Semua karena Pak Thamrin Dahlan sehingga rencana komunitas KOMiK punya majalah versi cetak bisa kesampaian. Ketika akhirnya majalah itu sampai di tangan, wah senangnya. Aku jadi semangat agar majalah ini tetap eksis, minimal sampai tahun ini berakhir.
Membuat majalah film kulakoni sejak tahun 2016 ketika masih tergabung sebagai kontributor majalah bernama Cinemania Indonesia. Waktu itu kami tidak sampai 10 orang membuat majalah itu. Aku kebagian jadi kontributor film Indonesia.
Tapi layout dan desain covernya hanya dikerjakan satu orang. Namanya Ruby. Ia benar-benar bertalenta. Aku selalu kagum setiap kali majalah kami terbit. Luar biasa. Padahal majalah kami gratis dan kami tak sama sekali dapat gaji.
Ketika kami akhirnya sibuk masing-masing aku berharap majalah film tetap eksis. Ya, masih banyak yang suka versi majalah daripada klik satu-persatu laman. Versi majalahnya juga biasanya telah melalui proses kurasi dan editing naskah. Apalagi jika ada versi cetak. Dulu aku suka sekali membeli majalah film sebelum harganya terus naik. Jika ada obral majalah film meski majalah tersebut agak lama biasanya kubeli untuk kukoleksi.
Akhirnya niat membuat majalah itu kesampaian. Modalnya nekat. Bahan tulisan ada banyak. Tinggal proses kurasi dan editing. Kami sudah ada tim editor bertiga. Yang belum kesampaian adalah memiliki bagian tata letak dan desain cover.
Bondo nekat, kami bikin semuanya sendiri. Memang hasilnya masih belum sempurna. Tata letak masih kurang rapi dan sebagainya.
Ketika Pak Thamrin Dahlan mengajakku untuk mengurus ISBN dan mencetaknya beberapa, aku langsung setuju. Dan aku tak kecewa dengan hasilnya. Wah senangnya.
Versi cetak ini hitam putih dengan ukuran A5. Sebenarnya juga bisa sih dicetak seperti ukuran aslinya yaitu A4 dan full color tapi harganya pasti lebih mahal.
Akhirnya KOMiK punya majalah versi cetak dan majalah versi digital. Kami juga punya buku kompilasi tahun lalu. Ini akan memacu semangat Komiker untuk terus menulis artikel perfilman. Dan siapa tahu buku kedua kami bisa terbit tahun ini.