REJEKI

Terbaru41 Dilihat

REJEKI

Pagi cerah, suasana hati lebih baik dari hari-hari sebelumnya walau sebenarnya aku enggan untuk bangun lebih awal. Inginnya setelah sholat Subuh terus tidur lagi. Badan serasa sakit semua entah karena apa. Prediksiku karena faktor usia. Aku tersenyum dalam hati karena banyak keinginan atau angan-angan dimasa tua namun kondisi fisik tak mendukung.

Bersyukur masih punya angan-angan karena angan-angan itu tak berbayar. Angan-angan itu datang begitu saja. Angan-angan tidak mengganggu orang lain selama disimpan sendiri dan selama angan-angan itu tentang hal-hal positif. Angan-angan boleh ditulis di blog tapi perlu dipilih. Wah gratis tapi terbatas ya.

Sesampai di kantor, laptop aku buka dan aku nyalakan dan aku biarkan untuk sesaat karena masih proses untuk penyajian berbagai tampilan. Agar waktu lebih efektif dan menambah moodku, aku tuang air panas ke dalam mug (gelas dari keramik) yang sudah ada gula dan teh celup di dalamnya. Aroma teh melati Tong Tji menusuk hidungku. “Heemm, sedapnya.”

Teh aku taruh diatas meja disebelah laptopku yang sudah siap untuk membantuku menuangkan rencana-rencana yang akan aku kerjakan. Hari itu aku berencana memenuhi undangan sahabatku untuk sarapan pagi di dekat danau disekitar Mako Akademi dan membuat jadwal kursus untuk awal bulan Maret. Menulis di blog tiap hari menjadi agendaku juga, walau waktu menyesuaikan kegiatan kantor.

Belum selesai aku mengetik semua rencana itu, HP ku berdering. Ketika tombol receive di HP aku pencet, wajah sahabatku muncul di layar HP dan langsung terkoneksi dengannya.

“Nan! Yuk berangkat. Etik sudah menunggu kita. Gak pakai lama ya” Katanya kepadaku mengingatkan.

“Siap!” Jawabku. Aku segera menyimpan fileku dan setting sleep di laptopku. Aku minum teh beberapa teguk. Sayang jika teh menjadi dingin. Aku lihat jam di HP ku menunjukkan pukul 08.00. Masih bisa ijin untuk sarapan bersama dengan sahabat-sahabatku. Dompet dan HP tidak lupa aku bawa. Hanya jaga-jaga jika ingin beli jajanan yang lain untuk teman-teman di ruangan.

Berdiri beberapa saat di depan Lift dan tidak berapa lama lift terbuka di depanku. Aku segera masuk dan tidak lupa menelpon mereka jika aku sudah berada di lift. Pasti mereka tidak sabaran menungguku. Lift berhenti di lantai satu. Benar kedua sahabatku sudah menunggu di dalam mobil.

“Maaf ya menungguku agak lama.” Kataku.

“Tidak kok, cuma lima menit. Aku mengerti karena kamu harus menunggu lift terlebih dahulu.” Kata Rosi. Aku mengangguk dan tersenyum.

“Jangan lupa pakai maskernya nanti kena teguran.” Kata Yulis mengingatkan.

“Ok..Ok..“ Jawabku.

Kami berangkat menuju Kedai makanan modern di dekat danau. Pemandangan di sekitar Mabes tampak asri. Pepohonan hijau tertata rapi dan tampak rimbun karena sering disiram hujan. Cahaya matahari menerobos kaca mobil dengan jendela terbuka setengah. Serasa hangat dan segar. Andai tidak ada pandemi Corona, kami pasti lebih leluasa untuk menghirup udara segar dan menikmati cahaya matahari.

