IDE; SI ABSTRAK YANG KONGKRIT
Oleh : Nanda Candra Kirana
Untuk memulai menulis, sebuah ide sangat dibutuhkan. Ide adalah langkah pertama yang harus kita punya sebelum menuangkannya pada untaian kata. Ide terkadang datang tiba-tiba namun terkadang harus dicari di berbagai tempat dan suasana.
Ide memang tak terlihat wujudnya, namun ada banyak hal-hal kongkret yang bisa menstimulus pikiran kita untuk melahirkan atau memunculkan sebuah ide. Ini tergantung bagaimana kita memandang suatu objek.
Sejatinya, tulisan adalah visual pendapat dan perasaan. Maka seorang yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya harus mampu membiasakan pikirannya menangkap dan mengembangkan gagasan dari objek-objek yang ia temui dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga harus mampu mengasah rasa dan imajinasinya.
Ide adalah hal kecil yang memiliki pengaruh besar, tak ayal ada pendapat yang menyatakan bahwa ide adalah harga dari sebuah proyek yang dikerjakan hingga selesai. Sebab tidak akan ada sesuatu yang terwujud bila tidak dilandasi ide. Ide adalah gambaran sempurna yang ringkas dari sebuah cerita dan kerja yang panjang.
Begitulah mahalnya sebuah ide. Spirit yang mengantarkan sebuah karya dari pangkal hingga ujungnya yang sakral. Mengapa sakral? Karena di akhir prosesnyalah sebuah karya termasuk karya tulis akan mendapatkan penilaian dari para penikmatnya. Penilaian ini bisa berupa apresiasi atau koreksi.
Seperti yang disampaikan di awal, bahwa ide terkadang datang tiba-tiba tanpa kita undang. Disini kecepatan dan teknik seorang pemburu ide sangat dibutuhkan. Ide itu sangat liar, dalam sekejap ia bisa menghilang entah kemana. Bila sudah hilang, sisa jejaknya dalam kepala susah dijadikan petunjuk untuk membawanya pulang.
Saya pribadi, memiliki beberapa cara yang saya lakukan sebagai karung penangkap ide yang datang tiba-tiba. Saya hampir selalu membawa buku kecil sebagai catatan. Kalau pun tidak, saya akan mencatatnya dalam bentuk voice note di gawai saya.
Cara ini terbukti ampuh. Saat ada waktu untuk menulis, saya tidak lagi harus mencari ide. Saya cukup membuka buku kecil atau gawai saya untuk kemudian memilih ide-ide yang pernah saya catat.
Untuk format penulisannya, biasanya saya tulis judulnya bila memang ide judul sudah ada, kalaupun tidak, maka kerangka penulisan saya tulis substansi bab per bab (untuk tulisan non fiksi) plot ke plot (untuk karya fiksi).
Akhirnya dengan sedikit meniru jargon iklan susu kesehatan usus, “Sayangi idemu dengan menulisnya setiap kali muncul”.
Salam Usus!