Saya memiliki sebuah batu yang banyak orang menyebutnya dengan batu Ati Ayam. Dinamakan batu Ati Ayam karena mempunyai warna yang menyerupai jeroan hati ayam, berwarna kecoklatan dan berserat serat merah darah.
Awalnya seorang kawan sejak sama sama kuliah di Matematika FMIPA UI hingga sekarang sama sama berprofesi sebagai dosen, Teguh Yuniarko namanya dan saya biasa memanggilnya dengan Gucil. Nah, kawan saya ini pada tahun 2017 tepatnya tanggal 20 April 2017, entah kena angin apa dia menemui saya dan memberikan saya beberapa batu cincin dan dua buah bongkahan batu akik yang salah satunya berukuran lumayan besar.
Bongkahan batu yang lumayan besar ini yang namanya batu Ati Ayam. Kata kawan saya, bongkahan batu Ati Ayam ini didapat dari pemberian seorang kawannya.
Beberapa waktu kemudian, tepatnya tanggal 29 April 2017 di tempat pembuatan batu cincin Pasar Segar Depok, saya membuat sebuah batu cincin dari bongkahan batu Ati Ayam tersebut. Batu cincin Ati Ayam yang berdimensi 20 mm x 15 mm diGOSPOL oleh Dedi.
Adapun sisa bongkahan batu Ati Ayam masih tergolong besar dan terpecah menjadi dua bagian.
Saya menaruhnya di dalam sebuah tempat yang berisi air hujan.
Batu Ati Ayam yang saya miliki ini tidak tembus cahaya dan memang pada umumnya batu Ati Ayam tidak tembus cahaya jika disenter. Sangat jarang ditemui batu Ati Ayam yang tembus cahaya.
Batu Ati Ayam termasuk dalam golongan batu Jasper berwarna coklat dan ada juga yang merah serta termasuk dalam golongan mineral cadas yang sangat keras dan sangat sulit untuk digosok.
Untuk bisa membuat batu Ati Ayam dapat mengkilap dan serat serat merah darahnya terlihat jelas maka harus sering sering diolesi dan digosok oleh minyak zaitun.
Meski sangat jarang ditemukan batu Ati Ayam yang tembus cahaya namun saya masih berharap menemukan batu Ati Ayam yang tembus cahaya karena serat serat merah darahnya bisa jadi akan terlihat sangat indah ..
NH
Depok, 3 Desember 2020
