Kopi Kingkong dan Terasi Bangka

Terbaru153 Dilihat

Kopi Kingkong. Kopi apakah itu? Lalu, terasi Bangka apakah betul-betul terasi dari Bangka atau hanya sekedar nama seperti Bakso Solo atau Dawet Ayu Banjarnegara? Dua kuliner yang saya sebut terakhir sudah ada di mana-mana meskipun baksonya tidak dibikin di Solo dan dawetnya bukan dibikin oleh orang Banjarnegara. Ada cerita di balik dua jenis barang yang ada pada judul tulisan. Begini ceritanya.

Pak Pos di Depan Rumah

“Ayah, ada Pak Pos!” teriak Rahmasiwi alias Siwi. Anak kedua saya itu melihat sebuah sepeda motor berhenti. Ada seseorang dengan jaket berlogo PT Pos Indonesia.

“Paling paket. Biasa, ayah kan yang sering dapat paket-paketan,” tukas ibunya. Istri saya itu hapal betul. Sejak saya gabung di grup para penulis, banyak buku dan souvenir yang mendarat ke rumah. Entah sebab membeli atau hadiah. Sesekali juga “imbalan”. Haa … imbalan? Hi hi hi … kadang saya diberi imbalan buku setelah saya ikut menjadi editor naskah buku yang ditulis oleh sahabat-sahabat literasi saya.

Mendengar teriakan gadis tertua dalam keluarga saya itu, saya bergegas meninggalkan WA yang sedang saya baca. Setelah menemui sang Kurir, saya pun segera mengenali. Sama seperti si Kurir mengenali saya.

“Paket, pak e!” ucapnya sambil tersenyum dan menyerahkan bungkusan lumayan besar. Tak lupa ia mengambil foto ketika saya sedang memegang bingkisan tersebut.

“Siap, terima kasih. Apakah dari Bangka?” tanya saya.

“Iyak, benar. Silakan, permisi, Pak!” kata si Kurir undur diri.

“Baik, terima kasih, Mas!” jawab saya dengan takzim menyilakan sang Kurir melanjutkan pekerjaan.

Kedua anak gadis saya pun segera bersiap untuk unboxing paket tersebut.

“Pengirim Bu There, Yah!” kata Siwi sambil menggunting tepian sampul boks.

“Hmm, iya. Ketika Ayah ke Sukabumi kemarin, masih di bus, Ayah dapat WA bakal dikirimi oleh-oleh oleh beliau. Bu There itu, sahabat literasi Ayah, guru SMP Negeri di Bangka,” jawab saya. Sambil menjawab mata saya melirik pada perempuan paruh baya di depannya.

Tidak ada raut cemburu pada wajahnya. Sebab, banyak paket saya terima dari teman-teman perempuan. Mereka para sahabat literasi saya. Ada Bu Kanjeng, Bu Aam, Bu Maesaroh, Ambu Tini, Bu Herny, Mbak Dhea, Cik Gu Rita, Ibu Ditta Widya Utami, Ibu Musiin, Ibu Noralia Puspa Yunita, dan Mayor Nani. Mereka pernah memberi hadiah berupa buku kepada saya. Ada yang dikirim melalui jasa PT Pos, JNE, JNT, dan lainnya.

Hadiah Buku dari Mbak Dahlia

“Bu, satu lagi saya bakal dapat hadiah buku,” kata saya kepada perempuan paruh baya yang duduk melihat anak gadisnya membuka boks.

“O, yang Ayah ceritakan kemarin?” tukas Siwi sebelum ibunya menjawab.

“Iya, katanya sesudah liburan hadiah buku dari Mbak Dahlia bakal dikirim.”

Nama yang saya sebut terakhir delapan hari lalu menulis ulasan buku. Ia mengirimkan naskahnya kepada saya untuk dimintakan saran. Tentu saja saya melakukan proofreading pada naskah tersebut. Setelah selesai, naskah itu saya kembalikan. Delapan hari kemudian saya mendapat kabar bahwa ulasan yang ia buat, menang. O, rupanya naskah tersebut sedang ia ikutkan dalam sebuah lomba. Berkat kemenangannya itu, Mbak Dahlia pun menerima hadiah beberapa eksemplar buku. Satu di antara buku yang ia tunjukkan di kolom chat WA akan diberikannya kepada saya untuk hadiah.

“Saya tidak memilih. Buku yang menurut Mbak Dahlia paling rendah tingkat ketertarikannya boleh dikirimkan kepada saya. COD saja, biar saya yang membayar ongkos kirimnya,” tulis saya menjawab tawaran Mbak Dahlia.

“Tidak, Pak De. Tidak usah membayar ongkos kirim. Nanti setelah liburan saya kirimkan,” jawab Mbak Dahlia. Tidak lupa menyertakan emotikon tertawa.

Tiga perempuan di samping boks paket pun ikut tertawa ketika percakapan dengan Mbak Dahlia saya bacakan.

Kopi Kingkong dan Caluk Bangka

Unboxing Paketan (Dok. Pribadi)

Bu There yang namanya tertera pada sampul boks paket adalah teman maya di Grup WA. Penulis puisi di Kompasiana itu, saya kenal setelah saya menanggapi puisinya yang berlatar waktu senja dengan sebuah artikel. Karena berada pada grup yang sama, akhirnya kami berkomunikasi. Berawal dari tanya dan jawab, bertukar pendapat tentang beberapa kaidah kepenulisan, akhirnya berlanjut menjadi bertukar pikiran tentang banyak hal.

