Pangalengan Bandung dan Kisahku
Kamis pagi kami para Staf Birokermakum diajak bapak Karo untuk acara gathering di luar dari kantor agar mendapatkan suasana baru dan bersensasi. Kami berangkat dengan bus yang disewa secara pribadi sehingga tidak melibatkan fasilitas kantor. Masing-masing orang telah siap dengan backpack dan perlengkapan satu malam di Pangalengan, Bandung.
Kami masing-masing mendapatkan dua kaos berlogo outbound yang telah dipesan seminggu sebelum acara gathering. Namun ketika berangkat kami masih mengenakan kaos ungu seragam olah raga kantor kami. Team aju telah pesan 7 tenda. Setiap tenda dapat ditempati untuk 4 orang.
Video menuju tempat lokasi juga sudah dishare ke group sehingga kami sudah mendapatkan gambaran suasana dan perlengkapan apa yang tersedia disana. Di tempat yang akan kami tuju juga telah menyediakan peralatan masak seperti kompor gas kecil, penggorengan dan panci untuk memasak.
Kami berangkat pukul 10 dari kantor dan duduk ditempat yang kami suka kecuali baris pertama di belakang bapak sopir untuk para Kepala Bagian (Kabag). Sedangkan kami para Kepala Sub Bagian (Kasubbag) duduk di baris kedua. Ketika kami duduk, kami sedikit tertegun karena nuansa interior bus sama dengan warna kaos yang kami kenakan, warna ungu. Sopir bus dan kernetnya juga mengenakan kemeja ungu sehingga mereka seperti staf dari kantor kami.
Bus melaju diiringi dengan lagu-lagu dangdut remix yang diputar via bluetooth. Para staff wanita dan para Kabag menyanyi bersama-sama penuh dengan penuh kegembiraan. Hanya saya yang sedikit mengantuk karena malam sebelumnya harus mengerjakan tugas kampus dan hanya dapat tidur dua jam. Jepretan kamera dan video yang di rekam paparazzi di dalam bus tanpa aku sadari telah dishare ke group. Aku senyum-senyum melihat tingkah penumpang bus yang divideokan. Lumayan ada hiburan gratis.
Di rest area menuju tujuan, kami turun dan makan siang. Bapak dan ibu Karo telah menanti kedatangan kami dengan beberapa meja panjang yang telah dipesan. Kami duduk rapi ditempat yang telah disiapkan. Para pramusaji datang ke meja kami dengan membawa beraneka makanan utama khas Sunda, ayam, burung Dara, tahu dan tempe goreng beserta pelengkapnya, sambal, lalapan terong bulat, daun seperti seledri juga petai goreng. Sayur asam dan nasi tidak ketinggalan. Teh panas tanpa gula sudah menjadi paket menu makan siang di restaurant tersebut.
Ibu Karo mempersilakan kami untuk memesan minuman lain yang kami suka. Beberapa dari kami memesan es kelapa muda yang masih tersaji di dalam batok kelapa. Sedangkan yang lainnya memesan juice alpukat, mangga dan jeruk. Semua tampak lahap dan menikmati. Sesekali kami berbincang-bincang topik-topik yang ringan.
Selesai makan siang, kami sholat dzuhur bersama. Rest area cukup luas dengam masjid indah. Selesai sholat aku dan beberapa temanku berjalan berkeliling namun tidak lama karena kami segera meneruskan perjalanan ke Pengalengan. Ibu Karo memberikan kami payung untuk dibawa di tempat outbond di Pangalengan. Bapak dan Ibu Karo adalah orang yang sangat dermawan kepada kami, staffnya. Semua keperluan kami dipikirkan secara detail, jangan sampai para stafnya merasa tidak nyaman.
Sebelum naik ke bus kami foto bersama di depan bus sambil memegang spanduk, “Family Gathering Biro Kermakum.” Beberapa jepretan foto untuk mengabadikan momen kebersamaan kami. Momen itu benar-benar akan diingat oleh kami sebagai staf bapak Karo.
Bus melaju cepat dengan membawa penumpang yang kekenyangan. Beberapa teman tampak mengantuk dan bahkan sudah ada yang tertidur lelap. Hanya aku yang berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa. Aku mendengar para Kabag bernyanyi dengan penuh kegembiraan. Aku menikmati suara mereka dan menikmati indahnya pemandangan diluar jendela sambil tetap berdoa agar selama perjalanan tidak ada hal buruk yang terjadi.
Perjalanan mendekati Pangalengan mulai menyempit dan berkelak kelok. Bus kami harus berpapasan dengan bus lain. Pada saat belok menanjak, ban kiri belakang bus terperosok dan bus terpaksa berhenti. Beberapa penumpang merasa panik sedangkan yang lainnya santai-santai saja. Beberapa staff pria turun untuk mengurangi berat juga untuk melihat kondisi bus. Seorang staf wanita ikut turun karena dia merasa pusing dengan perjalanan yang berkelak kelok dan AC yang dingin di bus.
Sopir bus dengan dipandu kernetnya berusaha menaikkan ban dengan sedikit menggerakkan bus. Bus lain yang berpapasan menunggu dengan sabar karena tidak dapat lewat untuk berpapasan. Hanya motor-motor yang berusaha mencari celah untuk terus melanjutkan perjalanannya yang sedikit melambat. Alhamdulillah akhirnya sopir bus berhasil menggerakkan bus dan siap untuk meneruskan perjalanan. Seluruh penumpang naik dan yang merasa mabok segera duduk dan minum obat kemudian tertidur lagi.
Sepanjang perjalanan aku melihat pepohonan hijau di bukit-bukit yang tampak asri karena angin yang menerpa. Di area lain aku melihat sekelompok orang dengan pakaian siap ratfing dan beberapa lainnya membawa perahu karet dan dayung untuk rafting. Agenda rafting untuk kami akan diadakan esok harinya karena ketika kami sampai ditempat tujuan kami akan mengadakan dinner.
Setelah melewati jalan berkelak kelok dan sempit akhirnya bus membawa kami sampai ke tujuan. Beberapa bus telah parkir di area Pengalengan tempat kami menginap dan rafting. Udara sudah mulai terasa sejuk walau tidak terlalu dingin karena kami datang di siang hari. Sebelum melewati jalan setapak kami mampir di rest room untuk membasuh muka dan kaki. Air jernih sejuk terasa menyegarkan.
Aku berjalan berdua dengan teman satu kantor sambil membawa backpack masing-masing. Beberapa perlengkapan agak berat kami titipkan ke bapak Ojek yang sudah disewa bapak Karo untuk memudahkan staffnya agar tidak merasa berat sampai di tenda penginapan. Beberapa jepretan foto senantiasa mengiringi perjalanan kami. Tempat dan suasana baru harus diabadikan sebagai bahan cerita anak cucu dan kerabat. Jalan mulai menurun untuk menuju tenda.
Tenda untuk menginap sudah dibagikan. Tendaku diisi oleh tiga orang termasuk aku. Tenda lumayan luas untuk kami bertiga. Juniorku membawa peralatan lengkap untuk menginap semalam dan rafting keesokan harinya. Alat pemanas untuk membuat kopi, snacks dan susu juga dia bawa. Tasnya seperti tas Dora di film anak-anak, “Dora the explorer”, karena memuat apa saja.
Aku ikut tenang karena juniorku menyilahkan menggunakan alat pemanas jika hendak membuat kopi, teh atau Popmi. Sebelum sore tiba, penghuni tenda berkumpul di area di depan tenda sambil membuka perbekalan setengah matang untuk dipanaskan. Para staf junior membuat minuman jahe gula merah untuk kami semua agar kami tidak kedinginan. Beberapa dari mereka juga mulai memasak indomie. Daun kemangi dan irisan cabe di campur ke dalam mie rebus menimbulkan aroma wangi yang menggelitik hidung dan menggerakkan saraf-saraf panca indra yang membuat rasa ingin makan.
Semangkuk mie rebus sudah tersaji di hadapanku juga teman-temanku. Kami melahapnya sambil sesekali mnyeruput jahe gula merah yang masih hangat. Angin semilir membawa hawa sejuk hampir dingin. Gemericik air menciptakan senandung alam yang indah. Aku sangat menikmati ciptaan Illahi yang begitu mempesona dan menenangkan hati.
Sebelum Magrib kami mandi bergantian. Air mandi benar-benar dingin namun tersedia juga air hangat namun tidak bertahan lama karena hampir semua ikut menikmati shower air hangat. Badan pegal-pegal kembali segar. Kami mengenakan kaos kuning lengan panjang yang telah dibagikan satu hari sebelum keberangkatan ke Pengalengan. Setelah sholat Magrib kami semua berkumpul ditempat yang telah disediakan oleh pemilik camp. Mereka juga sudah menyiapkan dan memasak kambing guling dan beraneka macam makanan yang sudah dipesan bapak Karo.
Sambil menunggu kambing guling matang, acara gathering dimulai dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh bapak Karo kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari para Kabag. Isi dari sambutan adalah meningkatkan kebersamaan dan rileks bersama. Selesai sambutan-sambutan, bapak Karo mempersilakan kami untuk makan. Suasana tidak terlalu formal karena memang diciptakan agar kami merasa tidak sungkan untuk berbincang-bincang sambil menikmati kambing guling dan makanan lainnya.
Petikan gitar mulai terdengar dan salah satu Kabag mulai bernyanyi menghibur kami semua. Beberapa dari kami ikut bernyanyi memecah kesunyian malam dengan deburan air yang semakin keras terdengar. Sekeliling mulai gelap namun di tempat acara cukup terang. Hembusan angin menciptakan hawa yang semakin dingin. Acara tukar hadiah juga dimulai. Acara kumpul bareng dan menikmati makan selesai pada pukul 23.00. Kami sudah mulai mengantuk dan segera ingin tidur.
Setelah sholat Isya, kami mulai masuk ke tenda masing-masing. Di tenda sudah tersedia sleeping bag dan selimut. Aku mengenakan kaos kaki dan jaket untuk mengusir rasa dingin namun semakin malam udara semakin dingin hingga aku sedikit menggigil. Aku tidak dapat tidur segera karena hawa dingin yang masuk ke tubuhku. Aku lihat dua temanku sudah tidur terlelap. Aku berdoa agar aku dapat segera tertidur karena esok harinya aku ingin ikut rafting. Karena tidak dapat tidur aku beberapa kali ke toilet yang terletak agak jauh dari tendaku. Aku tidak merasa takut sama sekali walau di luar terasa sunyi. Pukul 01.00 akhirnya aku tertidur dan bangun pukul 04.30. Aku terbangun tatkala suara adzan sayup-sayup terdengar.
Penghuni tenda mulai keluar dan menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudlu. Sarapan pagi dan teh panas sudah tersedia. Pukul 06.00 kami berangkat dengan mobil angkot menuju tempat rafting. Mobil melaju namun sedikit bergoyang-goyang karena jalanan terjal dan berkelok. Aku melihat wajah teman-temanku tampak gembira namun ada juga yang tampak cemas karena rafting adalah pengalaman pertama mereka.
Sampai di tempat rafting kami dibagi menjadi lima kelompok. Orang yang duduk di depan, di tengah dan di belakang sudah ditentukan untuk menjaga keseimbangan. Kami semua mengenakan helm dan life jacket. Kami juga diberi pengarahan tatkala perahu belok kiri, belok kanan dan terjun juga ketika perahu tidak bisa bergerak karena tersangkut batu. Sedikit mendebarkan namun serasa ingin tahu bagaimana rasanya rafting dengan satu tim yang baru saja dibentuk.
Show time, kami telah menaiki perahu masing-masing. Danau yang kami lalui tampak tenang. Setelah mendekati seberang danau ternyata kami harus turun dan berjalan kaki sambil membawa perahu kami ke tempat rafting sebenarnya, sungai yang deras arusnya. Perlahan-lahan kami menuruni tangga menuju sungai dengan perahu yang sudah siap membawa kami keliling sungai sekaligus mengadu nyali kami. Tangga sedikit licin karena baru diguyur hujan.
Perahu mulai melaju perlahan-lahan. Dengan satu hentakan dari pemandu, perahu bergerak lebih cepat dan tiba-tiba pemandu berteriak, “Boom!” Kami semua mengambil sikap duduk dibawah dan siap-siap untuk berbasah-basah karena perahu mulai meluncur ke bawah. Air menutupi muka kami dalam beberapa detik dan kami sudah sudah dapat kembali pemandangan di depan kami. Riak air sedikit tenang namun tiba-tiba perahu menabrak bebatuan sehingga perahu berhenti. Pemandu segera memberikan aba-aba kepada kami untuk bersama-sama melakukan hentakan duduk sehingga perahu bergeser perlahan-lahan menjauhi batu.
Kami berhasil dan kami melanjutkan menyusuri sungai yang jernih dengan pepohonan disamping kiri dan kanan sungai. Kami semakin menikmati rafting yang semula kami anggap uji nyali menjadi pengalaman yang menyenangkan. Beberapa perahu di depan kami berhenti sesaat dipinggir sungai di dekat cafe sederhana yang menjual kopi dan popmi. Mereka tidak membeli makanan namun hanya sekedar beristirahat sambil menunggu perahu lain.
Tidak beberapa lama perahu kami mendekati perahu di depan. Kami saling melambaikan tangan berteriak menyapa memanggil nama group mereka. Beberapa jepretan foto dari atas mengarah ke perahu kami dan seperti biasa kami mengambil posisi gaya masing-masing. Bapak Karo telah menyewa cameramen untuk mengabadikan momen kami dengan mengambil foto dan video.
Pengalaman rafting tidak dapat terlupakan hingga kami naik ke darat dan menikmati secangkir jahe gula merah. Setelah beberapa saat beristirahat kami membersihkan diri secara bergantian dan berganti pakaian. Kami juga mulai mengemas barang bawaan kami untuk dibawa ke bus yang sudah menunggu di tempat parkiran. Rasanya berat untuk meninggalkan tempat kami berkemah. Pengalaman menginap semalam dan rafting menjadi kisahku tersendiri sebelum aku pindah tugas di tempat baru.
Jakarta, 14 November 2023
Nani Kusmiyati