Oleh Nuraini Ahwan
Bolak-balik, scrol turun naik, buka -tutup dan berpindah dari grup whatsAap yang satu ke grup whatsapp yang lain di grup whatsApp kelas menjadi aktivitas rutin setiap hari. Aktivitas ini membuat kepala saya cenat-cenut sebagai efek mata yang kelelahan membaca chat dari wali murid dan peserta didik.
Apa yang hendak dikata, konsekuensi dari terbentuknya grup kelas ini adalah harus memegang komitmen awal untuk selalu berada dalam whatsaap grup. Berada dalam whatsaap grup merupakan salah satu cara mendampingi peserta didik. Di samping itu, keberadaan saya dalam grup sebagai salah satu cara memantau pendampingan dan orang tua kepada putra-putri mereka dalam pembelajaran jarak jauh di masa corona virus disease 19 (Covid 19) ini.
Lalu, apa yang didapat dengan keberadaan kita dalam whatsaap grup kelas?
Dengan berada dalam grup kelas kita dapat membaca chat masuk ke dalam grup. Kita bisa mengetahui apa yang mereka butuhkan dalam mengikuti kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) ini, baik orang tua yang mendampingi maupun anak anak yang didampingi.
Selama berada dalam whatsAap grup, saya melihat siswa yang diwakili orang tua sangat aktif bertanya tentang tugas putra-putrinya. Hal ini sangat wajar karena yang menjadi anggota grup kelas adalah orang tua sebagai perantara penyampaian informasi atau tugas yang diberikan oleh guru. Orang tua menggantikan peran guru yang di sekolah. Hal ini sudah pernah saya tulis pada blog https://nurainiahwan.blogspot.com tentang peran orang tua dan cerita tentang pembelajaran pola daring. Sikap aktif orang tua menunjukkan dukungan yang diberikan terhadap pembelajaran yang dilakukan saat ini di masa pandemi covid 19. Suatu kesyukuran yang luar biasa buat kami.
Lalu, Apa Kata Mereka?
Apa kata orang tua selama mendampingi putra-putri mereka?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mengajak pembaca untuk menyimak chat orang tua yang sudah saya baca pada beberapa whatsaap grup kelas. Saya membaca setiap chat yang masuk melalui whatsAap grup kelas satu persatu. Jika ada pesan yang terlewat, saya tidak malas untuk scrool handphone atau istilah di dunia maya “panjat’ untuk melihat chat sebelumnya. Saya terhenti di sebuah chat yang dalam pemikiran saya bahwa chat ini sangat menarik.
Kata mereka ,” Lama-lama kita menjadi ikutan pintar. Kita belajar juga untuk bisa membimbing anak-anak mengerjakan tugas.”
Kata mereka lagi, ketika tidak bisa menjelaskan kepada putra-putriya,” Saya tidak mengerti caranya, Bu Guru, tolong jelaskan ya, supaya saya bisa menjelaskan kembali.”
Tentu saja permintaan ini ditindaklanjuti oleh guru dengan menjelaskan materi atau tugas yang belum dimengerti oleh orang tua sebagai pengganti guru di rumah.
Adakah yang lain tentang kata mereka?
Apa kata orang tua ketika mereka menemukan permasalahan?
Chat orang tua ada di grup untuk mengajak sesama anggota grup berdiskusi, saling memberikan informasi bahkan memberikan solusi kepada anggota grup jika menemukan permasalahan. Contoh permasalahan ketika chanel TVRI tidak ada di televisi mereka. Salah seorang dari mereka memberikan solusi bahwa putra-putri mereka bisa menonton lewat livestreaming. Permasalahan terjawab dengan solusi yang diberikan oleh anggota grup sehingga yang lain bisa mengikuti pembelajaran melalui TVRI.
Saat guru mengadakan ulangan online, beberapa dari anggota grup kesulitan, maka lewat whatsaap grup pula mereka saling membantu. Mereka bisa memberikan penjelasan karena pernah mengalami kesulitan yang sama. Kesulitan pada saat pertama kali mengikuti ulangan secara online.
