Istri mana tidak terpukul ketika mendapat kabar suaminya menderita suatu penyakit yang sampai hari ini belum ada obat nya. Sedih, kecewa, shock, rasa ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kaki serasa lumpuh, hati seperti mati, pandangan kosong. Begitulah gambaran ku sewaktu suami bercerita kalau beliau mengidap KNF.
Saya ingat sekali, sore itu adalah sore Rabu tanggal 30 Juni 2021. Saya belum mau percaya dan saya anggap itu hanyalah omong kosong belaka. Dengan tenang suami berkata,”Pernyataan tersebut diperoleh dari hasil endoskopi.” Saat itu saya seperti orang bodoh. Masih dalam seragam dinas, saya hanya berdiam diri. Seandainya beliau tidak menyapa dan menyuruh membersihkan diri, mungkin saya tidak bergerak. Otak seperti tidak bekerja.
Untuk meyakinkan kembali, tiga hari kemudian kami datang ke dokter untuk mendapatkan kepastian. Dokter kembali menjelaskan pada kami, pada saya khususnya, “berdasarkan dari diagnosa awal dan ciri-ciri yang di derita suami ibu serta hasil endoskopi Rabu kemaren bapak dugaan awal/ suspect KNF. Untuk Memastikan terbukti atau tidak sebaiknya bapak melakukan CT-SCAN.”
Dokter kembali menyampaikan bahwa riwayat keluarga suami memang memiliki penyakit yang sama. Setelah menimbang bersama suami, akhirnya kita memilih untuk melakukan CT-SCAN. Banyak hal yang kami tanyakan berhubungan dengan KNF. Suami tidak merokok, tidak minum alkohol. Penyebab penyakit ini yang mengena suami adalah Gen. Benar, riwayat keluarga mengalir darah yang sama.
Setelah memutuskan melakukan CT-SCAN, dokter dengan segera mengarahkan kami untuk mengurus Surat rujukan ke rumah sakit lain, serta tidak lupa memberikan resep penghilang nyeri. Waktu kunjungan selesai, saya bersama suami bergegas menemui asisten dokter. Kembali kami diarahkan menuju ruang Radiologi untuk mengurus surat rujukan. Setelah selesai saya mengantar suami untuk cek darah. Kami harus menunggu lebih kurang 1 jam untuk memperoleh hasil lab dan juga menebus obat.
Sambil menunggu, saya dan suami langsung ke Mushola dimana abang tertua dan abak (bapak) saya menunggu sekalian melaksanakan rutinitas sholat Zuhur. Untuk menghindari kejenuhan, abak mengajak kami makan siang. Berhubung suami tidak bisa mengunyah makanan keras, akhirnya saya memesan jus alpokat tanpa es.
Menjelang jam satu, saya kembali ke lab untuk mengambil hasil lab kemudian langsung memutar ke arah pengambilan obat. Alhamdulillah semua selesai. Selanjutnya menuju rumah sakit rujukan. Proses pendaftaran nya tidak terlalu ramai, menunggu dan mengantri membutuhkan waktu yang lumayan lama.
Setelah urusan selesai, akhirnya kami diarahkan ke ruang Radiologi. Lagi dan lagi harus menunggu. Benar-benar membutuhkan kesabaran ekstra. Suami sempat minta keluar ruangan karena terlalu dingin. Entah berapa lama kami menunggu, akhirnya dipanggil juga. Proses CT-SCAN pun dilakukan. Hanya sebentar saja. Kami harus menunggu 30 menit sebelum meninggalkan rumah sakit untuk melihat efek dari CT-SCAN tersebut.
Alhamdulillah, satu langkah telah dilewati hari ini. Akan Ada seribu langkah ke depan nya yang membutuhkan energi, kesabaran, dan juga perjuangan. Semoga ujung pengobatan ini berbuah manis. Aamiin.