Ala Bisa Karena Biasa

Terbaru36 Dilihat

Oleh Nuraini Ahwan.

Sahabat, tentu pernah mendengar kata-kata pada judul di atas? Sahabat juga tentu pernah mendengar pribahasa, “Sejak kecil teranja-anja, setelah besar terbawa-bawa. “ Dua kalimat ini memiliki makna yang tak jauh berbeda. Semuanya tentang kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan terpola atau membudaya menjadi prilaku seseorang. Ini kurang lebih makna yang dapat ditarik dari dua kalimat di atas. Sahabat boleh memaknai dengan kalimat yang berbeda.

Ala bisa karena biasa”, judul tulisan yang saya gunakan kali ini untuk menggambarkan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi selepas liburan Idul Fitri. Mengapa judul ini saya ambil? Saya mencermati atau mengamati adanya perbedaan prilaku siswa pada masa awal pembelajaran tatap muka 14 Nopember 2020 lalu dengan setelah liburan ini.

Jika masa awal dulu, sekolah bisa dikatakan berat dengan penerapan protokol kesehatan baik pada peserta didik maupun kepada orang tua. Namun seiring berjalannya waktu, pembiasaan penerapan prokes setiap hari kepada siapa saja yang memasuki area sekolah, membuat pembiasaan itu menjadi sebuah budaya sekolah. Prokes menjadi membudaya pada warga sekolah.

Inilah yang menjadi beda pembelajaran tatap muka yang sekarang dengan pada awal dulu. Sekarang, sekolah tidak harus menyampaikan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik jika masuk sekolah. Mereka sudah siap dengan perlengkapan, mengantre dengan jarak yang sudah ditentukan saat akan mencuci tangan atau pengecekan suhu tubuh. Bahkan mereka akan mencari petugas pengecekan suhu tubuh jika kebetulan petugas belum tiba di sekolah.

“Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian,” begitulah pendidik di sekolah kami sekarang. Kini saatnya tidak banyak bicara kepada peserta didik untuk mengingatkan tentang prokes. Peserta didik sudah terbiasa. Tanpa diperintah mereka sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan. Mereka melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik yang ditanamkan oleh guru mereka di sekolah.

“Ala bisa karena biasa,” mereka bisa karena memang mereka dibiasakan untuk melakukannya. “Sejak kecil teranja-anja, setelah besar terbawa-bawa.” Semoga kebiasaan baik sejak kecil ini akan terbawa sampai mereka besar nanti.

“Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian,” pendidik besakit-sakit, berlelah-lelah, bersusah-susah, bermandikan keringat, menyosialisasikan tentang prokes dan standar operasional prosedur pembelajaran tatap muka pada masa pandemi kepada peserta didik dan wali murid pada awalnya dulu. Pendidik bertambah tupoksinya bagaikan menjadi petugas kebersihan, menjadi satpolpp, menjadi polisi dan petugas kesehatan.

Kini semua kesulitan itu tidak lagi. Pendidik boleh merasa senang menikmati hasilĀ  lelahnya itu.
Ini karena anak-anak bisa karena biasa

“Sla bisa karena biasa.”

Lombok, 25 Mei 2021

Tinggalkan Balasan