Diskusi dalam whatsaaap grup kelas juga terjadi ketika ada materi atau jawaban yang berbeda. Masing-masing bertahan atau membenarkan pendapatnya sendiri. Sampai terkesan orang tua yang belajar. Jadi wajar mereka mengatakan bahwa ia semakin pintar. Seakan-akan orang tua yang belajar. Seakan orang tua yang akan mendapatkan nilai dari guru di sekolah. Diskusi biasanya terjadi sangat seru. Dengan bahasa yang terkadang sulit terkontrol. Bahasa tulis yang kadang juga terlepas dari etika sopan santun dalam berbahasa. Jika diskusi sudah sampai ke arah seperti ini, selalu anggota yang menengahi,” Baca itu, jawaban kepala sekolah. Itu jawaban yang benar. Kalau belum yakin juga googling saja caranya.”
Itu kata mereka ketika pada akhirnya saya muncul memberikan komentar dari chating mereka pada whatsaap grup.
Wow.. googling. Menggunakan istilah googling. Bahasa dunia maya orang-orang yang sudah sangat dekat dengan internet. Semakin pintar saja orang tua. Orang tua di desa yang awalnya menganggap handphone android hanya untuk telepon, sms, wa dan nonton youtube, kini meningkat pemanfaatannya untuk menambah ilmu pengetahuan. Untuk sarana belajar. Tidak ada sekolah orang tua, tetapi belajar sepanjang hayat memang suatu keharusan.
Katanya,”Mereka semakin pintar.” Benarkah?
Obrolan orang tua sebenarnya secara tidak langsug mengajak mereka untuk menjadi ikutan pintar bersama putra-putri mereka. Bagaimana tidak, ketika akan mendampingi putra-putri mereka, orang tua ikut belajar, bahkan membuka buku lebih awal. Ini terutama untuk kelas 1, 2 dan 3 sekolah dasar. Sedangkan kelas 4, 5 dan 6 bisa saja hanya disampaikan tugasnya dan pendampingan tidak seintens kelas 1, 2 dan 3. Ketika orang tua kesulitan, mereka dengan mudah googling di internet bahkan akan saling bertanya sesama orang tua dan bertanya juga kepada guru. Putra-putri mereka ulangan secara online, orang tua mau tidak mau harus bisa membimbing putra-putrinya untuk menggunakan aplikasi yang digunakan oleh pembuat soal (guru). Untuk menjawab soal, bisa jadi orang tua membantu mencari jawaban. Ini artinya, orang tua belajar dan semakin pintar kan?
Apa kata mereka yang nyeleneh?
Apa kata orang tua yang rada-rada nyeleneh, mendukung tetapi sedikit ada kendala. (pernah ditulis dalam blog sebelum ini)
Ungkapan atau kata orang tua tentang pembelajaran ini,” Kuota intenet sekarat, kuota internet kena corona, kuota internet kena lock down, kuota internet kalah sama Lombok Tengah (perut lapar), orang tua dikatakan tidak cocok menjadi guru oleh putra-putrinya, ma.af telat kirim tugas, baru ada kuota internet dan lain-lain lagi ungkapan yang disampaikan orang tua. Padahal mereka mendukung, cuma rupanya iseng-iseng saja dengan kalimat itu untuk meramaikan grup. Namun pada akhirnya tugas terkirim juga.
Kata mereka yang bernada positif, negatif, pro dan kontra tetap ditampung. Menyikapi dengan banyak bersabar. Memberikan edukasi yang positif secara terus menerus sebagai upaya melaksanakan komitmen untuk selalu berada di tengah mereka. Berada dalam grup yang terdiri dari orang tua dengan beragam latar belakang pendidikan dan pemikiran. Kesabaran dan komitmen untuk berada dalam grup sebagai sebagai bentuk tanggung jawab pada pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh, Belajar Dari Rumah dengan pola Dalam Jaringan (Daring) pada masa covid 19.
Lombok, 4 Juni 2020
Hp. 081805597038