Pikirkan Kembali Sebelum Berasuransi

Terbaru30 Dilihat

Pikirkan Kembali Sebelum Berasuransi

Hari ini tepat satu bulan suami meninggalkanku. Melatih diri untuk tetap ikhlas dan kuat menjalani hari-hari dengan putra semata wayangku. Sudah satu bulan persyaratan admin untuk asuransinya datang satu persatu dan mengharuskanku bertemu dengan dokter yang pernah menanganinya. Bukannya aku malas untuk bertemu namun setiap kali aku bertemu dokter yang merawat suami, mengingatkanku saat-saat dia sakit, menunggunya dengan penuh harap-harap cemas.

Setiap kali aku dan putraku terjaga ketika dia minta minum, ketika badannya menggigil, ketika badannya sakit semua. Jarum infus dipasang bergantian di tangan kiri dan kanannya, untuk mempermudah memasukkan makanan, vitamin dan obat-obatan di tubuhnya. Bernafaspun dibantu oksigen. Tubuhnya yang semakin kurus dan lemah membuat hatiku teriris-iris.

Hari ini aku harus menemui dokter untuk urusan asuransi. Aku mengasuransikan suami untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang membutuhkan biaya besar. Saat itu belum ada BPJS jadi saya termakan bujukan manis agen dari asuransi.

Pada saat suami sakit, aku melaporkan, tidak ada dari agent yang datang, hanya form-form yang harus diisi untuk claim, bahkan ketika suami meninggal tak seorangpun dari asuransi yang menghadiri pemakaman. Mungkin Pandemi Covid adalah salah satu alasannya.

Mungkin prosedurnya memang demikian, mengisi form ini dan itu. Hanya yang disayangkan tidak ada agent yang mendampingi.  Aku sudah kesusahan dan aku harus memikirkan segalanya. Aku harus bekerja dan memikirkan banyak hal berdua dengan putraku.

Aku juga sudah menghubungi dokter melalui WhatsApp namun tidak dibalas. Aku tahu pesanku dibaca. Jika menelpon aku takut jika dokter sedang bersama pasien. Pada saat suamiku meninggal aku juga hanya WA, juga tidak dibalas. Jika aku telpon pada saat itu, aku tidak akan bisa bicara apa-apa karena menahan tangis.

Kemudian aku menghubungi perawat yang mendampingi dokter dan mempersilakan aku untuk menemui dokter selama jam prakteknya sore hari pukul 17.00 sampai dengan tidak ada pasien.

Aku belajar dari pengalamanku saat ini untuk bersabar dan tidak terlalu percaya dengan asuransi. Agen asuransi datang dengan bahasa halus dan manis-manis. Seluruh prosedur mudah dan dia yang banyak siapkan. Ketika kita membutuhkan atau klaim untuk sakit atau meninggal, Mereka cukup mengirimkan form untuk diisi.

Aku memang mengerti kondisi saat ini karena Covid yang memberikan gerak terbatas. Email dan WhatsApp memang cara tercepat untuk memproses apapun. Sebagai nasabah yang sedang kesusahan tetap membutuhkan support dari agentnya tidak hanya kata-kata yang tertera pada WhatsApp.

Berdasarkan pengalaman dari saya, saya menyarankan jika hendak berasuransi pikirkanlah baik buruknya.

Jakarta, 19 Februari 2021

Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M.

Lomba Menulis PGRI

Hari ke-19.

Tinggalkan Balasan