Bahagia Itu Sederhana
Setiap orang layak untuk berbahagia. Kebahagiaan tidak dapat diukur dengan materi. Kebahagiaan hanya datang dari hati dan pikiran kita. Yang menyebabkan kita bahagia juga berbeda-beda. Seseorang bahagia tatkala dia mendapatkan lotre, naik gaji atau tunjangan kinerja, mendapatkan promosi jabatan dan masih banyak lagi yang menyebabkan bahagia.
Bagi saya bahagia itu ketika saya memiliki orang-orang yang menyayangi saya dengan kapasitas mereka. Dalam keluarga, ayah, ibu, kakak, suami dan anak-anak saya merupakan harta yang tidak ternilai. Saya bahagia tatkala mereka sehat dan ada di samping saya. Saya bisa berbincang-bincang tentang banyak hal. Melalukan aktivitas bersama seperti memasak, berkebun atau bahkan sekedar minum teh atau kopi ditemani pisang atau ubi goreng.
Ketika di kantor, saya akan sangat bahagia apabila lingkungan dan kondisi kantor nyaman dan kompak. Perbedaan pendapat itu biasa. Perbedaan pendapat yang saling mengisi dan melengkapi akan menjadikan pekerjaan lebih mudah. Waktu untuk bekerja di kantor akan lebih lama dibanding di rumah sehingga lingkungan kerja menjadi keluarga nomor dua. Friksi-friksi kecil harus segera diselesaikan. Saling menghargai dan saling memberi support akan menjadikan hidup lebih bahagia.
Sebagai pengajar saya sangat bahagia ditengah-tengah murid-murid saya yang antusias ketika belajar. Ketika mereka menemui kesulitan mereka tidak ragu-ragu untuk bertanya. Ketika mereka memiliki masalah diluar, mereka percaya untuk mendiskusikannya dengan saya. Bahagia ketika mereka menikmati saat-saat di kelas tanpa rasa tertekan. Bahagia ketika mereka memiliki progress dalam belajarnya dan lulus tes.
Saya juga bahagia saat belajar bersama-sama dengan guru-guru PGRI dan teman-teman literasi baik di group Om Jay, Om Bud atau di group lainnya. Banyak mendapatkan ilmu menulis, ilmu bagaimana menerbitkan buku, bagaimana menjadi guru inovatif dan bagaimana berbicara yang baik dan efektif di depan siswa. Guru-guru milenia yang sangat paham dengan teknologi dan berprestasi.
Menjadi bahagia ketika bersama-sama teman satu angkatan bisnis bersama, olah raga bersama dan makan bersama untuk mencoba kuliner di seputar Jakarta Timur dekat dengan kantor.
Bahagia yang terakhir ketika saya diberi kesehatan, makanan yang cukup dan istirahat yang cukup. Bahagia ketika saya dapat mensyukuri apa yang diberikan Tuhan kepada saya. Nah bahagia tidak mahal kan? Cukup ciptakan mindset dan hati yang bahagia.
Jakarta, 26 Februari 2021
Nani Kusmiyati, SPd., M.M., CTMP.
Benar mbk..bahagia sesederhana Itu tergantung kita sejauh mana bersyukur dengan aoa yang kita dapatkan…
bahagia itu ternyata sederhana dan ada di dalm jiwa.