Mengisi Diary Februari 28 Hari

Pendidikan24 Dilihat

Hari ini akhirnya datang juga. Hari ke-28 di bulan Februari berarti sudah ke-28 juga aku menulis di blog …dan sudah kuposting  pula 27 tulisan di blog YPTD sebagai blog panitia. Ah…akhirnya sampai di pengujung lomba. 

Rasa penasaran ingin mengalahkan tantangan apakah aku mampu menulis setiap hari di blog, akhirnya tinggal menunggu detik-detik apa yang kutulis di halaman ini  berakhir pada kalimat terakhir yang nanti kutulis. Lega rasanya meski tak berharap menang dalam lomba, setidaknya aku mampu mengalahkan kemalasan diri sendiri tidak untuk tidak menulis di blog ini. 

Aku tahu diri bahwa sebagai penulis yang masih sangat pemula, banyak hambatan untuk bisa eksis dan konsisten menulis, minimal satu dua paragraf saja sehari dan diposting di blog. Apalagi ikut lomba dimana pesertanya adalah blogger-blogger ternama dan sudah mempunyai follower pembaca hingga ribuan. Jangankan puluhan, ditengok dan dikomen di kolom komen saja sudah senang banget rasanya. Apalagi komennya bagus, memberi masukan, ini membuat semangat untuk menulis. 

Mengalahkan kemalasan menulis

Ajang lomba Menulis Blog PGRI memberi banyak pelajaran pada diri sendiri. Selain memotivasi aku untuk menulis dan meramaikan blog sendiri, setidaknya ada hikmah lain yang bisa kuambil dan menginspirasi pada tulisan-tulisan yang sudah kutulis di 27 hari kemarin. 

‘Ngemil’ tulisan meminjam istilah dari Dr. Ngainun, membiasakan menulis setiap hari ternyata asyik juga. Setiap hari mencoba menemukan tema yang pas untuk bisa dijadikan tulisan, merangkai kalimat membentuk paragraf, membuat judul yang menarik dan banyak lagi yang berkecamuk campur aduk di otak untuk melahirkan satu tulisan. 

Berharap apa yang kutulis akan dikunjungi, atau paling tidak judul akan dilirik mata orang yang membuka blog pribadi maupun blog YPTD. Setidaknya ini akan menjadi catatan perjalananku, menjadi ‘diary’ untuk bisa kuwujudkan menjadi sebuah buku, dan tentu saja akan menjadi kilas balik saat aku ingin mengenang tulisan dan opiniku sendiri di bulan Februari ini. Karena apa yang kutulis dalam 28 hari ini memang diary bagi aku.

‘Istiqomah’ menulis meminjam istilah Bu Kanjeng, membuat aku terus berusaha mengasah indera di sekelilingku untuk bisa kutuang menjadi coretan kata yang renyah untuk dibaca. Meski disibukan dengan pekerjaan rutinitas aku tetap menyempatkan diri memegang laptop untuk menuntaskan tulisan.

Silaturahmi mengasah kompetensi

Ramainya tulisan yang diposting di blog YPTD membuat aku tergelitik juga untuk ‘blog walking’ ke blog tetangga. Membaca tulisan para blogger, mengamati meniru memodifikasi (ATM) pun aku lakukan. Dari sini aku banyak belajar, mengedit tampilan blog, menyisipkan gambar dan video, menemukan kata dan istilah baru, menambah perbendaharaan kata, mengembangkan imajinasi dan mencoba menuang kembali versi aku. 
‘Tak perlu malu’ ini istilah aku untuk memotivasi diri. Aku harus bisa. Aku punya kompetensi mengapa tak kuasah, mengapa tak berani kuungkap, mengapa harus malu. Toh ini blog aku, suka-suka aku mau mengisinya, orang boleh bicara, aku tetap berlanjut. He..he..he..cuek aja.
 

Mewujudkan mimpi menerbitkan buku

Setelah terkumpul 28 tulisan, 28 judul punya keinginan untuk menerbitkan buku, agar tulisan di blog bisa didokumentasi dan bisa dinikmati kapan saja oleh siapa saja, tanpa harus membuka blog aku. Menerbitkan buku menjadi obsesi yang mungkin bagi sebagian orang hal biasa namun luar biasa bagi aku karena ini buku kedua yang bersejarah. Mengapa? Ya ini sebuah prestasi bagi aku sendiri dan mungkin seumur hidup, membuat buku dalam waktu yang singkat dan syukur-syukur gratis bisa terbit di YPTD. He..he.. sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Selain mendapat sertifikat kebanggaan, bisa juga untuk penilaian angka kredit. Ngiras ngirus istilah dalam Bahasa Jawa.

Mendapat banyak teman

Selain keuntungan fisik berupa buku gratis ada kepuasan batin tersendiri dari ikut lomba ini, salah satunya adalah mendapat banyak teman dari saling memberi komen. Mungkin juga tidak hanya saling menukar link blog tapi bisa juga saling berkenalan lebih jauh dan saling berbagi ilmu dan pengalaman. Karena peserta lomba memang guru, bisa juga kepala sekolah atau pengawas. Dan tulisan-tulisan mereka kompetitif, menarik, menginspirasi, memotivasi, sayang untuk dilewatkan. 
 
 
Akhirnya, inilah kalimat terakhir yang kutulis di Diary Februari 28 Hari, Selamat aku telah mengalahkan tantangan menulis setiap hari di blog. 
Artikel ini diikutkan dalam Lomba Blog PGRI tulisan ke-28

Tinggalkan Balasan