Tanda lonceng di Kompasiana menunjukkan angka. Wah sepertinya ada yang memberi rating atau komentar nih, pikirku. Ketika aku mengklik tanda tersebut, nampak beberapa komentar masuk. Salah satunya adalah dari Pak Tjiptadinata Effendi yang akrab disapa Pak Tjip.
Pak Tjip sering menyapaku dengan ananda. Aku jadi merasa seperti keluarga maya Pak Tjip, anak-anak dunia maya dari pasangan Pak Tjip dan Bu Lina.
Membaca komentar Pak Tjip membuatku tersenyum. Aku merasa hangat. Kata-kata dalam komentarnya seperti memberikanku asa dan semangat untuk tetap rajin menulis, untuk mengabadikan gagasan, atau sekadar mencurahkan perasaan.
Ada kekuatan dalam kata-kata. Komentar dengan kata-kata yang menyenangkan akan membuat suasana hati seseorang akan berubah menjadi baik. Itulah yang kurasa setiap kali membaca komentar dari Pak Tjip ataupun Bu Lina.
Memberikan komentar ke artikel seseorang tidaklah mudah. Aktivitas tersebut memerlukan waktu, sekian menit untuk membaca dan sekian menit lagi untuk memberikan komentar. Dan, Pak Tjip dan Bu Lina sepertinya setiap hari menyempatkan waktu menyapa saudara-saudara, anak-anak, dan cucu-cucu mayanya di Kompasiana yang tersebar di berbagai negara secara bergantian.
Sikap Pak Tjip dan Bu Lina yang peduli dan menjaga silaturahmi di kalangan Kompasianer tersebut adalah salah satu sikap yang kuapresiasi tinggi. Pada masa sekarang ketika seseorang dihadapkan dengan begitu banyak kesibukan, peduli dan menjaga silaturahmi adalah sikap yang perlu diteladani. Sepertinya mulai besok, aku perlu menyisihkan waktu menyapa Kompasianer minimal satu orang secara bergantian di laman artikelnya.
Ada begitu banyak hal yang kuteladani dari pasangan suami isteri Pak Tjiptadinata dan Bu Roselina. Yang pertama, tentunya kepedulian beliau terhadap keluarga besar Kompasiana.
Berikutnya, adalah kebiasaan baik yang ditularkan ke para Kompasianer yaitu menulis setiap hari. Pak Tjip dan Bu Tjip begitu rajin menulis. Pak Tjip telah menulis hingga 7.463 artikel per tanggal 31 Oktober, selama kurang lebih 12 tahun. Jika dibagi 12 maka per tahun Pak Tjip menulis sekitar 600 artikel. Wah sehari bisa ada dua tulisan yang ditulis. Luar biasa.
Tulisan Bu Lina juga tak kalah banyak, meski juga sama-sama sibuk. Yakni berkisar 1.670 artikel.
Cerita-cerita Pak Tjip dan Bu Lina menarik. Mereka tak hanya menulis tentang hal-hal menarik tinggal di luar negeri. Namun ada kalanya mereka juga mengungkap masa sedih dan kerja keras ketika mereka baru menikah dan merintis usaha.
Dalam bukunya yang berjudul Beranda Rasa karya Pak Tjip dan Penjaga Rasa karya Bu Lina, maka bisa ditilik mereka berdua bekerja begitu keras hingga sampai di posisi saat ini. Pak Tjip pernah harus menempuh puluhan kilometer selama 20 jam untuk berdagang. Usaha mereka di awal naik turun, namun mereka tetap gigih berjuang.
Kedua buku tersebut unik, seperti menang sengaja dibuat sepasang, judulnya sama-sama ada kata ‘rasanya’. Sampulnya juga tak kalah menarik, ala-ala kubisme Picasso. Buku tersebut merupakan hadiah pernikahan mereka yang masuk angka 50. Sebuah cara yang romantis dan unik dalam mengabadikan cinta.
Menikah hingga bertahun-tahun dengan orang terkasih hingga mencapai angka 50 tahun dan seterusnya adalah harapan setiap insan. Namun, perlu kegigihan dan tekad karena ada banyak hantaman dari berbagai sisi. Tak semua orang bisa meraihnya karena itu aku sungguh salut dan meneladani semangat dan tekad Pak Tjip dan Bu Tjip untuk terus hidup harmonis bersama pasangan.
Aku ikut tersenyum ketika membaca kisah payung yang merekatkan keduanya. Keduanya jatuh cinta berkat payung pada masa sekolah. Wah untunglah saat itu hujan, sehingga momennya pas. Ada kalanya hal-hal yang nampak sederhana ternyata begitu membekas saat mengingat cinta kasih terhadap pasangan. Hal-hal sederhana tersebut bisa mengingatkan betapa besar makna kehadiran pasangan tersebut bagi kita, sehingga kita terus menghargai dan menyayanginya.
Sebentar lagi Pak Tjip dan Bu Tjip akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka ke-60. Aku masih ingat melihat Pak Tjip memandang istrinya dengan penuh cinta dan kekaguman ketika mengajar bioenergi di acara Ngoplah Kompasiana tahun 2016. Cinta itu tetap sama seperti dulu.
Semoga tahun-tahun mendatang Pak Tjip dan Bu Tjip selalu sehat dan bahagia. Semoga selalu diberi kekuatan juga untuk menyapa dan memberi wejangan kepada kami, anak-anak, saudara, cucu dari keluarga besar Kompasiana.
Selamat merayakan hari jadi pernikahan. Semoga terus menyebarkan inspirasi ke warga Kompasiana.