Ibu Mertua

 

Siapa di sini yang masih suka nonton tv?

Siapa di sini yang masih suka nonton sinetron?

Saya sih masih. Meski tidak tidak semua acara yang disuguhkan televisi saya tonton termasuk sinetron. Menjadi tertarik kembali menonton sinetron setelah adanya kabar viral sinetron yang berjudul Ikatan Cinta. Penasaran dengan siapa saja para pemerannya dan tentu saja alur ceritanya saya betah ikut menikmati Ikatan Cinta sampai tidak sadar kalau sudah memasuki episode ke 172. Saya sendiri tidak mengira bisa bertahan menonton sinetron sejauh ini. Mungkin karena saya merasa alur dan konfliknya masih bisa dicerna dan tidak berlebihan.

Salah satu hal yang menyedot perhatian saya di sinetron ini adalah tokoh Mama Rosa yang diperankan oleh Sari Nila yang sebelumnya lebih dikenal sebagai model 90an dan seorang MC di acara-acara kepresidenan maupun di event pernikahan dan fashion festival. Diceritakan Sari Nila berperan sebagai Mama Rosa, Single parent, yang memiliki dua orang anak lelaki,  Aldebaran Al Fahri (tokoh utama) dan Roy Al Fahri. Mama Rosa merupakan sosok yang anggun, lembut, well educated, dan berwibawa. Dan terpenting Mama Rosa begitu baik dan harmonis dengan Andin menantunya. Hal yang di dunia nyata justru seringkali terjadi sebaliknya. Mertua dan menantu perempuan acapkali berkonflik.

Adalah impian bagi setiap perempuan untuk mendapatkan suami yang bertanggungjawab dan penyayang serta mertua yang baik hati. Meski tidak semua perempuan mendapatkan impiannya tersebut. Terutama dibagian mertua, kebanyakan menantu perempuan dan mertua perempuan identik dengan hubungan yang  tidak harmonis.

Saya sendiri merasa beruntung sekali karena memiliki ibu dan bapak mertua yang menyayangi saya seperti menyayangi anaknya sendiri. Sesekali memang kami berbeda pendapat tentang pengurusan anak atau gaya parenting tapi masih dalam batasan wajar, tidak pernah sampai yang kemudian membuat saya dan ibu mertua terlibat konflik, saling mendiamkan apalagi sampai baku hantam.

Kalau ditanya apa kuncinya bisa memiliki hubungan yang harmonis dengan mertua, rasa-rasanya saya tidak punya kunci khusus apalagi rahasia. Hanya saja sejak awal kenal, saya dan suami memang selalu berupaya agar ibu dan bapak merasa dilibatkan. Oleh karena itu komunikasi menjadi hal yang penting bagi kami. Apalagi sebelum menikah saya dan suami mengalami long distance relationship, otomatis komunikasilah yang paling sering kami lakukan. Dan pada saat LDR tersebut daripada dengan suami saya lebih banyak berkomunikasi dengan ibu mertua terutama soal persiapan pernikahan. Saya sih mengira hal inilah yang membuat hubungan saya dan ibu mertua terjalin dengan baik sejak awal.

Ibu mertua juga tidak pernah memaksakan pendapatnya, apapun selalu beliau coba diskusikan dengan kami tanpa terdengar menggurui apalagi memaksa. Selalu mengkomunikasikan sesuatu dengan tetap menjaga perasaan dan menghargai pendapat saya sebagai menantu. Saya melihat ibu mertua saya sangat moderat dan open minded. 

Satu hal lagi yang saya pelajari dari ibu mertua, ketika sedang berada dalam kesulitan apapun beliau selalu berusaha untuk menutupi dari anak-anaknya. Tak pernah sedikitpun mengeluh. Hal ini membuat saya kadang bertanya-tanya terbuat dari apa gerangan hati mertua saya ini.

Namun bisa jadi minimnya konflik antara saya dan ibu mertua karena sejak menikah kami tidak tinggal satu atap. Saya jauh di Banten, ibu mertua ada di Situbondo. Jadi benar apa kata peribahasa, jauh bau bunga, dekat bau tahi/ bangkai. Karena jarang bertemu dan berkunjung jadinya terasa istimewa, setiap momen terasa priceless. 

Kelak jika tiba masanya saya jadi mertua, mungkin saya akan mengkombinasi style Mama Rosa, Ibu mertua, dan style saya sendiri dan mertua-mertua hebat lainnya yang mungkin akan saya temui di depan nanti, untuk menjalin keharmonisan dengan menantu-menantu saya. Tapi membayangkan ketiga anak laki-laki saya kelak menikah dan memiliki kehidupannya masing-masing, kok rasanya seperti kesepian ya. Eh, bagaimana ini? ini bagaimana?

Tinggalkan Balasan