Lelaki Imigran Dunia Digital

Terbaru32 Dilihat

Seorang lelaki tua imigran dunia digital. Terangkum dalam puisi ber-genre patidusa.

Patidusa, adalah sebuah bentuk puisi terbaru pada era saat ini. Bentuk puisi ini “diproklamirkan” pada tanggal 27-8-2015 oleh Agung Wibowo . Sejak itu Puisi “baru” ini sudah memiliki anggota yang lumayan. Saya pun mendaftar di grup facebook yang bernama PUISI PATIDUSTA (4,3,2,1).

Dianggap sebuah kemajuan di bidang sastra Indonesia, genre baru dalam berpuisi pun lahir. Puisi PATIDUSA (sebagai singkatan dari empat tuga dua satu), menurut Agung Wibowo si empunya cerita, puisi yang diciptakan sebagai bentuk kreativitas. Oleh temannya, sesama pemuisi, yaitu saudara Agus Supriyadi puisi ini dinamai Patidusa karena memiliki format 4 kata, 3 kata, 2 kata, dan 1 kata.

Format patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.

Bentuk standar patidusa;

A A A A
B B B
C C
D

E
F F
G G G
H H H H

Puisi Patidusa terdiri minimal 2 bait. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya itu ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Lakukanlah dengan berdasar pada  ketentuan estetika RASA RIMA RUNUT dan IMAJI sebuah puisi.

Agung Wibowo, dalam website-nya mengatakan bahwa puisi Patidusa memenuhi ketentuan format sebagai berikut:

Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat.
Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.

Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris
Hal tersebut akan menimbulkan konotasi pemenggalan kalimat yang menggantung makna. Misal

Contoh salah

Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku

 

Kalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bisa dipanjangkan menjadi “Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku”.

 

Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ) saja.
Alasan tidak digunakannya karena akan disalahartikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya.

Contoh salah

…………
………
……
….

Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kekata terucap asa

Keterangan; bait 1 adalah elipsis.

Pada pengulangan kata sempurna dan/atau yang berawalan depan, dihitung 1 kata majemuk.

Sebagai contoh:
Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap

Boleh juga ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja.

Semisal;

Awanawan
Anginangin
Orangorang
Berbarisbaris
Meratapratap

Pengulangan kata yang berubah bentuk, dan/atau berawalan pada akhir kata karena dihitung 2 kata.

Semisal;

Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah

Wah, ternyata ada aturannya ya. Nah, kalian yang masih nulis patidusa dengan “ngasal” mulai berpikir ulang, ‘kan?

Puisi Patidusa Memiliki 4 Formasi Bentuk

1. PATIDUSA ASLI / ORIGINAL

4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1 dst
Dalam contoh;

JELITAKU

Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!

Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada

Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita

2. PATIDUSA BIAS

1-2-3-4, 4-3-2-1, 1-2-3-4 dst

JELITAKU

Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna

Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia

Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu

3. PATIDUSA CEMARA

1-2-3-4, 1-2-3-4, 1-2-3-4 dst

JELITAKU

Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna

Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada

Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu

4. PATIDUSA TANGGA

4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1 dst.

JELITAKU

Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!

Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia

Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita

Uraian dan contoh puisi yang tersaji di atas saya salin dari website-nya Mas Agung. Hal ini saya lakukan agar tidak menimbulkan kesalahan. Terima kasih, mas Agung Wibowo!

Pada websitenya, Mas Agung tidak menjelaskan tentang ketentuan penucantuman nama pengarang pada tiap-tiap puisi dan juga pencantuman titi mangsa, atau tanggal dan tempat dibuatnya puisi.

 

Setelah memelajari uraian puisi patidusa di atas, saya kepengin mencoba membuat juga, ah. Semoga nggak salah dan keliru ya, Pembaca! Pencantuman nama saya dan titi mangsa hanya sekedar memberitahu Anda bahwa puisi tersebut benar-benar tulisan saya dan dibuat pada tanggal yang tercantum di bawah puisi.

Baiklah, komentar santunnya ditunggu di kolom komentar, ya. Tidak saya kunci, kok!

 

Lelaki Imigran

Oleh: PakDSus

Berjalan
Lelaki imigran
Penikmat digital mutasi
Pemburu kue pencicip teknologi.

Digital
Dunia milenial
Lelaki imigran melangkah
Menulis blog mengunggah vlog.

Musi Rawas, 15 Maret 2021

 

 

Salam Blogger

PakDSus, Guru Blogger Musi Rawas

https://blogsusanto.com

Tinggalkan Balasan