Bekerja di Kantor Baru

Terbaru241 Dilihat

Sudah 6 hari aku bekerja di kantor baru di Lemhannas. Di hari pertama aku dan rekan-rekan baru di kantor sibuk menyiapkan stand untuk lomba dalam rangka memperingati hari Jadi Lemhannas ke-56. Aku hanya melihat mba Devi dan mas Sofyan mengeluarkan beberapa folder dari almari juga beberapa SOP yang telah dijilid dengan cover warna biru.

Di hari kedua, aku membawa souvenirs dari berbagai negara yang kebetulan sudah ada di rumah sejak lama. Souvenir-souvenir itu aku dapatkan ketika aku kursus di DLI (Defense Language Institute) Amerika dan DITC (Defence International Training Center) Australia juga ketika aku mengikuti latihan Cobra Gold di Thailand dan Ausindo di Darwin Australia. Beberapa souvenir aku beli ketika aku mengikuti misi di Lebanon dan beberapa aku dapatkan dari siswa-siswa yang kursus atau penugasan ke Luar Negeri.

Aku juga membawa bunga plastik Sakura berwarna pink. Bunga itu memiliki memori tersendiri ketika selesai mengajar siswa PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Disdikal (Dinas Pendidikan TNI AL). Para siswa PNS yang belajar selama 2 bulan sangat dekat denganku. Saat itu para siswa telah menyiapkan kenang-kenangan untuk kelas KIBI (Kursus Intensif Bahasa Inggris) berupa quotes dari orang-orang terkenal yang telah di bingkai kaca. Mereka sengaja memasang di dinding kelas agar siswa KIBI berikutnya dapat membaca dan memahami quotes dalam bahasa Inggris tersebut. Mereka juga mempercantik kelas dengan beberapa bunga plastik besar yang mereka taruh di sisi kiri dan kanan meja guru yang terletak ditengah di depan kursi siswa.

Kelas tampak bersih dan indah. Pada jam istirahat aku tidak langsung ke luar kelas, namun aku melihat bunga-bunga plastik yang tampak asli. Harganya pasti mahal. Aku tidak ingin siswaku mengeluarkan banyak dana untuk mempercantik kelas. Ketua kelas menghampiriku dan bertanya apakah aku suka bunga-bunga itu, dan aku mengangguk sambil tersenyum. Aku berkata bahwa aku sangat menghargai kebaikan para siswa, namun aku meminta mereka untuk tidak berlebihan mengeluarkan dana. Ketua kelas bilang, mereka ikhlas untuk mempercantik kelas dengan quotes dan bunga-bunga indah sebagai kenang-kenangan.

Aku merasa terharu dengan ketulusan mereka. Aku sangat berterima kasih karena mereka senang belajar bahasa Inggris dan merasa kelas adalah rumah kedua mereka. Satu hal yang tidak aku duga, mereka juga membelikanku bunga plastik Sakura berwarna pink sebagai kenang-kenangan. Bunga Sakura itu yang akhirnya aku bawa untuk mempercantik stand.

Di hari kedua siang hari aku dan rekan-rekan kerjaku mulai menata stand. Mbak Ratih sudah memilih souvenir yang dirasa bagus untuk ditampilkan. souvenir dari mba Ratih di padu padankan sehingga menjadi lengkap dan menarik. Aku merasa bukan orang baru lagi walau masih dua hari di kantor. Pukul 16.00, aku mulai gelisah karena keponakanku sudah datang untuk menjemput dan perutku sudah gak nyaman seperti masuk angin. Akhirnya aku ijin pulang mendahului dan mba Ratih ikut pulang bersama. Sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang suasana jalan di Jakarta yang masih saja macet di sore hari. Mbak Ratih juga memandu keponakanku untuk mencari jalan yang lebih cepat sampai di tempat tujuan.

