buku antologi cerpen ber-ISBN yang terbit. Buku-buku tersebut karya saya dan putra sulung, M. Wiratama Albarizi, S.Pd. yang juga guru Bahasa Indonesia, bersama penulis-penulis dari seluruh Indonesia.
Akan tetapi, untuk buku antologi puisi khususnya pantun saya belum pernah mengikuti. Oleh sebab itu, saya pun ingin belajar teknik menulis pantun sekaligus praktik menulis. Kebetulan saat itu, Perkumpulan Rumas Seni Asnur (PERRUAS) di bawah pimpinan Bang Asrizal Nur membuka pelatihan menulis pantun.
Saya Selalu Bersinergi dengan Putra Sulung, M. Wiratama dalam Berkarya
Saya dan putra sulung pun mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan dilaksanakan setiap malam minggu selama 2 jam, mulai pukul 19.00 sd 21.00 WIB. Kegiatan pelatihan berlangsung selama 16 kali pertemuan.
Ternyata, menulis dan mencipta pantun yang “KUAT” itu tak semudah yang saya bayangkan selama ini. Tidak cukup hanya memiliki 4 baris seuntai, 2 baris pertama sampiran, 2 baris kedua isi, dan rima akhir AB,AB. Tidak sesederhana itu menurut Bang Asnur, sastrawan dan budayawan Indonesia asal Riau.
Menurut beliau, pantun adalah karya puisi lama yang merupakan karya sastra adiluhung Nusantara yang berkembang secara lisan dari zaman ke zaman. Pantun tidak hanya memiliki kekuatan pada diksi dan rima. Akan tetapi, juga memiliki aturan-aturan baku.
Aturan-aturan baku tersebut akan menguji tingkat penguasaan penulis dalam merangkai kata-kata, diksi, rima, dan kecerdasan dalam menyampaikan gagasan. Itulah kelebihan pantun dibanding puisi modern.
Bait-Bait Pantun Karya Saya dalam Buku “Pantun Nasihat Guru untuk Murid”
Kekayaan pantun sebagai budaya sastra lisan harus diupayakan menjadi kekayaan sastra tulisan. Sehingga dapat didokumentasikan dalam bentuk buku yang dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Dengan demikian sastra lisan berupa pantun ini tidak akan punah dari bumi pertiwi.
Oleh sebab itu, saya mengikuti kegiatan pelatihan menulis pantun tersebut. Dengan tujuan untuk menggali ilmu tentang teknik penulisan pantun sebagai bekal memberikan pembelajaran kepada anak didik. Selain itu, saya pun ingin turut serta melestarikan khasanah budaya asli Indonesia ini.
Dengan bimbingan Bunda Rina Susanti dari Padang dan Bunda Sabariah dari Aceh saya belajar memilih dan merangkai kata-kata untuk jadikan baris-baris pantun. Satu kali pertemuan belum tentu dapat satu bait pantun. Meskipun sudah bagus dan sudah “kuat” menurut kedua pembimbing tersebut tetapi belum tentu menurut Bang Asnur.
Oleh sebab itu, perlu kesabaran dan ketekunan baik dari saya sebagai pembelajar maupun dari beliau-beliau sebagai pembimbing dalam pelatihan itu. Saya tidak menyerah meskipun berkali-kali pantun saya ditolak oleh Bang Asnur dan berkali-kali pula harus direvisi. Justru saya semakin semangat dan penasaran untuk menulisnya kembali.
Dalam belajar, saya selalu berprinsip: bila orang lain bisa, saya pun harus bisa. Oleh sebab itu, saya tetap mengikuti bimbingan dengan sabar dan tekun.
Pantun Karya Putra Sulung Saya dalam Buku “Pantun Nasihat Guru untuk Murid”
Alhasil, dalam waktu kurang lebih 4 bulan, yaitu pada pertemuan ke-14 pantu nasihat guru untuk murit karya saya pun sudah disetujui oleh Bang Asnur. Menurut beliau, patun karya saya sudah “kuat” dan sudah layak untuk dipublish. Karena antara sampiran dan isi sudah berhubungan erat dan rimanya pun sudah ada di awal dan akhir.
Pelatihan menulis pantun di PERRUAS ini diikuti oleh 275 guru dari seluruh Indonesia. Mereka dari daerah Aceh sampai dengan daerah Papua. Bangga rasanya bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh Nusantara. Terlebih dibimbing langsung oleh Bang Asrizal Nur.
Banyak hal yang saya peroleh selama pelatihan online tersebut. Selain ilmu, pengetahuan, dan pengalaman tentang menulis pantun, saya pun memperoleh banyak sahabat hebat yang telah berhasil di bidang literasi.
Dengan demikian, semakin menambah wawasan saya di bidang literasi, khususnya tentang menulis. Yang lebih membanggakan bagi saya dan peserta pelatihan yang lain adalah pantun karya kami tersebut dibukukan oleh Bang Asrizal Nur.
Dalam waktu satu bulan, buku antologi ber-ISBN dengan judul “Pantun Nasihat Guru untuk Murid” itu pun terbit. Alhamdulillah, dari Provinsi Lampung hanya 5 orang yang turut berkarya di buku tersebut. Satu orang dari Kodya Bandarlampung, 2 orang dari Lampung Barat, dan 2 orang dari Way Kanan. Dua orang dari Kabupaten Way Kanan tersebut adalah saya dan putra sulung.
Semoga pantun karya kami ini akan bermanfaat bagi para pembaca. Karena semua berisi pesan yang positif buat murid/peserta didik. Dengan harapan melalui pantun ini khasanah budaya khas nusantara akan tetap lestari keberadaannya. Aamiin.
Salam Literasi,
Way Kanan, Lampung, 21 Februari 2021
Mantap Bu. Semangat luar biasa membuahkan hasil luar biasa pula
Alhamdulillah Bu Tuti, trimksh atas apresiasi dan supportnya ya? Salam literasi dari Lampung.
Selalu ada yang luar biasa yang didpatkan dr artikel ini, aktif, kreaftif dan informatif adalah ciri khasnya. Semoga tetap berkarya dan berbagi. Lanjutkan!