22. KESABARAN TIADA BERTEPI 1
Sabar (al-shabr) menurut Imam Ghazali adalah menahan diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu meskipun ada kemampuan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu. Kesabaran manusia seharusnya tidak ada batasnya. Kata Prof. Dr. Nasarudin Umar, belajarlah pada mahluk lain yang total pasrahnya. Semakin pasrah manusia maka semakin proaktif Allah akan menolong. Belajarlah pada batu, pada gunung yang meski diinjak-injak setiap saat tetap tidak bergeming. Guru kita tidak hanya orang atau manusia tetapi juga benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, makna yang baik-baiknya. Kita bisa belajar dari pohon kelapa, beringin, tanaman hias, kuucing, burung monyet dan lain-lain. Manusia cenderung bersifat fluktuatif dan tidak istiqamah. Orang yang sabar terbayang ketenangan dalam jiwanya, sehingga jika mendapatkan ujian berupa musibah atau kenikmatan hidup, tidak menampilkan perubahan yang berarti di dalam dirinya. Penyakit dan musibah adalah surat cinta dari Allah, yang selalu diberi kenikmatan tanpa musibah harus hati-hati ini tanda Allah tidak memperhatikannya lagi.
Sabar adalah kata yang mudah diucapkan atau dinasihatkan kepada orang lain namun diri sendiri belum tentu mampumelaksanakannya. Bagi ODS (Orang Dengan Skizofrenia) dan ODB (Orang Dengan Bipolar) serta caregivernya, sabar tak berbatas merupakan kata kunci atau harga mati. Sabar yang mungkin pada awalnya karena terpaksa oleh keadaan tapi lama-lama menjadi biasa dan semakin membatu. Bagaimana kesabaran seorang ODS menahan diri dari godaan halusinasi di alam hayalnya berupa jin setan hantu kuntilanak, dan di alam nyata mendapatkan bully, hinaan, ejekan, makian, pukulan, bahkan dirantai, dipasung bertahun-tahun sampai meninggal. Sangat memprihatinkan.
Masyarakat tertentu masih sangat diskriminatif, orang yang terkena penyakit jantung, penyakit gula, struk dan sebagainya diurus, diobati, dirawat, disayang, dielus, ditunggui malam-malam. Tapi ODS atau ODB yang sama-sama jenis penyakit fisik kadang disumpahi atau dibuang bahkan oleh keluarganya sendiri. Kesabaran ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)dituntut tiada bertepi tiada berakhir dalam segala aspek.
Seorang ODS menulis dalam sebuah grup KPSI:
“Apa yg salah pada diriku..?
– Minum obat sudah rutin
– Selalu berusaha menjauhi triger dan toxic
– Menerima kondisi mental apa adanya
– Sholat dan ngaji juga tidak pernah ketinggalan
Tapi kenapa selalu merasa cemas, gelisah, kacau balau, bingung dan hampa
Aku harus bagaimana lagi ya…?”
Berbagai komen muncul dari teman-teman ODS yang sudah recovery antara lain:
“Bagi orang yang sudah menjalani terapi farmasi/obat2an,untuk mengatasi kecemasan adalah dengan berdamai dengan diri sendiri, memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri, menerima kekurangan dan kelebihan diri, menerima trauma/rasa sakit hati masa lalu sebagai bagian dari perjalanan hidup kita. Itu adalah obat untuk diri kita.”
“Iklaslah menerima diri sendiri, berusaha yg terbaik yg masih bisa dilakukan & berserah diri atas segala ketentuan Tuhan”.
Kahfi jarang memberi komen pada grup apapun meski dia sudah ikut di beberapa grup FB KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia dan BCI (Bipolar Care Indonesia). Dia cenderung masih tertutup, masih dengan cara sendiri untuk menumpahkan perasaannya yaitu dengan menulis oret-oretan asal-asalan sesuai apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Kemudian lama-lama berbentuk puisi yang menggugah perasaanku, kata-katanya keluar secara spontanitas tanpa dibuat-buat.
PUISIMU 2
Palung Kegelisahan
Suara hati gelisah lagi, dan suaramu terus memekik kencang
Hatiku terus mengucur darah
Dia sakit karena suaramu yang keras sekali
Tapi diriku masih terus sabar menunggu
Terus menunggu jati diri yang tersembunyi
Menanam kabut putih, memetik sari-sari
Kemana lagi kan ku cari, hatiku yang tadi pagi
Kemanakah kan aku raih, mimpiku yang kemarin malam
Kemana mereka sirna, dan bersembunyi dengan muka muram
Kemana langit biru menyimpan mereka
Aku dan Dia, masih disini tuk menatapmu mentari pagi.
25-09-2011, Jatiwaringin.