Bu There aktif di weblog terbitkanbukugratis.id. Beliau mengumpulkan tulisan demi tulisan dan berniat mengemasnya menjadi sebuah buku. Mengumpulkan tulisan yang terserak dan menghasilkan buku solo adalah impiannya yang sebentar lagi menjadi kenyataan. Semoga saya bisa ikut membantu mewujudkannya, tentu sesuai dengan kemampuan saya yang terbatas ini.

Beberapa hari tidak terdengar kabar tentang beliau. Saya tidak berani mengusiknya. Beberapa PR yang mesti kami kerjakan dan tertunda tidak berani saya tanyakan. Hingga suatu hari saya mendapat kabar bahwa ternyata ia dan suaminya sakit. Duh, kok berbarengan, ya? Berkat karunia Tuhan, akhirnya mereka pun berangsur pulih dan dapat berkomunikasi kembali.

Kolom chat WA pun kembali “ramai” dipenuhi kabar dan canda selain tautan berisi karya puisi si Ibu Guru ini. Mengirimkan tautan artinya berharap tulisannya dibaca dan dinikmati. Begitulah penulis pembelajar berproses. Saling kunjung, saling sanjung, tidak jarang saling kritik agar kualitas tulisan semakin baik. Setelah saling kunjung pada tulisan di laman Kompasiana, saya mendapat pesan. Begini bunyinya:

Njenengan ngopi mboten nggih? (Anda ngopi tidak, ya?)

Mendapat pertanyaan itu, tentu harus dijawab jujur, “Ya!”. Saya peminum kopi sejak muda, bahkan sejak kelas empat atau kelas lima SD. Mamak (ibu saya) sering menggoreng kopi sendiri. Tentu bukan kopi saja. Mamak mencampurnya dengan beras. Setelah disangrai hingga kehitaman, kopi dan beras yang meng-arang itu ditumbuk serta disaring. Tara … kopi bubuk ala Mamak kami pun bisa dipakai beberapa hari.

Setelah tinggal di pulau Sumatera kualitas kopi yang saya minum makin baik. Kopi yang saya minum tidak lagi ‘kopi beras’ yang kandungan berasnya lebih banyak ketimbang kopinya. Kopi bubuk asli dengan aroma yang menggoda menjadi konsumsi harian. Oleh karena itu, pertanyaan bu There perihal ngopi atau tidaknya saya, tentu mudah ditebak jawabannya.

Oleh-oleh dari Bu There (Dok. Pribadi)

Saya pun mendapat kiriman kopi khas Bangka. Kopi yang diklaim sebagai kopi terbaik yang memiliki rasa tradisional dengan cita rasa yang enak, unik dan kental dengan aroma khas itu adalah kopi dengan merek dagang Kopi Kingkong. Menurut kukm.babelprov.go.id, kopi Bangka ini sudah mempunyai Standar nasional Indonesia (SNI) dan merk usaha yang dikelola oleh Bapak Yudianto (2017) dan sudah didaftarkan ke HAKI. 

“Hari pertama lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1444 H atau 21 April 2023 saya bakal minum kopi dari Bangka untuk pertama kalinya, nih,” gumam saya sambil menimang bungkusan kopi berwarna hitam dan merah itu.

Selain mendapat kiriman kopi, saya pun mendapat jajanan khas Bangka berupa kerupuk getas. Kerupuk berbentuk bulat bulat namun renyah itu adalah makanan olahan dari ikan laut.

Kemplang dan Getas Khas Bangka (Dok. Pribadi)

Satu lagi oleh-oleh istimewa yang saya dapat dari bu There adalah terasi Bangka. Konon, Bangka adalah penghasil terasi kualitas wahid. Terasi yang dibuat hanya dari udang rebon itu menjadi olahan hasil laut dengan nama pulau yang melekat padanya.

Terasi khas Bangka oleh-oleh Bu There (Dok. Pribadi)

Saya pertama kali mencicipi terasi Bangka (orang -orang di sekitar saya menyebutnya Caluk Bangka) sekitar tiga belas tahun lalu. Terasi khas dari Bangka itu pun buah tangan seorang teman yang berkunjung ke Bangka dan Palembang. Bentuknya tidak banyak berbeda dari terasi yang dijual di pasaran. Akan tetapi, warna terasi Bangka itu lebih terang dan baunya tidak menyengat. Ketika dijadikan campuran untuk menumis kangkung, misalnya, rasa tumisan menjadi lebih khas dan gurih. Demikian pula halnya jika dibuat aneka sambal. Wow, menggoda sekali.

Kali ini, saya kembali mencicipi terasi Bangka. Oleh-oleh kiriman sahabat literasi saya ini menjadi pengobat rindu akan aroma dan rasa terasi yang sudah lama tidak saya cicipi. Terima kasih, Bu There.

Musi Rawas, 1 Syawal 1444 H / 22 April 2023

Salam blogger pembelajar,
PakDSus

Tinggalkan Balasan

1 komentar