PENGOBATAN TELOR TEMPEL DI PELIPIS
Kepergianbersama suami mencari mas Rudi di Warakas Tanjung Priuk tidak membuahkan hasil. Dapat nama jalan, dapat nomor rumah tapi tidak ada nama itu. Dapat nama Rudi tapi dia tidak pernah janji dengan siapa-siapa, tukang bakso keliling dan tidak pernah punya Hp, kata istrinya. Sementara no Hp yang nama Rudi tersebut ditelpon-telpon tidak mau angkat lagi bahkan dimatikan. Sampai magrib kami keliling tapi tidak diketemukan. Kami menyerah. Besok-besoknya kutelpon lagi, nomornya sudah dimatikan dan tidak pernah hidup lagi.
Dari pihak keluarga juga berusaha mencarikan orang pintar lainnya, perempuan. Kali ini Kahfi harus ikut dalam proses pengobatan karena katanya nanti akan dimandikan. Setelah kubujuk-bujuk akhirnya mau juga Kahfi ikut, kami ditemani seorang kakak iparku. Apalagi yang mengobati masih ada hubungan keluarga, perempuan solehah, ustadzah Ida. Menurut cerita sudah banyak yang datang berobat dalam kondisi yang sama dengan Kahfi, bisa sembuh dan kembali seperti semua. Aku berharap, sekali lagi sangat berharap, bahwa ini gangguan sementara yang bisa diobati atau diperbaiki dengan cepat dan dengan cara sederhana pula. Sebelumnya kuceritakan pada Kahfi tentang pencaharian kami ke alamat yang ditunjukkan mas Rudi itu tidak benar, tidak ketemu. Kahfi mendengar ceritaku itu dengan datar saja, tanpa respon, wajah masih seperti orang kebingungan.
Kahfi diminta berbaring di sofa rumah ustazah Ida lalu dibacakan ayat-ayat suci al Quran. Khafi tertidur. Lalu dibangunkan dan ditempelkan 2 buah telur di pelipis kiri dan pelipis kanan. Dipegang dengan tangan. Aku bantu Kahfi pegang telur yang katanya sudah dibaca-bacakan (bukan sembarang telur). Karena kulihat ketika Kahfi memegang telur itu tangannya gemetar dan aku kuatir telur itu jatuh. Lama juga dimita selama mungkin minimal 1 jam memegangkan telur-telur itu di plipis Kahfi sampai tanganku pegal sekali bertahan sampai 1,5 jam. Sepulangnya kuperhatikan Kahfi masih belum ada perubahan, masih cuek, menghindar, main play station, bengong, diam, solat lama, ngantuk, tidur. Jarak 3 hari Kahfi diminta datang lagi dan dilakukan hal yang sama. Kahfi awalnya tidak mau lagi tapi dengan berbagai pendekatan akhirnya mau juga. Harus sabar. Pengobatan cara ini berlangsung sampai 3 x tapi tetap tidak ada perubahan, dan akhirnya Kahfi betul-betul tidak mau lagi. Teman-teman sekolahnya SMP dulu kucoba panggil ke rumah untuk menemani Kahfi main play station supaya dia kembali bersemangat dan berbicara. Kuperhatikan interaksi mereka, ya kadang semangat, kadang tidak, dan temannyapun pulang. Lalu Kahfi bilang gak usah lagi suruh temannya datang, resek. Kalau dia mau biar dia main sendiri saja.
Pengumuman SMP Kahfi lulus, meski dengan nilai yang sudah kuprediksi, mengecewakan. Alhamdulillah.. dalam kondisi Kahfi yang demikian tidak mungkin mengharapkan dia memperoleh nilai yang bagus sesuai kemampuannya selama ini. Awalnya rencana kami Kahfi akan dimasukkan ke SMAN yang sesuai dengan rayonnya. Tapi dengan peristiwa dan kondisi yang mengkhawatirkan ini aku yang bekerja sebagai ASN di sebuah Kementerian dimana disiplin datang pagi-pagi dan pulang sampai rumah sudah malam. Tidak mungkin bisa mengawal dan mengawasi anakku terus menerus. Kecuali aku yang berhenti bekerja.
Kebetulan kulihat ada promosi sebuah Boarding School di Wilayah Parung. Peraturan yang tertulis kulihat begitu ketat, disiplin, anak-anak tidak bisa masuk keluar sembarangan. Tas selalu diperiksa kalau masuk ke lingkungan sekolah, nampaknya kuatir kalau ada narkoba atau ganja, yang kalau untuk Kahfi masalah ini aku yakin aman saja. Begitu juga peraturan keluarga, hanya bisa nengok 1-2 minggu sekali, tidak masalah. Konstruksi gedung sekolahnya kulihat cukup meyakinkan ada sarana olahraga lengkap. Tiap ruangan ada berbagai tulisan tentang informasi dan peraturan dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab. Kupikir ini cocok untuk Kahfi, demi menghindarkan dia dari ketakutan dengan orang-orang yang mungkin mencarinya. Serta ketakutanku sendiri akan diculiknya lagi Kahfi pada saat aku bekerja di Kantor. Boarding school pasti aman, mudah-mudahan dia bisa bersama teman-temannya semangat belajar bersama, bermain bersama, bercanda bersamadalam pengawasan guru-guru dan bapak/ibu asrama, serta makannya pasti teratur.
Kahfi pun menurut saja tanpa protes ketika didaftarkan dan dimasukkan ke boarding school yang cukup memberatkan biayanya bagi seorang PNS sepertiku. Bismillah, yang penting dia terhindar dari ketakutan atau dari inceran orang yang belum kukenal. Setelah Kahfi aman disana dan sambil tetap bekerja,aku dapat memulai melakukan penelusuran lebih dalam lagi dengan berbagai cara untuk mengetahui apa masalah atau musibah yang masih sangat asing bagiku ini.