Negosiasi Dengan Malaikat Maut

Puisi292 Dilihat

Dalam ada dan tiada, engkau datang berkelebat. Menatap sedingin es, begitu pekat. Tanpa sepatah kata, tanpa suara. Hanya menyodorkan sebuah catatan yang tak terbaca.

“Wahai Izrail, adakah engkau datang menjemput aku?. Apakah Engkau menerima perintah Tuhanku? Berilah aku tambahan waktu. Karena aku belum siap pergi bersamamu”.

Tetiba sebuah layar terbentang di hadapan. Berisi semua adegan dan kesalahan. Oh, ternyata dosa-dosa ku tak terhitung banyaknya. Menumpuk di sepanjang usia.

Air mata berlinang menjadi muara. Penyesalan seakan tiada guna. Mengapa aku terlena dengan bujukan setan. Padahal Rasulullah telah mengajarkan.

“Duhai Izrail, sampaikan pada Dia, aku ingin perpanjangan masa. Untuk membayar hutang dan membalas jasa. Pada orang-orang yang memandang aku dengan cinta. Meski aku pernah menyakiti mereka”.

Dan dengan terbata-bata aku membaca Asmaul Husna. Mengharapkan kasih sayang dan ampunan Nya. Pada seorang hamba yang hina tanpa daya. Lalai dalam pengabdian kepada Dia.

Sang malaikat maut tersenyum beku. Menghilang lenyap di balik malam yang bisu. Meninggalkan aku dalam serbuan pilu. Aku tak tahu, mungkin ini sujud terakhir ku.

KMAA

KMAA6

Tinggalkan Balasan