Sekitar sepuluh menit memutari area Mabes, akhirnya kami sampai di depan lapangan tenis. Rosi memarkirkan mobilnya di bawah pohon kemudian kami berjalan menuju kedai. Aku melihat bangunan kedai minimalis dan manis. Beberapa pelanggan sedang duduk-duduk di lantai dua sambil menikmati gorengan dan kopi. Tidak begitu jelas gorengan apa yang dimakan. Pemandangan disekitar kedai sungguh elok. Danau tenang dengan air bersih. Pepohonan hijau tetap menjadi background indah diseberang danau.

Kami menuruni tangga kedai karena di bawah juga area untuk makan yang lebih luas dan benar-benar ditepi danau. Ketika aku sampai dilantai bawah tiba-tiba seseorang memanggil dengan sebutan namaku. “Teacher!”.

Aku menengok dan kaget karena di area tersebut banyak pejabat yang sedang berbincang-bincang sambil menikmati sarapan pagi. Aku banyak kenal dengan mereka karena mereka mayoritas mantan siswaku. Hanya tahunnya aku lupa karena mereka berpangkat Kolonel dan bintang. Seseorang yang menyebutku teacher menghampiriku dan mempersilakan untuk memesan makanan dengan rekening mereka.

Belum lagi kami duduk, Rosi membisikkan kalua di kedai itu juga ada pejabat tertinggi yang sedang makan bersama-sama perwira lainnya. Ketika aku melihat beliau aku langsung mengenalinya dan beliau juga melihatku sambil tersenyum. Aku menghampiri beliau dan memberi salam hormat. Masih sangat jelas di ingatanku kalau beliau belajar Bahasa Inggris ketika berpangkat Letnan Satu dan aku berpangkat Sersan Dua.

Beliau mengajak berbincang-bincang sejenak dan mempersilakan aku juga teman-teman baikku untuk memesan makanan dan tidak perlu bayar.

“Wow, rejeki dipagi hari.” Ungakpku lirih.

“Alhamdulillah ya ibu-ibu, kita dapat traktiran pagi ini.” Kataku menambahkan.

“Ibu-ibu, pagi ini Soto dagingnya sudah dipesan para pejabat itu.” Eti memberitahukan sedikit khawatir.

“Yang ada apa sekarang Tik? Apakah ikan ada ya?” Tanya Yulis.

“Yang ada sate kambing, sate ayam dan garang asem.” Jawab Etik.

“Ada nasinya gak?” Tanya Rosi.

“Ada nasi dan lontong. Jawab Etik lagi.

“Nan kamu pesan apa? Tanya Etik.

“Yang ada saja. Yang penting kita sarapan.” Jawabku.

Tidak beberapa lama dua hot plate berisi sate kambing dan satu hot plate berisi sate ayam sudah ada di atas meja. Nasi, lontong dan garam asem juga siap dimakan. Tiga teh tanpa gula dan satu jeruk panas dihidangkan sesuai pesanan kami masing-masing.

Sebelum makan, kami berdoa agar sarapan berat dipagi hari menyehatkan dan menjadi berkah atas rejeki yang tak terduga dari Allah SWT. Sebelum suapan-demi suapan kami permisi untuk makan kepada para pejabat itu.

“Etik, pagi ini tidak usah traktir kami ya. Beliau-beliau itu yang menraktir kita. Kita tidak boleh menolak rejeki.” Kataku menjelaskan sambil tersenyum.

Etik mengerutkan keningnya sedikit bingung. Rosi membisikkan ditelinganya kalua kita tinggal makan saja.

Pagi yang cerah dengan suasana hati yang gembira kami menikmati breakfast gratis di tepi danau yang tenang dan panorama indah bersama-sama orang-orang yang baik.

“Terima kasih Tuhan atas rejeki yang Engkau berikan kepada hamba dan jadikan hamba tidak lupa untuk selalu bersyukur padamu. Amiin” Doaku di dalam hati.

Nani Kusmiyati, SPd., M.M., CTMP.

Jakarta, 8 Februari 2021

LOMBA MENULIS PGRI

Day 8

Tinggalkan Balasan