Babad Alas Loyalitas Tak Terbatas

KMAA#5

Lillahi ta’ala. Bismillah dengan menyebut nama Allah, semua yang kami lakukan kami niati bekerja untuk ibadah. Bekerja tanpa pamrih demi mencerdaskan anak-anak generasi bangsa. Ibarat pepatah “Tak ada rotan akarpun jadi”.  Guru adalah dalang yang pandai memainkan lakon. Setiap dari kita memiliki tugas dan tanggung jawab masing- masing yang bergerak bersama menjalankan operasional sekolah. Tugas waka, kurikulum, bendahara sekolah, humas didelegasikan denganmelihat potensi dan pengalaman yang dimiliki di sekolah terdahulu. Namun semua saling bekerja sama, saling membantu, saling melengkapi dimana sekolah baru, organisasi sekolah belum terbentuk apalagi tertata, membutuhkan tim yang solid dan berkomitmen demi visi misi yang sama.

Dalam angan saya, ketika saya ikut seleksi penerimaan tenaga pengajar di SMP yang baru akan dibuka oleh Dinas Pendidikan pada waktu itu, tak terbayang sama sekali bahwa akan mengalami ‘babad alas’ di sekolah ini. Saya dan teman-teman yang ikut seleksi pada waktu itu memiliki tujuan yang hampir sama yaitu untuk mendapatkan jam mengajar dikarenakan tidak mendapat jam mengajar atau masih kurang dari 24 jam dalam satu minggu, selain alasan jarak sekolah lebih dekat dari tempat tinggal. Kita mengira setelah nanti ditempatkan di sekolah yang baru yaitu SMP Negeri 42, kita seperti mutasi pada umumnya, tinggal mengajar, fasilitas sudah tersedia lengkap, terbentuk organisasi sekolah, ada pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan yang menjalankan operasional sekolah.

Tapi pada kenyataannya di lapangan, sarana prasarana saja belum ada, pembangunan gedung baru tahap 50 persen, tenaga kependidikan belum ada. Jadi kita benar-benar membuka ‘alas’ untuk memulai ‘mendirikan’ sekolah dengan fasilitas yang jauh dari memadai, Kami belajar dan memanage sendiri semua kegiatan tentu saja kami konsultasikan dengan Plt Kepsek Drs. Wisnu Tomo, MM. Namun karena beliau jarang berkunjung di sekolah kami, maka kami terkadang mengambil keputusan sendiri manakala itu menyangkut masa depan sekolah ini. Contohnya  saat kita mau mengajar, buku pegangan siswa belum punya, maka kita pinjam buku paket di SMP Negeri 9 yang pada waktu itu sudah mulai menggunakan Kurikulum 2013 dan meninggalkan Kurikulum 2006, sehingga buku pegangan siswa bisa kita pinjam.

Kegiatan MPLS , pembentukan dan pertemuan komite sekolah, sosialisasi program sekolah ke paguyuban kelas juga kita bentuk untuk mewadahi aspirasi masyarakat dan wali murid dalam berpartisipasi terhadap sekolah, Di sinilah kita mulai belajar bagaimana sekolah bisa eksis dan berkembang tidak hanya sebatas kegiatan belajar mengajar saja, tetapi fungsi sekolah juga kelihatan ada dalam lingkungan sekitar.

Tinggalkan Balasan