Menulis adalah bekerja untuk keabadian
Menulis adalah kegiatan yang dapat dilakukan siapa saja. Mengapa kita harus menulis? setiap orang memiliki alasan untuk menulis. Biasanya kita menulis karena kita ingin menumpahkan rasa kesedihan, kegembiraan, marah. Kita menulis untuk mengungkapkan ide kita ke orang lain atau publik atau untuk meyakinkan orang tentang visi dan misi kita.
Kegiatan menulis menjadi menarik tatkala kita telah menemui celahnya. Hal ini bisa didapatkan ketika kita sering menulis. Seperti dikatakan oleh Om Jay dan beberapa nara sumber sebelumnya, “Menulislah setiap hari dan buktikan hasilnya”.
Celah yang dimaksud yaitu kita bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan kita ketika membaca lagi tulisan yang pernah kita buat. Apakah bahasa yang kita gunakan sudah tepat atau belum? Apakah tulisan kita sudah mengalir (dengan menggunakan kata penghubung yang benar)? Sebelum kita publish tulisan itu sebaiknya diendapkan terlebih dahulu dan dibaca, maka kita akan menemukan kata-kata yang kurang pas dan kesalahan ejaan.
Saya pribadi banyak belajar dari para narasumber sebelumnya juga dari group literasi yang mengadakan nulis bareng dan membuat buku antologi dengan berbagai topik. Sebagai penulis pemula saya baru dapat menulis 30 buku Antologi.
Selain bergabung dengan group literasi Om Jay, saya juga ikut dengan group the writers Om Bud (Bapak Budiman Hakim, Kang Asep dan mba Devina). Mereka yang banyak memberikan ilmu, ide dan motivasi di dalam menulis.
Tidak dapat saya sebutkan satu persatu teman literasi yang membuat saya termotivasi untuk menulis. Merekalah yang membuat saya berani mengungkapkan ide-ide saya ke dalam blog maupun mengirimkan ke the writers dan YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.
Dua project lain yang banyak berbagi ilmu tentang menulis adalah project Omera dan Nubala. Omera dengan mbak Moon dan Nubela dengan mba Rina. Keduanya masih muda namun sudah berkarya.
Jika kita kembali ke topik “Menulis adalah bekerja untuk keabadian” maka dengan menulis banyak sekali manfaat yang dapat kita petik untuk diri kita pribadi. Untuk pribadi, kita dapat memperluas pengetahuan apa saja. Dengan menulis otak kita akan terus terasah walaupun kita bertambah usia sehingga kita tidak mudah lupa.
Menulis adalah sarana edukasi bagi diri pribadi dan orang lain. Kita dapat membagikan ilmu yang kita miliki melalui menulis. Jika kita seorang guru, kita menuliskan bahan ajaran untuk siswa kita di blog atau menjadikan sebuah buku maka murid-murid kita akan membacanya dan menyerap ilmu tersebut dan berguna untuk masa depannya. Walau kita telah tiada buku-buku kita masih ada, buah pikiran atau ilmu yang kita tuangkan ke dalam buku masih dapat dinikmati orang lain.
Inilah salah satu manfaat bahwa menulis itu bekerja untuk keabadian. Manfaat lain dari hasil tulisan yaitu sebagai perantara kebaikan. Ketika kita menulis hal-hal yang inspiratif yang dapat memotivasi orang lain, yang dapat menenangkan hati orang lain maka kita sudah berbagi kebaikan dengan orang lain.
Menulis mengabadikan cerita kehidupan kita atau perjalanan karir kita. Ketika saya tugas misi di Libanon seharusnya banyak yang bisa saya tulis. Namun saat itu saya hanya mengabadikan lewat foto-foto di tempat-tempat bersejarah. Foto-foto itupun jika hanya kita simpan di flash-disk bisa terkena virus. Beberapa foto yang sudah saya simpan di email masih bisa diselamatkan. Dari foto-foto itu yang mengingatkan saya untuk menuliskan kembali pengalaman-pengalaman selama misi. Sehingga anak cucu saya nanti dapat mengetahui sejarah saya, prestasi apa yang pernah saya dapatkan.
Demikian sharing ilmu yang dapat bisa sampaikan. Semoga bermanfaat.
Jakarta, 5 Maret 2021
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP.
Semoga saya bisa mengikuti jejak ibu nani yg luar biasa.
Saya juga ingin menjadi guru blogger dan penulis hebat seperti Om Jay