PRODUKTIF MENULIS
Pelajaran ini pernah saya dapatkan dari Dr. Ngainun Naim yang telah menghasilkan banyak karya tulis berupa buku dan artikel jurnal ilmiah. Saat itu sebagai narasumber ibu Kanjeng seorang blogger juga penulis.
Topik ini bukan topik istimewa namun sangat bermanfaat jika kita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Topik ini untuk semua orang yang mencintai literasi. Literasi diartikan sebagai budaya membaca dan menulis. Apalagi bagi seorang guru dunia literasi adalah dunianya.
Sebelum mengajar seorang guru pasti mempersiapkan mata pelajaran yang hendak diajarkannya. Otomatis guru tersebut membaca terlebih dahulu dan menuliskan poin-poin yang akan diajarkan berupa lesson plan atau rencana pelajaran. Membaca tidak hanya sebatas buku pelajaran yang akan diajarkannya namun buku-buku lain sebagai pendukung materi tersebut.
Dijaman yang serba digital benar-benar sangat mudah bagi guru untuk mendapatkan bahan ajaran untuk murid-muridnya. Guru hanya mengemaskannya menjadi sesuatu yang lebih menarik. Disitulah saatnya guru diajak untuk menjadi kreatif dan berwawasan luas.
Jika kita seorang guru bahasa Inggris, kita bisa mendapatkan materi integrated skill, Listening, Speaking, Reading dan Writing melalui internet dengan mudah. Saya biasanya di waktu senggang ketika tidak mengajar senang sekali untuk browsing yang berhubungan dengan empat skill tersebut. Saat ini murid saya banyak saya berikan pelajaran tambahan membaca dan menulis selain dua skill yang lain. Bacaan-bacaan yang saya berikan tergantung level bahasa Inggris murid saya. Kebetulan mereka memiliki level intermediate dan advanced, sangat mudah bagi saya untuk mengajarkannya. Namun sebagai guru yang profesional saya harus mengerti terlebih dahulu isi bacaan itu.
Saya biasanya menggaris bawahi kata-kata yang sulit kemudian menuliskannya ke note book digital saya yaitu di HP saya. Selain menuliskannya di note book yang sudah ada aplikasi di HP saya juga memiliki folder-folder di whatsapp saya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa kita dapat membuat folder-folder di whatsapp. Pelajaran ini saya dapatkan ketika saya mengikuti kegiatan menulis buku Antologi dengan mba Moon Mumun dari Omera.
Langkah pertama yang saya dapatkan untuk membuat folder-folder itu saya membuat whatsapp group dan saya invite kakak saya, Kemudian saya beri nama folder itu dengan Reading, Speaking, Listening atau Writing. Selanjutnya kakak saya saya keluarkan dari group, tinggallah saya sendiri sebagai admin sekaligus anggotanya. Sangat mudah bukan?
Untuk catatan-catatan rapat yang bersifat umum juga saya buatkan folder tersendiri. Yang terpenting saya tidak boleh lupa nama-nama folder tersebut. Nah note book aplikasi di HP saya tuliskan nama folder-folder itu.
Membaca, menulis dan mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mudah untuk dilakukan. Satu hari sebelum mengajar, saya biasanya sudah bisa mendapatkan beberapa topik bahan ajaran untuk tiga kali pertemuan. Materi reading juga sudah saya simpan. Saya menyimpannya dengan menuliskan link reading ke dalam folder whatsapp yang sudah saya buat. Kadang saya gunakan screen shot untuk menyimpan text yang saya dapat dari youtube ketika saya berangkat atau pulang dari kantor. Ketika ada waktu untuk mengetiknya segera saya pindahkan ke laptop untuk menjadi bahan ajaran walaupun sebenarnya kita bisa menuliskannya melalui voice note.
Saya sengaja menuliskannya agar membiasakan jari-jari saya menari-nari diatas keyboard laptop saya sekalian olah raga jari-jari. Saya juga menuliskan kegiatan-kegiatan yang saya lakukan setiap hari terutama kegiatan selama mengajar dan di kantor di buku diary digital. Semua serba digital. Kelemahannya saya tidak dapat menulis cepat dan bagus diatas buku. Namun materi yang saya tulis di whatsapp maupun note book digital lebih mudah saya bawa kemana-mana.
Seperti yang pernah disampaikan Dr. Ngainun Naim, guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi.
Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.
Kunci-kunci penting dalam menulis untuk menjadikan kita lebih produktif menulis diantaranya Motivasi.
Motivasi menulis yang pertama yaitu motivasi karir terutama bagi para guru yang akan mendapat pangkat lebih tinggi dari pangkat sebelumnya. Semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang di tempuh.
Motivasi menulis kedua yaitu Motivasi materi. Dengan menulis maka akan menghasilkan reward berupa honor menulis. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
Motivasi menulis ketiga adalah motivasi politik. Politikus menulis karena ingin mencapai tujuan politik tertentu. Untuk memenangkan partainya, atau untuk meyakinkan para pendukungnya bahwa partainya adalah partai yang berkualitas dan yang terbaik diantara partai-partai lain.
Motivasi menulis adalah motivasi cinta. Cinta untuk menulis. Kegiatan menulis karena memang menjadi hobinnya. Sehingga tiada hari tanpa menulis.
Kunci kedua menulis yaitu anugerah. Menulis adalah anugerah. Mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya hal ini karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Bagi saya dan pecinta literasi lainnya, kegiatan menulis adalah anugerah yang harus terus dilakukan sehingga menulis bukanlah suatu keterpaksaan namun suatu kebiasaan atau habbit. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.
Banyak dari kita lulusan S-1, S-2 atau bahkan S-3 berarti kita sudah menulis ribuan halaman. Jika sekarang kita mengaku tidak bisa menulis itu berarti mustahil. Ketika kita S-1 setiap semester kita harus membuat makalah. Paling tidak satu semester harus membuat 10 makalah. Satu makalah terdiri dari 10 halaman maka jika dikalikan dalam satu semester kita sudah menulis 100 halaman. Kita menyelesaikan S-1 kita delapan Semester maka tulisan kita sudah mencapai 800 halaman.
Nah sebenarnya kita sudah mampu menulis. Saat ini kita tinggal membiasakannya menulis sebagai suatu habbit atau kebiasaan. Maka marilah terus untuk menulis agar kita lebih produktif dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kita dan orang lain.
Nani Kusmiyati,S.Pd., M.M.
https://nani2teacher1navy.wordpress.com
Mantab artikelnya. Semoga tetap semangat berkarya dan mnginspirasi
Terima kasih Pak Nana atas supportnya
Makasih mbk . .. Tulisan sngt mnginspirasi.tetap semngat..