Aku Bukan Hartawan Juga Juragan
Jam sepuluh lewat tiga puluh
HPku berbunyi,ku lihat istriku memanggil
Akupun bertanya ,ada apa Bu?
Istriku berkata,Yah cepat pulang ya?
Anak-anakmu merintih kesakitan karena perut berlilitan kelaparan
Akupun segera pergi,ku tiggalkan pekerjaan
Karena keluargaku adalah masa depan syurga yang telah dititipkan
Aku tak lagi pikirkan pekerjaan yang menggunung didepan
Bagiku hari ini,esok,lusa anak,istriku bisa makan
Itulah harpan sambil berjalan pulang
Perjalananku hampir satu jam tiga puluh menit
Melintasi lautan juga daratan
Suryapun mencengkam menusuk kulit menerkam
Akupun nyebrang dengan wajah tertunduk belas kasihan
Memikirkan cobaan yang dibuat dari pemegang masa depan
Kapan persoalan ini bisa terselesaikan
Karena itu sebuah harapan
Jangan sombong
Semua kita mengharap banking berdentingan
Hari ke hari yang tak juga kunjung datang
Tapi kita sembunyikan kesedihan
Biar anak,istri tak tertekan
Tetap tersenyum tak tampakan raut wajah dalam tekanan
Tiap hari pertengkaran terus berkicauan
Penuh sabar dalam keikhlasan
Jika tidak bisa berujung perpisahan
Ketika api membesar membakar kemarahan
Airlah pendingin dalam ratapan sabar
Biarpun sedih merintih beratapan
Prasangka baik terus ku tanamkan
Pada anak istriku idaman
Jangan sampai murka berdampingan
Karena doa mereka mudah terkabulkan
Segeralah bercermin wahai jutawan
Lihatlah ratapan sikecil menahan sakit kurang asupan
Sampai kapan terus mengemis meminta belas kasihan
22 September 2021