BELAJAR DENGAN MEDIA ALAM

Terbaru39 Dilihat

Abraham Raubun,B.Sc, S.Ikom

Ibarat kata bijak, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman dalam suatu peristiwa berarti menjalani suatu peristiwa yang dari dalamnya dapat dipetik pelajaran berharga. Dapat juga dimaknai sebagai suatu hal sangat menentukan bagaimana kita bersikap, bekerja, beretika, dan segala aspek dalam hidup kita. Setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Pengalaman itu diperoleh dari berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari bahkan dari alam lingkungan kita berada dan ketika melakukan pekerjaan di tempat bekerja. Seperti yang dikatakan Kong Hu Cu seorang filsuf dari negeri Cina: “saya lihat saya lupa, saya dengar saya ingat, saya lakukan saya paham”

Saya memperoleh pengalaman yang menarik selama bekerja sebagai Field Officer di UNICEF salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia untuk Kesehatan ibu dan anak. Sebagai Field Officer tugas utamanya membantu pemerintah Jawa Barat meningkatkan kapasitas aparatur daerah khususnya di bidang Kesehatan sekaligus memantau penggunaan bantuan yang diberikan.

Pengalaman ini terjadi di Puskesmas Gunung Sembung, kecamatan Gunung Sembung kabupaten Subang. Puskesmas ini cukup terkenal karena menunjukkan kinerja yang baik dalam melaksanakan program-program Kesehatan ibu dan anak. Karena itu sering menerima kunjungan dari kabupaten lain di Jawa barat atau dari provinsi lain. Bahkan dari luar negeri terutama dari kantor UNICEF pusat di New York dan Kantor Regionalnya di Bangkok. Karena seringnya tamu dari luar negeri mengunjungi Puskesmas ini, Kepala Puskesmas Gunung Sembung meminta saya membantu stafnya dengan mengajari mereka agar dapat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Pasalnya stafnya sering mengeluh bahwa ada perasaan tertekan kalau tamu yang berkunjung menanyakan sesuatu dalam Bahasa Inggris. Meski ada yang menterjemahkan tetapi nampaknya mereka ingin juga menjawab secara langsung, namun apa mau dikata pengetahuan berbahasa untuk komunikasi langsung sangat terbatas. Selain itu banyak juga staf yang ketika mendengar ada kunjungan dari luar negeri mereka tidak ada di tempat atau bahkan tidak masuk karena takut diajak berkomunikasi dalam bahasan Inggris. Hal inilah yang menjadi keprihatinan sang kepala Puskemas seorang yang memang aktif, kreatif dan selalu menuntut kinerja prima dari bawahannya.

Permintaan itu sempat membuat saya bingung. Saya coba menawarkan tenaga yang memang khusus bisa mengajar Bahasa Inggris, ia menolaknya dengan alasan ini bukan hanya belajar bahasa tetapi juga meningkatkan sikap kerja yang optimal. Ia merasa cocok selama saya bekerjasama membantu kegiatan program di Puskesmas karena banyak memperoleh masukan baru untuk meningkatkan kapasitas stafnya. Karena memang terkait tugas,  saya memenuhi permintaan itu, dan mulailah kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris yang diwajibkan bagi semua staf dari semua bagian setiap hari.

Proses pembelajaran bermula dari memperkenalkan nama, menyebutkan nama bagian tempat tugas mereka masing-masing, menyebutkan nama peralatan kesehatan yang digunakan, nama program dan hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan kegiatan program yang kesemuanya harus disebutkan dalam Bahasa Inggris. Kegiatan ini berjalan dengan lancar selama 7 bulan berkat dorongan Kepala Puskesmas yang membuat semua staf yang terlibat bersemangat.

Untuk menghindari rasa bosan dan jenuh secara berkala saya meminta izin Kepala Puskesmas untuk membawa stafnya keluar. Kesempatan ini selain memanfaatkan alam sekitar untuk belajar Bahasa Inggris juga sekedar berekreasi. Dalam proses belajar setiap orang harus dapat menyebutkan nama tanaman yang ada disekitar, kemudian menyebutkan bagian-bagiannya mulai dari daun, bunga atau buah lengkap dengan warnanya. Apakah manfaat dari pohon atau tanaman itu, bagaimana cara melindunginya dan sebagainya yang kesemuanya harus dalam Bahasa Inggris.

Ternyata proses belajar melalui pendekatan seperti di alam terbuka dan belajar dari apa yang ada di alam sekitar membuat suasana belajar menyenangkan dan pembelajaran menjadi efektif. Konsep inipun nampaknya digagas Lendo Novo seorang aktivis lingkungan sekaligus sosial entrepreneur, sebagai dasar mengembangkan konsep sekolah alamnya.Ia mengembangkan konsep ini berawal dari keprihatinannya akan biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh masyarakat. Ide membangun sekolah alam adalah agar bisa membuat sekolah dengan kualitas sangat tinggi tetapi dengan harga terjangkau. Konsep pendidikannya berbasis alam semesta yang secara fisik, bentuk sekolah ini bukanlah gedung atau bangunan, melainkan hanya suatu tempat dapat dalam bentuk  tempat terbuka atau sekedar tempat berteduh yang dikelilingi alam. Tidak ada materi khusus yang diberikan. Peserta belajar juga tidak diberi materi yang sudah dirancang secara baku, melainkan di diperkenalkan dengan berbagai tanaman yang ada disekitar. Suasana belajarnyapun bebas, tidak terikat pada suatu kurikulum yang telah ditetapkan yang harus dilaksanakan secara ketat tidak boleh menyimpang.

Meskipun demikian tetap menggunakan acuan yang berprinsip pada beberapa hal yaitu:

  • Mengembangkan Akhlak yang baik

Hal ini ditanamkan melalui sikap menghormati kepada sesama dari berbagai latar belakang baik agama maupun budaya dan adat istiadat.

  • Mengebangkan logika (Ilmu pengetahuan)

Meski menekankan hal mencintai lingkungan, anak juga harus diajarkan tentang ilmu pengetahuan, misalnya menggunakan komputer, berbahasa asing, berolahraga, dan lain-lain. Oleh karena itu, sekolah alam juga harus memastikan guru dan tenaga pengajar yang ada di sekolah tersebut menguasai ilmu pengetahuan dengan baik.

  • Mengembangkan Kepemimpinan

Pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk membentuk sikap menjadi seorang pemimpin, bukan pengikut. Bakat dikembangkan sesuai dengan minat melalui cara-cara yang menyenangkan atau fun learning.

Konsep inipun dapat diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa seperti halnya pada staf Puskesmas di Gunung Sembung itu. Selain konsep pembelajaran orang dewasa yang dianut juga pembelajaran yang efektif . Umpan balik yang diperoleh dari kegiatan ini, beberpa orang staf mengambil kursus bahasa Inggris untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Mereka menyatakan cara pembelajaran yang diberikan sangat bermanfaat dan sangat membantu dan memudahkan memahami pembelajaran bahasa Inggris yang diberikan di tempat kursus. Memang ibarat kata pepatah “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”.

Tinggalkan Balasan