Biobsi

Akhir nya yang saya takut dan cemaskan terjadi juga. Suami positif kanker Nasofaring. Saya pun sempat bertanya-tanya, apa Kira-kira penyebab utama penyakit ini? Di rumah makanan yang dimakan persis sama, saya lebih banyak memasak daripada makan di luar. Itu kalau di rumah. Tapi kalau di tempat kerja? Entahlah, saya tidak bisa memantau sepenuhnya karena beliau menginap dan biasanya beliau makan bersama teman-teman ngajar beliau dan pastinya makanan yang dimakan persis sama juga. Merokok dan minum alkohol tidak sama sekali. Gen? Apa mungkin genetik? Kemungkinan besar iya, memang ada riwayat keluarga.

Jadi makanan yang dimakan yang sifatnya memicu kanker menjadi penyebab lain penyakit ini. Yang tidak disarankan untuk dikonsumsi adalah segala makanan yang mengandung pengawet, MSG, dan juga makanan hasil bakar.

Lihatlah, tidak ada kemajuan sama sekali terhadap penyakit suami. Yang ada penyakit makin parah. Usaha demi usaha terus dilakukan tapi tetap tidak menunjukkan perkembangan yang baik. Jujur saya tidak sekuat seperti yang terlihat. Saya hanya menguatkan diri dan berusaha bersikap biasa-biasa saja. Kadang-kadang saya membuat suami kesal, agar suami marah, tapi bukan kemarahan yang didapat, Yang muncul adalah kedongkolan diri karena suami tidak terpancing. Kadang-kadang saya merajuk tapi tetap saja tidak ada hasilnya, ujungnya kita lah yang mengalah.

Ketika diri merasa tak sanggup menjalani cobaan ini, wajah anak-anak muncul silih berganti. Keputusasaan yang sempat hadir terhapus begitu saja. Anak-anak adalah penyemangat sekaligus penyelamat. Kehadiran mereka menukar kesedihan yang ada.

Menunggu hari Sabtu sangatlah lama. Kami hanya bisa menunggu dan menunggu. Jumat tanggal 9 Juli 2021, akhirnya kami kembali kontrol ke dokter dengan tujuan Sabtu tanggal 10 Biobsi bisa dilakukan. Rencana tinggal rencana, setelah konsultasi seperti biasa, kami harus mengurus surat menyurat berkenaan rawat inap. Ketika mendaftar, ternyata petugas berkata, ruangan penuh jadi harus mengantri menunggu kamar kosong.

Dengan perasaan sedih, kami pun pulang. Dalam hati sempat berkata, semoga benar-benar penuh sehingga tidak ada alasan yang dibuat-buat. Misalkan jikalau mereka berbohong, Allah punya mata atas apa yang dilakukan umatnya, Dialah yang Maha Tahu akan apa-apa yang terjadi.

Sabtu dan minggu pun berlalu, belum ada tanda-tanda pihak rumah sakit menelpon. Jikalau senin juga tidak ada kamar, terpaksa saya datang ke sana dan menanyakan perihal kamar. Sabtu, kami pun dikejutkan oleh kunjungan tetangga, mereka datang berkunjung untuk memberikan support agar kami senantiasa bersabar, meskipun mereka sempat komplain Penanganan suami ditunda , tapi hanya sebatas itu saja, karena tak ada yang bisa dilakukan.

Senin pagi jam 09.00 Wib, saya mendapat telpon dari salah satu staf rumah sakit. Beliau memberi kabar bahwa ruangan sudah ada. Kami pun bergegas dan menuju rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, suami diminta swab dan cek darah. Alhamdulillah hasil swab negatif, kami pun diarahkan menuju lantai 3 untuk mendapatkan kamar.

Sesampai di lantai 3, saya pun langsung menemui petugas dan mengisi data untuk persetujuan tindakan. Saya ditanyakan tentang penyakit suami dan gejala yang dialami. Tidak lupa saya pun menyampaikan bahwa akan dilakukan biopsi oleh dokter yang menangani suami.
Setelah semua lengkap, kamipun diantar ke ruangan. Karena ada dua bed, saya lebih memilih bed yang paling jauh karena lebih Besar ruangan nya sementara suami memilih bed dekat kamar mandi. Alasan nya karena sering mual dan muntah. Saya pun mengutarakan alasan saya, akhirnya bed yang dipilih bed pilihan saya.Kembali anak-anak dititip sama pengasuh karena saya harus menemani suami di rumah sakit.

