Pada tulisan sebelumnya (https://terbitkanbukugratis.id/pak-d-sus/04/2023/pak-bangkunya-kok-pendek/) saya kedatangan ‘tamu’. Mereka adalah siswa kelas 8 SMP. Ini adalah lanjutan dari obrolan saya dengan mereka.
“Jadi, pelajaran apa Nikul yang paling tidak kamu senangi?” pancing saya.
“Anu, Pak. bahasa Inggris sama Matematika,” jawabnya.
“Sintia?”
“Kalau saya, Matematika, Pak. Huh, susah banget,” jawab anak perempuan bernama Sintia Sari.
“Kalau saya, semuanya, Pak!” teriak anak laki-laki kecuali Nurohman. Nurohman telah menunjukkan kecerdasannya ketika masih di kelas enam. Kendati kami belajar jarak jauh, kadang luring dalam kelompok, ia sering mengajukan pertanyaan. Jawaban yang diberikan olehnya pun banyak yang tepat. Satu pujian lagi untuk Rohman, ia tidak mudah menyerah serta tidak pembosan.
“Ya, pelajaran bahasa Inggris di SD ‘kan tidak ada. Tetapi bukan berarti tidak bisa dipelajari. Sekarang sudah bisa ‘kan? Misalnya, cinta bahasa Inggrisnya apa?” tanya saya.
Nikul langsung menjawab, “Love, Pak.”
“Kalau kamu?” tanya saya lagi.
Kembali Nikul yang menjawab, “You, Pak!”
“Nah, itu pintar. Kalau aku cinta kamu, bahasa Inggrisnya apa?” tanya saya lagi.
“I love You!” Bagai koor semua anak perempuan menjawab serempak.
Saya pun langsung menjawab dengan cepat, “I love You, too.” Ibu jari dan telunjuk saya membentuk simbol “Love“. Kontan semua anak tertawa. Saya pun ikut tertawa agar suasan semarak.
Tiba-tiba Sintia berkata, “Itu, Pak. Kami susah pembagian yang … yang itu susun ke bawah. Apa namanya?”
Saya pun menyela, “Porogapit?”
“Nah, iya, porogapit!” jawab Sintia
“Pembaginya satu angka atau dua angka?” tanya saya.
“Dua angka! Ya, dua angka, Pak!” jawab anak perempuan lain.
“Bukankah dulu saya pernah mengajarkan? Baik, sekarang saya beri cara yang lebih jitu biar kalian tidak bingung lagi.”
Saya pun mengingatkan mereka bahwa pembagian seperti itu pernah diajarkan. Namun, karena mereka belajar secara daring dan kelompok, mungkin materi tersebut tidak terserap dengan baik.
“Sini saya beri contoh!” Saya pun mengajak mereka untuk memperhatikan papan tulis.
“Misalnya kalian akan mencari jawaban dari 1.624 dibagi 29.”
Saya menuliskan pembagian bersusun itu di papan tulis.
“Kalian buat tabel kelipatan 29 dari 1 hingga sembilan seperti contoh,” saya menuliskan contohnya di papan tulis.
“Dua puluh sembilan itu berapa angka? Dua angka ‘kan? Ambil dua angka dari sebelah kiri pada bilangan 1.624. BIsakah dibagi? Ternyata tidak bisa. Oleh karena itu, ambil tiga angka menjadi 162. Cari bilangan 162 pada tabel. Ternyata, bilangan itu berada di antara 145 dan 174. Agar bisa mengurangkan kita ambil 145. Bilangan 145 hasil 29 kali berapa? Ternyata kali 5 maka kita tulis angka 5 pada bagian atas. Kurangkan seperti biasa. Hasilnya tujuh,” jelas saya sambil memeragakan di papan tulis.
Untuk selanjutnya, mereka saya minta menyelesaikan pekerjaan sesuai yang saya contohkan.
Hal itu kami lakukan beberapa kali untuk beberapa bilangan. Terasa seperti mereka belajar di kelas enam dulu. Saya terharu karena mereka ketika itu tidak boleh belajar di ruangan kelas saya akibat Covid-19.
“Hei, mau pulang tidak? Apa saya harus menemani kamu hingga berbuka nanti?” seloroh saya kepada para ‘tamu’ saya itu.
Anak-anak tersenyum. Satu demi satu, mereka mengucapkan terima kasih dan menyalami saya untuk berpamitan.
“Huh, dasar anak-anak,” gumam saya dengan mata berkaca-kaca.
Musi Rawas, 02 April 2023
Salam Blogger Pembelajar
PakDSus
Musi Rawas, 02 April 2023
Salam Blogger Pembelajar
PakDSus
#KMAC-07
Aku hanya teepaku melihat keakraban pak guru Eko bersama para “mantannya” …
Luar biasa mas …
Terima kasih mas Susanto, utk sessi pembelajaran kali ini ttg penggunaan tanda petik dan koma.