BERSINERGI DENGAN PUTRA TERCINTA DALAM BERKARYA

Pendidikan66 Dilihat

BERSINERGI DENGAN PUTRA TERCINTA DALAM BERKARYA 

Oleh Mujiatun, S.Pd.

(SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)

(Tantangan Menulis Hari Ke-22: Senin, 22 Februari 2021)

Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung,

Kami Bangga Menjadi Warga Lampung

 

Sudah beberapa kali bersinergi dengan putra pertama saya ini dalam berkarya. Akan tetapi, event menulis buku “Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Indonesia” ini terasa sangat luar biasa. Ini merupakan event menulis yang paling bergengsi menurut saya.

Seperti halnya event menulis buku antologi “Pantun Nasihat Guru untuk Murid”, event menulis kali ini pun melalui proses pelatihan yang lumayan lama. Untuk mencipta 6 untai pantun, kami harus belajar dan bimbingan selama 4 bulan.

Cipta karya pantun kali ini merupakan event yang sangat spesial. Untuk di Indonesia baru kali pertama diselenggarakan. Dan ini digagas oleh Bang Asrizal Nur, seorang sastrawan dan budayawan Indonesia asal Riau. Beliau adalah pemimpin Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS), Jakarta.

Pelatihan menulis kali ini bertujuan untuk melatih peserta agar mampu mencipta sebuah karya sastra berbentuk pantun. Yaitu pantun khusus yang mengangkat adat dan budaya daerah yang ada di Indonesia. Sebagai upaya melestarikan warisan budaya adiluhung Nusantara.

Pantun merupakan khasanah budaya asli tanah air yang selayaknya dilestarikan agar tak punah keberadaannya. Oleh sebab itulah, saya dan putra saya tertarik mengikuti pelatihan ini.

Dalam pelatihan ini kami dibimbing langsung oleh beberapa rekan yang sudah terlatih, yaitu Bunda Rina Susanti dari Riau dan Bunda Yurnelis dari Padang, Sumatera Barat serta Bunda Sabariah dari Aceh.

Pelatihan menulis pantun mutiara budaya Indonesia ini lebih sulit dan rumit dibandingkan menulis pantun nasihat guru untuk murid. Sebab, kami harus membawa adat budaya dan ciri khas daerah masing-masing pada bagian sampiran. Sedangkan pada bagian isi, harus berupa imbauan untuk melestarikan adat dan budaya setempat.

Jadi, bukan sekadar memilih kata dan rima yang tepat untuk dirangaki menjadi larik-larik pantun. Lebih dari itu, kami pun harus memahami adat budaya, makanan khas, pakaian adat, atau tempat-tempat wisata yang menjadi ikon daerah tersebut.

Kami asli suku Jawa tetapi sudah 25 tahun berdomisili di daerah Lampung. Oleh sebab itu, kami pun mengangkat adat dan budaya daerah Lampung dalam pantun tersebut. Saya mengangkat adat budaya Lampung secara umum sedangkan putra saya khusus mengangkat adat budaya daerah Way Kanan.

Kami selalu berprinsip “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Kami tinggal di daerah Lampung, sudah selayaknya bila kami pun menjunjung adat dan budaya daerah Lampung.

Setelah melalui belajar, latihan, dan bimbingan langsung dari para senior selama kurang lebih 4 bulan, akhirnya pantun kaarya kami pun disetujui oleh Bang Asnur. Menurut beliau pantun kami sudah layak untuk dipublikasikan.

Pelatihan menulis yang diikuti oleh 350 peserta dari Aceh sampai Papua ini menghasilkan 2.100 untai pantun mutiara budaya Indonesia. Karya itu pun dibukukan dan diterbitkan oleh Bang Asnur. Buku ber-ISBN tersebit berjudul “Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Indonesia”.

  

Pantun Karya Kami dalam Buku “Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Indonesia”

Bangga dan bahagia rasanaya, kami yang pemula di dunia menulis ini bisa sebuku dengan pemantun-pemantun hebat dari seluruh Nusantara. Rasanya benar-benar tak percaya. Hingga saat ini, buku ekslusif dan elegan itu selalu saya buka dan saya baca. Benar adanya, di antara penulis itu banyak pejabat daerah yang turut serta berkarya.

Beliau-beliau itu di antaranya adalah Sekda Kota Batam yaitu Bapak Jefridin Hamid. Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Bapak Erman Zarudin. Ada juga Bapak Hari Trisantosa, beliau adalah Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Sungguh kesempatan emas buat kami untuk menimba ilmu dari mereka. Banyak yang kami peroleh dari pelatihan tersebut. Ilmu, pengetahuan, buku, sertifikat, baju, dan sharing pengalaman berharga di bidang literasi.

Selain itu, putra saya, M. Wiratama Albarizi, S.Pd. terpilih menjadi Pemantun Termuda di Indonesia. Oleh karena itu, PERRUAS pun menganugerahkan piagam penghargaan kepada putra saya.

Kami memperoleh apresiasi yang luar biasa dari pemerintah daerah setempat. Bapak Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, dan Ketua PGRI Way Kanan pun memberikan apresiasi terhadap prestasi kami ini.

Bupati Way Kanan memberikan tropi sebagai bentuk apresiasi dan motivasi buat kami. Pengahrgaan itu diberikan kepada kami pada Peringatan HUT Ke-75 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) 2020.

Apresiasi dari Bupati dan PGRI Way Kanan

Semua itu membuat kami merasa bangga dan bahagia. Tetapi yang paling membahagiakan adalah, kami dapat membawa nama sekolah, Way Kanan, dan daerah Lampung tercinta ini di tingkat Nasional melalui karya kami.

Semoga kisah kami ini dapat memotivasi dan menginspirasi pembaca. Mari berkarya selagi kita bisa. Terbukti, pandemi tak menghalangi kita untuk tetap berkarya.

Meskipun saya sudah lanjut usia, 50 tahun kini tetapi saya tetap berusaha untuk berkarya. Sebab, dulu belum sempat berkarya sama sekali. Putra saya pun telah membuktikan, ia tetap berkarya meskipun masih belia usianya. Bahkan masih berstatus sebagai guru honorer selama 2 tahun ini.

Akan tetapi, hal itu tak menjadikan alasan baginya untuk enggan berkarya.

Sebab guru mulia karena karya. Dan bukan mulia karena selembar SK.

 

 

Salam Literasi,

Way Kanan, Lampung, 22 Februari 2021

 

 

Tinggalkan Balasan

4 komentar