Malam itu, suami tidak nyenyak tidur nya karena pasien yang baru masuk, berisik. Saya sebenarnya memaklumi nya karena beliau sudah tua. Tapi tetap saja, kalau di rumah sakit harus saling menjaga.
Suami dasarnya susah istirahat karena menahan nyeri ditambah dengan kebisingan membuat beliau makin tidak bisa tidur nyenyak. Suami sengaja tidak diwajibkan puasa karena biobsi nya dilakukan dalam kondisi sadar atau bius lokal.

Selasa 10 Juli 2021 jam 11.30 akhirnya suami masuk ruang operasi. Saya sempat kaget selama berada di luar ruangan tersebut, pasien tidak berhenti masuk ke ruang tindakan, belum lagi yang mengantri. Saya sempat bertanya, “Apakah memang seperti ini di rumah sakit?”
Sambil menunggu, saya tak henti nya berdoa, semoga semua berjalan lancar dan suami baik-baik saja.

Tindakan biobsi dilakukan Seperti melakukan endoskopi yang membedakan pengambilan sample saja. Saya tidak paham bagaimana cara pengambilan sampel karena tidak menyaksikan langsung proses tindakan tersebut, meskipun dokter telah memberikan gambarannya termasuk resiko pendaftaran. Saya sempat bertanya,”Bagaimana dengan pendarahan nantinya dokter?” Dokter pun menjawab, “Kan ada obatnya.” Bagi saya penjelasan dokter dapat menghilangkan rasa cemas dan takut yang muncul.

Saya tahu tindakan biobsi selesai dilakukan setelah salah satu petugas memanggil saya sebagai keluarga pasien masuk ke ruangan. Di situ saya diberitahukan bahwa biobsi selesai dilakukan, Kemudian menunjukkan sampel yang telah diambil yang disimpan di dalam botol. Saya pun melihat sampel tersebut, menurut saya benda kecil tersebut berbentuk seperti kutil. Selain itu Petugas juga menunjukkan hasil endoskopi sebelum pemotongan jaringan. Untuk bukti endoskopi, saya meminta beliau mengirimkan foto dimana kanker bersarang. Mempersingkat waktu, beliau berkata, “Hasil Biobsi bisa diambil lebih kurang dua minggu, saya akan menghubungi ibu nanti nya.

Saya pun meninggalkan ruangan tersebut dan menunggu suami keluar dari ruangan operasi. Jika dilihat dari postur badan nya, Beliau tidak kelihatan sakit, tapi nyeri yang dialami membuat tidak bisa tidur nyenyak. Badannya, makin hari makin terlihat Kurus, makan tak enak, tidur tak nyaman.

Sekembali nya keruangan inap, tugas baru bertambah. Melihat perkembangan darah sisa biobsi yang dikeluarkan ketika muntah atau meludah. Saya sangat bersyukur, semua berjalan dengan lancar. Tinggal penyembuhan dan pelepasan kain kasa di hidung.Tiga hari berada di rumah sakit, tidak membuat penyakit suami berkurang sedikitpun karena perlakuan yang dilakukan tidak mengobati kanker nya, melainkan proses lebih lanjut untuk kepastian Penanganan suami nantinya.

Subuh dini hari, suami kembali mengeluh akan nyeri kepala yang dialami, perawat pun memberikan obat nyeri berupa cairan yang dimasukkan lewat suntikan infus. Kasihan sekali melihat kondisi suami, ditambah pasien di samping beliau berisik hingga tengah malam. Sehingga perawat pun melepaskan paksa Kepulangan pasien demi kenyamanan pasien lain.

Rabu sore, setelah ketemu dokter, Kami diizinkan pulang, kami diberikan Surat kontrol tanggal 29 Juli 2021 untuk menjalani pengobatan lanjutkan. Apapun saran dan nasehat dokter akan kami lakukan demi kesembuhan penyakit suami. Semoga suami diberi kesembuhan setelah mengikuti semua proses pengobatan. Aamiin.

Tinggalkan Balasan