Berusaha dan berdoa…
Itu yang kami lakukan untuk kesembuhan ayah. Dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Dari dokter praktek yang satu ke dokter praktek yang lain. Kebersamaan kami, enam bersaudara sangat terasa saat ayah sedang sakit. Ayahku yang semula sangat sulit untuk diajak berobat, namun saat ayah sakit sekitar satu bulan sebelum ayah pergi selamanya, ayahku menurut saja pada kami. Dibawa kemana saja berobat, ayahku hanya menurut saja. Sangat berbeda dengan sebelumnya, kokoh sama pendiriannya, tidak mau dibawa ke rumah sakit.
Pandemi covid 19, yang sudah berlalu, masih baunya saat ayahku sakit sehingga rumah sakit sangat selektif dalam memberikan pelayanan dan sangat selektif menerima pasien untuk rawat inap atau opname. Termasuk dengan ayahku. Ayahku yang sudah lemas tak bertenaga, mengikuti aturan rumah sakit. Ayahku menunggu giliran di ruang tunggu seperti pasien yang lainnya. Antrean sangat tertib meskipun ada pasien yang kondisinya lebih sehat namun tetap saja mengambil giliran lebih dulu.
Hatiku hancur rasanya saat melihat ayahku yang sudah tidak kuat lagi duduk di kursi antrian panjang. Ayahku tidur di kursi panjang menunggu giliran. Wajah pucat pasi, tubuh kurus dengan handuk kecil melingkar di lehernya. Sesekali ayahku bertanya,”Belum giliran kita?”
Bulir-bulir hangat terasa menetes, membasahi ujung jilbabku. Aku memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarku. Ketika pandanganku tertuju pada salah seorang yang duduk di deretan kursi sebelah, hatiku semakin hancur. Aku melihat lelaki itu seusia ayahku, namun ia tampak sehat dan kuat. Aku bertanya dalam pada Allah SWT. “Ya Allah, laki-laki itu seusia ayahku, namun ia masih sehat. Mengapa ayahku seperti ini, Ya Allah? ”
Pertanyaanku membuatku semakin sedih. Ku perhatikan ayahku yang tampak lemah tidur di kursi itu. Tidak sekali, tetapi sudah beberapa kali melanjutkan ikhtiar di rumah sakit itu.
Rumah sakit ini..kursi ini….ruangan ini,…..menjadi saksi bahwa banyak cerita antara aku dan ayahku di sini. Aku habiskan banyak waktu bersama ayahku di sini. Di sini pula aku merasakan kedekatan yang luar biasa bersama ayahku.
Ayah……
Ayah memberikan aku label perawat yang tegas, karena ayah mau minum obat hanya denganku…..
Ayah mengatakan……minur obat adalah ikhtiar……
Ayahhh……..