Oleh Nuraini Ahwan
Judul ini lahir dari apa yang saya lihat setiap hari di sekolah selama pandemic covid 19. Saya terinspirasi dari tiga orang rekan kerja saya yang sudah tidak jelita lagi. Saya menyebut kata jelita untuk memberi istilah bagi rekan guru yang berusia bukan menjeleng 50 tahun. Jelita singkatan dari jelang lima puluh tahun. Usia mereka sudah Lolita atau lolos lima puluh tahun. Istilah ini juga saya dapat dari rekan sesama grup menulis ketika saya mengeluarkan curahan hati tentang rasa pesimis untuk berkarya karena usia. Rekan saya menceritakan bahwa ia juga tidak jelita lagi karena akan pensiun tahun depan, tetapi tidak patah semangat untuk berkarya.
Kembali ke rekan kerja yang tidak jelita lagi, ada tiga orang rekan kerja saya yang usianya melebihi lima puluh tahun, bahkan ada satu orang, yang akan pensiun dua tahun lagi.
Beliau bertiga sosok yang patut dicontoh oleh rekan kerja saya yang lebih muda. Mereka layak menjadi contoh karena komitmen mereka dalam pelaksanaan tugas. Pemberitaan tentang ganasnya si covid 19 tak menyurutkan semangatnya untuk bekerja.
Komitmennya pada tugas membuat mereka mengabaikan usia sehingga tugas menjadi perioritas utama. Sebut saja seorang guru yang sudah mendekati usia purnatugas, menunggu dua tahun lagi . Ibu Ida Ayu Gede Putraningsih, S.Pd. Usia sudah lanjut masih sigap dengan tugas. Di masa pembelajaran jarak jauh ini, membutuhkan kompetensi lebih dalam bidang teknologi. Beliau menyerah jika berurusan dengan teknologi. Namun beliau tidak kehabisan akal. Beliau berani turun ke kampung sumber murid Ketika beliau mengetahui siswanya tidak memiliki sarana untuk pembelajaran dalam jaringan.
Ibu Dayu, yang biasa dipanggilan dengan pannggilan akrab ibu Ratu oleh rekan-rekan guru yang lain, menyadari kelemahannya dalam bidang teknologi. Ada solusi yang membuatnya bisa ikut serta melaksanakan pembelajaran daring untuk menghindari kerumunan. Beliau meminta kepada saya untuk memasukkan salah seorang putranya menjadi anggota grup whatsaap kelas. Putranya membantu ketika ada tugas yang berkaitan atau membutuhkan sentuhan teknologi.
Pembelajaran saat pandemi ini, bisa menjadi tantangan dan bisa juga menjadi peluang bagi guru. Dipandang sebagai tantangan karena mengharuskan guru untuk mengasah diri, belajar dan berinovasi terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dikatakan sebagai peluang karena pembelajaran jarak jauh ini bisa sebagai pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru.
Ibu Dayu, begitu ia biasa dipanggil oleh siswa-siswanya, menyadari bahwa saat ini teknologi memegang peranan penting dalam pembelajaran jarak jauh. Ia menyadari pula bahwa untuk penggunaan teknolgi Bu Dayu memerlukan bantuan orang lain. Bu Dayu tidak mau ketinggalan di saat teman lain berinovasi membuat pembelajaran jarak jauh dengan penggunaan aplikasi goolge formulir. Bu Dayu sangat aktif. Terlihat dari seberapa aktifnya mengirim tugas latihan atau ulangan secara online di whatsAap grup kelas. Ia tak kehabisan ide untuk membuat pembelajarannya lebih menarik. Ia dibantu oleh anggota keluarga dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan aplikasi google formulir. Putra beliau membantu membuat soal online berdasarkan video cara pembuatan soal online yang dikirim oleh sekolah untuk dipelajari.
