Manusia berencana dan beriktiar… namun sekuat apapun ikhtiar yang dilakukan ketentuannya ada di tangan Allah. Menurut seorang ustadz Teology terwujudnya suatu kondisi atauperbuatan itu ditentukan oleh tiga hal. Pertama Masyi’ah atauqadarullah yaitu kehendak Allah yang meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Kedua Istithoah (kemampuan manusia), ketiga Iradah (kemauan, ikhtiar, doa).
Beberapa bulan pertama perkawinan Kahfi nampak situasi cukup tenang dan terlihat mesra antar keduanya. Namun kemudian terlihat keduanya seperti saling tertekan, banyak berdiam-diaman. Apapun penyebabnya aku sebagai orangtua tidak bisa terlalu ikut campur. Kalau ada salah satu yang mengadu aku hanya dapat memberi nasihat: Sabar…
Jika Kahfi yang nyeletuk ngadu tentang kecuekan Yenny sebagai istri yang dianggap tidak melayaninya, paling juga kubilang.
“Sabar ya, mungkin karena dia sedang hamil, ambil positifnya aja… yang penting Kahfi jangan lupa minum vitaminnya. Bangkitkan semangat kerja supaya nanti bisa mandiri. Sebentar lagi Kahfi punya anak. Senang kan jadi seorang ayah?”
Kemudian jika Yenny mengadukan Kahfi yang sering marah-marah dan mengucapkan kata “cerai”, kujelaskan kembali dan kuingatkan kondisi kesehatan Kahfi.
“Kahfi itu kan sakit, Yenny sudah tahu sejak awal. Orang sakit harus kita bantu agar bisa sembuh. Kata-kata orang yang terkena gangguan kejiwaan tidak bisa diterima atau dimasukkan di hati. Apalagi jika sedang emosional atau ada relaps.”
“Iya tapi Kahfi sudah berkali-kali mengucapkan kata-katacerai, itu sangat menyakitkan. Dan menurut hukum Islam itu sudah jatuh talak.” Katanya
“Yenny kan sudah gabung dalam grup FB KPSI begitu juga dalam grup WA caregiver. Bisa setiap hari membaca bagaimana keluhan ODS maupun caregivernya. Banyak istri yang tetap setia bertahan meski suami sering ngomong seperti itu, karena tahu bahwa suaminya memang sakit, ngomong ngaco tanpa disadari, sulit mengendalikan diri, menurut ustadz omongannya tidak berlaku. Kalaupun ada kesalahan perbuatan mereka tidak dapat dihukum. Karena itu kita bantu dia supaya bisa pulih dengan mengawasi dia agar tertib minum obatnya, supaya makin stabil tidak emosional dan jangan sampai kambuh.”
“…… iya tapi Yenny capek hati juga, apalagi ini sedang hamil.”katanya
“Sabarlah...., dia tidak sendiri mengalami hal seperti ini, dan kitapun tidak sendiri dalam merawat ODS, bahkan banyak yang lebih parah. Ibu yakin kalau Yenny bisa mengambil hati Kahfi membuat suasana kondusif bagi dirinya, obatnya juga selalu dipantau teratur, Kahfi bisa pulih, mandiri, dan produktif kedepannya. Memang perlu kesabatan, perlu waktu dan proses.”
“Ini coba dibaca dalam grup KPSI keluhan seorang ODS.”sambungku
:….“Usia ku 28 tahun, anak pertama. Aku tidak bisa mengendalikan perasaan yang ada di hatiku dan pikiranku, luar biasa sangat sakit sekali selalu kecewa masalah percintaan, beberapa kali selama 2 tahun selalu ditinggalkan di tengah komitmen yang sudah di buat, gagal untuk ke jenjang serius. Aku terus menyalahkan diriku sendiri. Patah hati beruntun menyiksa mentalku habis2an. Aku tidak bisa percaya siapa-siapa lagi, mentalku drop masalah percintaan, masalah keluarga, dan masalah kantor. Aku sering melakukan self harm akhir akhir ini, hanya itu yang dapat membuatku tenang. Aku ingin menghilang dan tidak ingin merasakan semua sakitku ini. Mohon sarannya…..
“Coba dibaca juga komen dari sesama ODS untuk menguatkan teman sependeritaannya.” Kataku sambil terus scrooling Akun KPSI.
;….“Menurutku kak, yang pergi biarkanlah pergi karena itu memang sudah seharusnya. Karena dalam membangun sebuah hubungan dibutuhkan insan yang saling peduli dan saling percaya, bukan hanya sekedar suka. Memang pasti rumit kak di tengah permasalahan kompleks yang membuat kita penuh sesak pikiran, kita harus bisa meredam emosi negatif tersebut….”
“Ini Yen ada lagi, coba dibaca.” lanjutku
:….“Saya pernah pacaran 8 tahun dan putus ketika saya sakit skizofrenia dan kehilangan pekerjaan juga. Sakit skizofrenia saya karena musibah di kendaraan sehingga membuat saya trauma tiap naik kendaraan apapun. Saya kembali mendapatkan seorang gadis yang mau menerima apa adanya meskipun posisi saya ODS dan pengangguran tapi gadis itu mau terima, sabar setia dan tulus, setiap kontrol ke psikiater dia selalu mengantarkan saya sejakmasih pacaran. Singkat cerita sekarang pernikahan saya dengan dia/istri saya sekarang sudah berjalan 20 thn dan saya dikaruniai seorang anak gadis cantik pintar, usia anakku 19 thn bulan Juli ini. Kami cukup bahagia dalam mengarungi hidup ini karena istriku mengerti aku, meski kadang-kadang dalam rumah tangga ada saja emosiku yang kurang terkendali karena penyakit ini….”
“Banyak lagi yang lain berbeda-beda masalahnya, tinggal tergantung pada hati, kemauan, keikhlasan dan komitmen kita sendiri dalam menghadapinya.” Kataku. Yenny diam tidak menjawab.
Manusia hanya bisa berharap dan berikhtiar semaksimal kemampuan serta berdoa. Aku tak bisa berkata apa-apa ketika Yenny setelah beberapa bulan melahirkan seorang bayi laki-laki yang ganteng mirip Kahfi. Dia mengatakan bahwa mereka sepakat mau bercerai, dan dia yang akan mengurus perceraianitu. Untuk sementara dia masih bersedia mengurus anaknya yang masih menyusui dan tinggal di lingkungan rumahku.
Kutanya Kahfi, dia hanya berkata.
“Iya terserah Yenny aja, kalau mau benar-benar cerai uruslah. Memang sejak hamil besar sampai melahirkan kami sudah tidak berhubungan suami istri lagi.”
Hanya kepada Allah tempatku mengadu. Ujian ini semua atas izin Mu, hamba mohon petunjuk dan bimbingan Mu ya Allah. Engkau berikan ujian karena masih dalam batas kemampuanku. Mohon berikan hamba kekuatan dan keikhlasan dalam menjalani lika liku kehidupan ini.