SERBA SERBI PEMBELAJARAN JARAK JAUH
OLEH NUR AISAH
Situasi covid 19 yang melanda seluruh dunia tak terkecuali Negara kita Indonesia, menyebabkan perubahan besar dalam tatanan sistem pendidikan.Proses belajar yang harus tetap dilaksanakan, mengharuskan pihak petinggi Negeri memutar otak , memikirkan dan memutuskan format yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran. Walaupun dengan Perubahan jadwal dan pola pembelajaran , materi harus tetap diberikan.
Situasi darurat ini, berada pada zaman yang serba canggih, yang memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh.Ada banyak aplikasi yang ditawarkan untuk tetap sampainya materi kepada anak didik.Mau tidak mau, suka tidak suka, tetap harus dijalankan. Awalnya terasa berat, namun Sedikit demi sedikit mereka mulai menyesuaikan diri, walaupun banyak juga diantara mereka yang tidak simpati dengan cara ini.Mereka cuek bahkan tidak mengindahkan .
Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan hampir seluruh satuan pendidikan,menyisakan cerita tersendiri hususnya di sekolah kami.Ada sebagian diantara anak didik yang sama sekali tidak menampakan diri lewat dunia maya.Baik lewat WA group mapel maupun lewat elearning. Baik sekedar absensi apalagi menyetor tugas2. Mereka menghilang bak di telan bumi.
Para pengajar mapel bingung , apalagi wali kelas.Semua cara di tempuhnya.Menghubungi wal murid bahkan ada yang harus datang ke rumahnya.Mereka yang berada di asrama pesantren, didatangi ke pondoknya berikut menghubungi pengasuhnya.Awalnya cukup membantu, tapi tidak berlangsung lama.
Elearning merupakan aplikasi wajib yang diterapkan disekolah kami.Fitur2nya lengkap.Ada Time line sebagai jendela utama, yakni tempat chatt , KI KD, KKM,absensi, bahan ajar,Penilaian pengetahuan,penilaian keterampilan , Ujian CBT dan video confrent.Bahkan dari sana diketahui aktifitas siswa .Kesimpulannya ditemukan bahwa prosentase antara aktivitas siswa dan guru sangat jauh berbeda.Aktivita guru lebih dominan.Ini sebenarnya tidak boleh terjadi.Bayangkan siswa sekitar 1000 dibangdingkan dengan tenaga pengajar yang hanya sekitar 70 orang, ternyata aktivitas di elearning lebih banyak guru.Ini yang harus dicariakn solusinya.
Selesai pelaksanaan ujian semester, pihak sekolah memanggil murid yang bermasalah dan walinya ke sekolah. Pertemuan dibagi beberapa hari dan beberapa tahap.Karena menyesuaikan situasi dan kondisi saat ini.Mereka berkumpul di aula.Acara dikemas santai karena dalam undangannya tertera silaturrahmi.Jadi tidak terkesan dihakimi. Ikut hadir saat itu kepala sekolah, guru pengajar , wali kelas dan guru BK.Bapak kepala sekolah mengawali dengan sambutan dilanjutkan acara sharing/ tanya jawab dan diakhiri dengan solusi dari guru dan guru pengajar.
Dalam pertemuan itu , ada acara sharing yang isinya memaparkan kondisi anak didik yang sebenarnya. banyak orang tua kaget.HP yang seharusnya digunakan untuk keperluan belajar, digunakan main game atau bahkan membuka fitur lain di luar pelajaran.Akibatnya si anak tidak masuk dalam kelas online,tidak mengikuti pembelajaran dan tidak mengerjakan tugas. Ini persoalan.Siapa yang harus disalahkan? Dilematis. Satu sisi anak harus didampingi dalam belajar , lebih2 dalam pemanfaatan HP.Sisi yang lain orang tua harus bekerja mencari nafkah. Mana yang harus di perioritaskan ?
Keduanya tentu sama2 penting.Ke depan, sepertinya akan ada banyak kasus seperti ini.ini menjadi persoalan yang serius dan harus menjadi concern bersama.Orang tua harus lebih jeli, bijaksana, lebih dekat dengan anak. Harus lebih ppandai membagi waktu.Kwalitas pertemuan harus di tingkatkan.Sehingga dari kedekatan itu anak lebih patuh kepada orang tua, menghargai guru serta memiliki etika yang baik.Demikian harapan dari adanya pertemuan itu.