Lain Bu Guru Dayu, lain pula dengan Bu Nengah Rumianingsih, S.Pd. Bu Guru Ning, begitu kami memanggilnya. Tak jarang pula kami memanggilnya dengan panggilan akrab nenek guru karena sudah punya cucu. Saya sendiri memanggil dengan panggilan akrab,”Mbok.”karena lebih besar dan berasal dari Bali. Baik Bu Dayu maupun Bu Ning sama- sama berusia sudah tidak jelita lagi, namun Bu Ning juga cocok dijadikan panutan oleh rekan kerja yang lain. Ia rajin, disiplin, kerjanya tuntas dan tak pernah mau terlambat dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Usia tidak dijadikan alasan untuk lambat dalam bekerja. Pekerjaannya selalu yang terdepan.
Ketika pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini dilaksanakan, ia menyadari teknologi memiliki peranan penting untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran pola ini. Ia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan menggunakan kesempatan ini untuk belajar ketika kepala sekolah memberikan pembelajaran atau berbagi ilmu terkait teknologi. Pembelajaran yang bersentuhan dengan bagaimana merancang pembelajaran jarak jauh yang lebih bervariasi. Patut pula Bu Ning dijadikan panutan oleh rekan kerjanya. Menjadi inspirasi buat rekan kerjanya yang lain. Tak pernah berhitung waktu untuk mengerjakan tugas sekolah. Bahkan seorang Ning, selalu memberikan pengertian kepada rekan-rekan kerjanya untuk bekerja cerdas, ikhlas dan tuntas.
Belum lagi Bu guru Ketut, dengan nama lengkap Ni Ketut Adnyani, S.Pd.H seorang guru yang rumahnya paling jauh dari sekolah. Transportasi untuk sampai ke sekolah lumayan repot dengan beberapa kali ganti kendaraan. Ia tidak bisa mengendarai sepeda motor sendiri.
Jangan lantas ada dalam pemikiran kita, ya,,,,, kalau ibu guru yang satu ini akan datang paling belakang ya. Jarak tempuh yang lumayan jauh ditempuh dengan naik ojek. Ia selalu datang paling awal di sekolah.
Dalam pelajaran jarak jauh ini, semangatnya untuk belajar mengunakan teknologi sangat tinggi. Saat pembelajaran tentang penggunaan aplikasi zoom cloud metting untuk persiapan rapat virtual yang diadakan oleh kepala sekolah, ia kalang kabut. Ia segera mengunduh aplikasi zoom dalam handphonenya. Ia menjadi bingung ketika teman-teman yang lain sudah bisa bergabung dalam ruang zoom. Ia keluar-masuk ruang guru, bertanya sana-sini dan meminta bantuan kepada guru lain. Begitu sudah bisa bergabung, ia berteriak kegirangan.
Saya tertawa saat itu, lucu bercampur senang melihat ekpresinya itu. Rekan-rekan yang lain juga ikut tertawa. Belum saja selesai kami tertawa, Bu Ketut sudah berteriak lagi, bukan kegirangan, tetapi teriak minta tolong sambil membawa handphonenya yang belum bisa keluar suara akibat masih di unmute. Ia tidak mau kalau ia sendiri yang belum bisa. Oleh karena itu ia ke sana-kemari minta tolong teman untuk membantunya.
Sungguh, saya melihat semangat yang luar biasa. Usia tidak menjadi penghalang. Mereka tidak mengatakan,” saya sakit mata kalau membuka lattop, usia saya sudah tua, biar saja yang muda belajar terus atau tolong buatkan saya laporan,”
dan lain-lain lagi alasan yang sering didengar.”
Satu contoh disaat tiga guru ini diminta laporan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh oleh kepala sekolah, mereka sudah mengerjakan hampir selesai. Begitu laporan itu diajukan ke kepala sekolah, ternyata permintaan kepala sekolah berbeda dengan yang mereka buat. Mengingat mereka sudah usia tidak jelita lagi, kepala sekolah menerima saja laporan itu. Mereka diam-diam memperbaiki laporan itu sesuai permintaan kepala sekolah meskipun laporannya sudah diterima. Keesokan harinya laporan sudah diperbaiki dan selesai sesuai permintaan kepala sekolah. Sungguh semangat yang luar biasa.
Terima kasih buat rekan-rekan yang tidak menjadikan usia sebagai penghalang dalam bekerja.
Lombok, 31 Mei 2020