BAHAYA LATEN MENGINTAI GENERASI MENDATANG

Terbaru22 Dilihat

Abraham Raubun

Anak sehat sudah pasti menjadi dambaan setiap orang tua. Bebagai upaya sudah pasti ditempuh untuk menjaga Kesehatan anak, apalagi dalam keadaan tidak sehat atau sakit. Bukan Cuma sehat yang diharapkan oleh ayah bunda tetapi juga kelak anak tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang cerdas.

Memang anak menjadi tumpuan harapan keluarga bahkan kelak menjadi generasi penerus bangsa. Tentu saja anak-anak diharapkan bertumbuh dan berkembang secara baik untuk mencapai kapasitasnya secara optimal dan berkualitas. Anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) memerlukan perhatian penuh dari semua anggota keluarga. Pasalnya anak balita ini tergolong kelompok usia rentan. Mereka punya kebutuhan dan resiko. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, maka muncul reiko. Kebutuhan mereka bukan Cuma untuk pertumbuhan yang terkait fisik, tetapi juga mental, spiritual dan intelektual.

Banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak.Jika terjadi hambatan atau gangguan, anak beresiko mengalami gagal tumbuh kembang. Salah satu fak Keempat hal ini dikenal dengan 4 pilartor yang memengaruhi adalah asupan zat gizi yang seimbang. Gizi seimbang itu merupakan  makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jumlah dan jenisnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Prinsip-prinsipnya memperhatikan makanan yang beragam, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan berat badan yang ideal. Keempat hal ini dikenal dengan 4 Pilar Gizi Seimbang.

Selain itu pengetahuan anggota keluarga, terutama ibu tentang pola asuh anak, termasuk di dalamnya pola makan, ikut menentukan tumbuh kembang anak yang berkualitas. Karena itu pertumbuhan anak balita perlu dipantau. Salah satu caranya adalah dengan menimbang berat badannya. Dari hasil penimbangan berat badan dapat diditeksi sejak awal apakah anak bertumbuh dengan sehat. Cirinya anak sehat bertambah umur, bertambah berat badan sesuai standar yang ditetapkan. Berat badan yang terlalu berlebihan (Obesitas) atau kurang juga tidak baik.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat anak Indonesia yang mengalami obesitas pada tahun 2018 sebanyak 18,8 persen. Persentase terbesar dijumpai di perkotaan dari pada di perdesaan. Jika dibandingkan antara anak laki-laki dengan anak perempuan, maka presentasinya lebih besar pada anak laki-laki. Sedangkan menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) persentase obesitas pada anak Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia yaitu bertengger pada angka 12 persen. Oleh sebab itu menjaga berat badan ideal sangat diperlukan.

Dewasa ini Indonesia mengalami beban ganda. Di satu sisigizi kurang belum tuntas ditangani, gizi lebih kini sudah harus dihadapi. Masalah kritis kurang gizi yang dialami anak-anak sekarang tidak lagi tertumpu pada masalah kekurangan energi dan protein yang merupakan masalah gizi makro, melainkan lebih pada masalah gizi mikro seperti kekurangan vitamin A, Iodium dan zat besi. Ini9 merupakan bahaya laten yang mengancam Kesehatan anak-anak. Jika anak-anak mengalami kekurangan asupan zat-zat gizi dalam waktu yang lama jelas akibatnya berpengaruh pada kualitas hidupnya. Selain tubuh pendek atau kuntet (Stunted) juga perkembangan intelektualnya tidak optimal. Sumber daya manusia yang terbentuk berkualitas rendah dan tidak mampu bersaing serta mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Untuk menjaga kesehatan tentu makanan perlu diatur secara beragam, karena tidak ada bahan makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh  secara lengkap. Misalnya nasi, ubi, singkong, talas, gandum dan hasil olah makanan yang banyak mengandung karbohidrat memang sumber energi tetapi kurang mengandung protein, vitamin dan mineral. Sayuran dan buah-buahan kaya vitamin dan mineral tetapi miskin protein. Karenanya Menyusun menu makanan yang bervariasi sangat dianjurkan.

Di masa modern ini semua urusan dalam kehidupan sehari-hari sedah berbasis teknologi canggih. Semua urusan menjadi mudah, cepat dan menghemat waktu melalui komunikasi digital. Dampak ikutannya adalah aktivitas fisik terbatas, tubuh menjadi kurang bergerak, energi yang digunakanpun sedikit. Ini menjadi salah satu faktor yang dapat menghantar berat badan menjadi berlebih alias kegemukan. Ujung-ujungnya mengundang berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, darah tinggi (hipertensi), kencing manis (Diabetes) dan sebagainya untuk mampir ke dalam tubuh.

Di masa pandemi Covid-19 nyata selain asupan zat gizi seimbang dan aktivitas fisik yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas agar tidak terpapar virus Covid-19, perilaku hidup bersihpun perlu dijaga. Selain itu situasi pandemik Sebagian besar anak hidup dalam gerak terbatas. Anak-anak yang pada dasarnya dalam kehidupannya belajar sambil bermain, tidak lagi dapat melakukannya seperti sebelumnya. Lebih dari separuh anak di dunia ini tinggal di negara-negara dengan keadaan di lockdown, termasuk di Indonesia meski tidak menganut sistem lockdown sepenuhnya, tetap memberlakukan pembatasan-pembatasan yang menghambat gerak bebas anak-anak.

Nampaknya ada implikasi serius yang akan menghadang dan menjadi tantangan jauh ke depan melampaui masa pandemi saat ini. Ada dampak-dampak tersembunyi yang masih samar bahkan belum terpikirkan. Hal-hal ini harus segera disikapi secara bijaksana oleh pemerintah dan seluruh komponen masyarakat. UNICEF, sebagai salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesehatan ibu dan anak mengambil sikap dengan mencanangkan 6 pilar untuk melindungi anak-anak yang paling rentan terhadap bahaya dampak Covid-19 ini. Pilar-pilar itu mencakup:

  1. Menjaga anak-anak tetap sehat
  2. Menjangkau anak-anak yang rentan dengan air bersih, sanitasi dan kebersihan
  3. Buat anak-anak tetap belajar
  4. Mendukung keluarga untuk memenuhi kebutihan dan pengasuhan untuk anak-anak
  5. Melindungi anak-anak dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan
  6. Melindungi anak-anak pengungsi dan migran, dan mereka yang terkena dampak konflik

Covid-19 memiliki potensi untuk menerpa sistem kesehatan yang rapuh, terutama negara yang berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia sehingga merusak kelangsungan hidup anak. Kesehatan dan gizi serta pembangunan yang telah dicapai selama ini. Pelayanan program imunisasi yang sudah ada untuk mencegah berjangkitnya penyakit-penyakit seperti  polio, campak dsb, jika terganggu karena tekanan situasi pandemi ini akan membawa dampak lebih buruk. Banyak bayi yang baru lahir,anak-anak remaja terutama anak perempuan yang bakal jadi calon ibu, serta ibu hamil akan terancam.

Di dunia Pendidikan penutupan sekolah secara nasional dapat menyebabkan generasi Pendidikan dapat mengalami kerugian dalam pembelajaran yang bisa jadi mempengaruhi potensi mereka, jika semua pihak pemerintah maupun non pemerintah dan seluruh komponen masyarakat tidak melipatgandakan komitmen dan upaya penanggulangannya demi kehidupan anak-anak di masa depan. Sikap sigap menangani dan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi ini dituntut untuk menangkal bahaya laten bagi kesehatan anak-anak ini yang akan menghadang di masa depan.

 

Tinggalkan Balasan