AYAH

Literasi, Terbaru27 Dilihat
AYAH
Senin, tanggal 02 Februari 2021
 (Tantangan Menulis Hari ke-2)
Oleh
Nana Wihana
NPA : 1019200412

Ketika menulis lomba blog ini terdengar sayup-sayup suara khas Ebiet G Ade menyanyikan lagu Ayah. Suara khas nan merdu itu berasal dari tape milik tetangga sebelah. Terkadang dia sendiri membawakan lagu-lagi hit masa kini dengan di iringi gitar tua milik kakaknya.

“Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia”

Meresapi syair lagu itu tak terasa air matapun jatuh berlinang membasahi pipi. Aku jadi rindu bapak.  Sejak kecil aku dididik untuk selalu belajar, belajar dan belajar agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan  agama. Ketika aku akan berangkat sekolah, seringkali engkau antar karena khawatir telat, padahal engkau pun harus bersiap-siap menuju tempat kerja. Ketika aku kuliahpun di luar kota, engkau rela jauh-jauh menjengukku sambil membawa dus berisi beras dan makanan untukku. Bapak, maafkan aku yang selalu merepotkanmu. Sampaikan salam kangen untuk Ibu dan saudara-saudara di kampung halaman.

Kini engkau tidak sekuat dulu lagi. Badanmu sudah mulai melemah dan penglihatanmu mulai berkurang tapi alhamdulillah selalu sehat. Kalaupun sakit, aku selalu menitipkanmu kepada adik-adiku agar menjaganya terutama ketika malam hari. Meski kita berjauhan, aku selalu merindukanmu, mendoakan setiap waktu. Semoga Allah SWT selalu menjagamu, memberi kekuatan dan husnul khotimah di akhir hayatmu nanti. Aamiin yra.

Kedua orangtualah yang perama kali mengenalkanku kepada kegiatan menulis dan membaca. Baik menulis dan membaca al-Qur’an maupun ilmu-ilmu umum. Tidak sampai disitu, namun aku dan saudara-sudaraku di sekolahkan di Madrasah Iptidaiyah agar aku dan saudara-saudaraku memahami semua bidang ilmu. Sampai pada suatu saat, beliau memberikan hadiah berupa buku-buku cerita. Dan sejak saat itulah aku senang membaca.

Berangkat remaja aku mulai jatuh cinta pada dunia sastra hingga kuliah. Rasa cinta dan senang itu tumbuh subur dengan sendirinya. Terlebih setelah bergaul dengan rekan-rekan mahasiswa dari jurusan bahasa Indonesia. Kami sering berdiskusi dan berkunjung untuk sekedar melihat aktivitas mereka di luar kelas.

 

Terima kasih,

Salam Literasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan