Pemateri malam hari ini dari pelatihan Belajar Bicara PGRI adalah seorang penulis hebat, buku best seller “Man Jadda Wajada” Akbar Zaenuddin dan seorang trainer motivator. Buku beliau laris salah satunya disebabkan karena beliau ikut menjual dengan ‘pandai ngomong’ dalam seminar ke seluruh pelosok kota di . Indonesia. Malam ini beliau membagi pengalaman bagaimana menjadi pembicara yang sukses di depan kelas. Berikut ini resume kuliah dari Akbar Zaenuddin. Yuk disimak...
Hal-hal penting untuk menjadi pembicara hebat menurutnya adalah :
- cinta pekerjaan. Kalau kita bekerja tapi memiliki beban, maka tidak akan bahagia. Sebaliknya kala kita mencintai pekerjaan kita, maka segalanya akaan terasa ringan mienyenangkan. Ketika kita bicara dengan penuh cinta, energi akan keluar sehingga orang yang kita ajak bicara, dia akn mau bergerak seperti yang kita harapkan.
- perkuat kelebihan kita. Bila kita sudah memiliki kompeten maka tambahlah kompeten yang lain yang memberi nilai lebih dan ciri khas misal menggunakan media lebih bervarias[.
- bangun kepercayaan diri. “Man jadda wajada” Bismillahi rohmanir rohim, kalau kita bersungguh-sungguh, apa yang kita inginkan berhasil.
- berlatih. Kita bisa minta tolong teman untuk melihat kita saat berlatih, atau bisa merekammnya lalu kita perbaiki kesalahan dan kekurangnnya.
- punya mentor, untuk memperbaiki dan memberi masukan ke kita.
Ketrampilan public speaking menurut Akbar Zaenuddin ada 5 yaitu :
- voice : intonasi suara. Atur tempo dan kecepatan suara, gunakan variasi intonasi suara dari pelan, cepat, bertekanan atau menguatkan
- body language : bahasa tubuh. Mimik muka, tatapan mata, mendengarkan dan memperhatikan, gerakan tangan dan gerakan tubuh. Senyum tulus ikhlas, tinggalkan semua beban, hindari muka masam/cemberut. Pandang mata public dengan ramah dan besahabat, jaga kontak mata, sapu pandangan ke seluruh ruangan jangan hanya satu sudut, mendengar dan pusatkan perhatian pada apa yang mereka katakan.
- gerakan tangan, biarkan tangan bergerak rileks. Gerakan tangan membantu mengekspresikan perasaan kita.
- media. Media akan membantu kita dalam menyampaikan materi dan mencapai tujuan.
- delivery : kemampuan menyampaikan materi bisa dilihat dari 3 menit pertama, apakah audience mau mendengarkan apa tidak, dan 3 menit pertama harus mampu menarik perhatian audiens, buat mereka happy dan tertawa bersama. Bila audiens kita adalah siswa-siswi kita, maka kita harus bisa menghidupkan ruangan, berinteraksi dengan mereka.
Terkait dengan bukunya yang menjadi best seller, berikut sesi tanya jawab peserta dengan narsum.
- Tanya : Kita merasa sudah berusaha maksimal, tetapi belum berhasil. Bagaimana solusinya agar tetap semangat? Jawab : Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita sudah serius melakukan sesuatu, di tengah jalan tiba-tiba berhenti dengan macam-macam alasan, ini menandakan kesungguhan kita belum maksimal. Yakinlah Allah belum memberikan sesuatu tanpa memberikan ujian. Kalau kita sungguh-sungguh, yakin Allah akan mengabulkan permintaan kita.
- Bagaimana memotivasi orang untuk mengubah mindsetnya? Kalau kita ingin orang lain menghargai kita, kita harus menghargai diri sendiri dulu. Kalau kita ingin orang lain menyayangi diri kita, kita sayang dri sendiri dulu. Jadi kalau kita ingin mengubah mindset orang lain, kita harus mengubah mindset kita dulu. Sebelum orang lain melakukan kita melakukan, kita lakukan untuk diri sendiri dulu. Biasanya dengan ucapan dan komunikasi dengan baik, dengan pendekatan, apa yang akan kita lakukan pada orang lain akan mudah.
- Bila membawakan acara non formal kita bisa santai tapi bila membawakan acara resmi kenapa grogi, Apa yang harus dilakukan? Acara formal dan acara non formal memang berbeda cara penyampaiannya dan di acara formal memang dituntut perfect dan tidak boleh fatal. Untuk menghindari kesalahan maka kita dapat membuat ringkasan atau catatan dan harus banyak berlatih.
Yok, teman-teman guru pembelajar hebat..kita perbaiki maindset kita, bahwa dengan bersungguh-sungguh apa yang kita usahakan, pasti berhasil. Bismillah. Kita harus yakin, “Kita pasti bisa”.
Artikel ini diikutkan dalam Lomba Blog PGRI tulisan ke-26