Selamat pagi sobat,
Bagi sobat yang pernah membaca cerita atau komik pewayangan tentulah dapat mengingat sosok pemimpin dan para pembisiknya. Hal tersebut dapat kita temukan dalam cerita atau komik pewayangan di era negeri Hastinapura. Ketika itu sang penguasa negeri, Prabu Duryudana mempunyai seorang Patih yang bernama Sangkuni serta para Penasehat yang bernama Resi Dorna, pamannya, Arya Widura dan kakeknya, Bisma.
Namun dalam memerintah negeri Hastinapura tersebut, Prabu Duryudana lebih percaya kepada
Patih Sangkuni dan Resi Dorna ketimbang Arya Widura dan Bisma yang keduanya dikenal sebagai sosok yang jujur, arif dan bijaksana. Dan celakanya, “bisikan” dari Patih Sangkuni dan Resi Dorna itu selalu dipenuhi dengan kelicikan, tipu muslihat dan adu domba. Nasehat dari paman Arya Widura dan kakek Bisma sama sekali tidak mau didengar, tidak digubris bahkan selalu ditentang oleh Prabu Duryudana.
Salah satu tipu muslihat yang digagas oleh patih Sangkuni adalah ketika Pandawa dicurangi dengan tipu daya sehingga kalah main dadu dan harus menyerahkan negeri Amartapura atau Indraprasta kepada para Kurawa yang dipimpin oleh Duryudana. Tidak itu saja, Pandawa juga harus terbuang di pengasingan selama 13 tahun di dalam hutan belantara.
Akhir dari akibat kebusukan para pembisik Prabu Duryudana adalah kehancuran negeri Hastinapura melalui perang besar Baratayudha.
Sesungguhnya cerita dalam pewayangan di atas, dapat menjadi cermin bagi para Pemimpin di era sekarang ini, baik sebagai Pemimpin Pemerintahan, Pemimpin Partai Politik, Pemimpin Organisasi Masyarakat, Pemimpin Perusahaan maupun Pemimpin Organisasi Profesi.
Setiap Pemimpin pastilah mempunyai orang orang kepercayaan yang konon dikenal sebagai ring satunya dari sang Pemimpin tersebut.
Sejatinya ketika memilih orang orang kepercayaan tersebut maka seorang Pemimpin haruslah memilih orang orang yang mempunyai kemampuan, integritas, loyalitas, dedikasi dan yang paling utama adalah dalam
menegakkan kejujuran, keadilan dan kebenaran. Kesalahan dalam memilih orang orang kepercayaan tersebut bisa berakibat fatal karena “bisikan” mereka menjadi sangat berbahaya bagi sang
Pemimpin.
Memang tak mudah untuk mendapatkan sosok orang orang kepercayaan seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu seorang Pemimpin haruslah mempunyai kemampuan untuk memilah milah mana yang baik dan mana yang tidak baik,
seorang Pemimpin harus mempunyai instink untuk menyaring “bisikan” orang orang
kepercayaannya. Disinilah diuji kematangan seorang Pemimpin dalam memutuskan sebuah kebijakan yang berlandaskan pada nilai nilai kejujuran,
keadilan dan kebenaran.
Banyak terjadi ketika seorang Pemimpin telah masuk perangkap dari para pembisiknya yang mempunyai tujuan yang tidak baik. Akibat dari “bisikan” tersebut, sang Pemimpin bahkan bisa dijauhkan dari sahabat atau orang orang yang sebelumnya begitu dekat dengannya.
Segala sesuatu yang disampaikan para pembisiknya itu ditelan mentah mentah atau dijalankan tanpa lagi dilihat benar salahnya. Akibatnya bila bisikan tersebut merupakan keburukan seperti adu domba, tipu daya dan kebusukan lainnya maka sang Pemimpinlah yang harus menanggung resikonya.
Ironisnya, ketika sang Pemimpin dalam keterpurukan atau kesulitan bisa jadi para pembisik yang notabene orang orang yang bertabiat tidak baik itu bakal ramai-ramai menjauh darinya dan tinggalah sang Pemimpin dalam kesendirian serta harus
menanggung segala kesalahan yang diperbuat akibat bisikan dari orang orang kepercayaannya tersebut.
Oleh karena itulah, seorang Pemimpin haruslah berhati hati karena bisa jadi orang-orang kepercayaannya itu merupakan “titisan” dari Sangkuni meskipun berpenampilan dan berkelakuan terlihat sopan, baik dan bahkan agamis.
Semoga bermanfaat ..
Sobat, saatnya saya undur diri.
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 27 November 2022