Akhirnya, kami berhenti di pinggir jalan, di depan gang rumah mba Ratih. Aku lega dapat mengantar mba Ratih dan aku melanjutkan perjalanan pulang ke Citra Indah Jonggol.

Pukul 19.00 aku baru sampai rumah, beristirahat sebentar terus mandi. Serasa kepenatanku hilang setelah mandi. Aku buat teh manis panas dan membaca beberapa pesan dari teman-teman literasi dan mba Ratih. Aku mendapat pesan untuk mengambil tumpeng di tempat mba Hestu jam 5 pagi.

Aku segera menyiapkan keperluanku untuk esok hari karena takut kantukku datang. Setelah semua selesai aku menghabiskan tehku sambil menonton film drama kolosal China yang semakin seru dengan dinamika di sekolah bagi keturunan raja-raja dengan kisah lucu-lucu murid-muridnya. Untuk beberapa saat aku mampu terjaga, namun tidak lama kemudian aku sudah jatuh tertidur dan bunyi alarm membangunkanku jam 3 pagi.

Hari ketiga, pagi jam 04.30 aku berangkat ke mba Estu untuk mengambil tumpeng untuk hari jadi Lemhannas yang akan ditaruh di stand. Aku meletakkan secara hati-hati di dalam mobil agar tidak tumpah ketika mobil berjalan. Aku meminta keponakanku untuk mengendarai secara hati-hati dan menghindari lobang dan pelan-pelan ketika melintasi polisi tidur.

Alhamdulillah aku sampai kantor dengan selamat dan tumpeng dalam keadaan utuh. Tumpeng langsung aku letakkan di meja di dalam stand yang sudah rapi dengan berbagai foto dan asesoris. Bunga-bunga hidup menghiasi depan stand dan beberapa menghiasi bagian-bagian stand yang berada di dalam.

Mba Ratih datang dengan membawa buah bengkoang dan pisau. Mba Ratih membuat huruf N kemudian menggabungkan dengan tulisan yang lain sehingga membentuk tulisan Lemhannas.

Pukul 07.00. teman-temanku dan staf di bagian lain berdatangan. Mereka mulai merapikan dan menambahkan pernik-pernik agar stand tampak cantik. Sebelum juri datang aku dan teman-teman di bagian yang sama berfoto di depan stand mengabadikan momen yang belum tentu diadakan setahun sekali.

Sekitar pukul 10 para juri mulai datang di standku berkeliling melihat-lihat foto yang telah dilengkapi dengan penjelasan dibawahnya. Aku yakin standku akan menjadi salah satu pemenangnya karena yang terlengkap dan tercantik, tentunya menurutku. Namun aku tidak tahu kriteria penjurian karena ternyata stand yang tampak biasa-biasa saja yang menjadi pemenangnya.

Nah itulah kenyataannya, persiapan menata sedemikian rupa ternyata tidak menarik perhatian para juri yang aku rasa mereka tidak memiliki selera atau taste yang sama denganku. Aku melihat kekecewaan bos dan teman-temanku namun juri tidak dapat diganggu gugat. Memang belum rejeki, pikirku. Menang dan kalah dalam suatu lomba sudah biasa. Yang tepenting ikhlas menerima kekalahan itu karena sisi positif lainnya dapat dipetik yaitu kekeluargaan dan gotong royong dapat tercipta. Hal itu dapat dilihat ketika semua staf bekerja sama untuk mempersiapkan lomba hingga akhir acara.

Selanjutnya hari-hariku aku isi dengan belajar dari temanku pak Trias yang selalu siap memberikan jawaban jika ditanya, bahkan dia dengan sabar menjelaskan proses surat menyurat juga contoh-contoh surat dalam bahasa Inggris. Semua menjadi mudah jika bekerja dengan kepala dingin dan penuh kekompakan. Semoga aku segera menguasai pekerjaanku dan bekerja dengan baik sesuai kemampuanku.

Jakarta, 30 Mei 2021

Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP.

Tinggalkan Balasan