TEMPE LEBIH BERNILAI DI MANCANEGARA?

Terbaru75 Dilihat

Mengutip pidato Bung Karno “ Kita ini bangsa besar, kita bukan bangsa tempe…” ini kata bijak dari presiden pertama RI itu. Kata bijak yang mengandung pesan agar bangsa Indonesia harus bersemangat dan berjiwa juang tinggi, tidak lemas. Menilik kalimat ini sepintas terbetik pertanyaan di benak mengapa “Tempe” yang dipakai sebagai sandingan kata “bangsa besar”? bisa panjang ceritanya jika diperdebatkan.
Pokok pangkal yang mau diurai di sini lebih pada membahas tentang sang “tempe” ini. Mungkin, ini mungkin saja pembandingan ini dimaknai dari sisi tekstur tempe yang memang lunak. Lunak yang dikonotasikan sebagai sesuatu yang lemah. Mungkin juga tempe digunakan dalam kata bijak ini karena merupakan makanan tradisional masyarakat, terutama banyak dikonsumsi oleh ”wong cilik” sehingga ada istilah ”dagingnya orang miskin”. Tetapi di balik ”kelemahan” itu terkandung manfaat besar dalam menjaga agar organ tubuh dapat tetap berfungsi dengan baik.

Ada pepatah dalam tradisi Jawa ”Wolak walik ing jaman” yang terkenal dari Prabu Jayabaya raja kerajaan Kediri yang ramalannya mencakup berbagai aspek kehidupan seperti kondisi sosial, politik bahkan kemungkinan bencana. Kalu saja tempe memang semula dianggap sebagai makanan yang kurang ”berprestise” kini jamannya sudah terbalik. Mengapa demikian mari kita telusur faktanya.

Tempe senyatanya adalah makanan tradisional Indonesia yang sudah dikenal sejak dulu.Terbuat dari kedelai yang diolah melalui proses fermentasi. Dengan menggunakan bioteknologi sederhana menggunakan jamur Rhizopus Oligosporus produk yang dihasilkan merupakan sumber protein nabati yang kaya akan protein. Protein yang berasal dari kacang kedelai yang sudah terfermentasi ini menjadi lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Kini olahannya beragam bahkan dianggap pengganti daging bagi kaum vegetarian sebagai sumber protein nabati yang berasal dari tumbuhan menggantikan protein hewani. Pada tahun 2021 Tempe telah didaftarkan Kemenkraf sebagai warisan budaya tak benda UNESCO. Fakta lain menunjukkan makanan dari kacang kedelai ini menduduki peringkat 5 dunia.

Di Indonesia awalnya diolah secara tradisional dari ndahulu dan sejak tahun 1960-an Industri tempe di Indonesia saat ini sudah berkembang pesat.Tempe Indonesia kini telah menjadi komoditas ekspor ke bebagai negara. Namun Industri tempe di dunia juga berkembang pesat, dan tempe pun diproduksi di banyak negara serta telah menjadi makanan populer di Eropa, Asia, Amerika Serikat, dan Malaysia. Amerika, Jerman dan Jepang telah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan jamur tempe yang lebih cepat berkembang, lebih berkualitas dan kandungan zat gizinya lebih tinggi. Dari sisi produksi terus meningkat seiring dengan banyaknya permintaan. Peralatan pengolahan sudah lebih moderen seperti alat Pengupas kulit kedelai sudah menggunakan mesin otomatis. Metode fermentasi yang lebih terkontrol diterapkan untuk meningkatkan kualitas tempe. Perkembangan inovasi semakin melaju, Inovasi dalam produk turunan tempe, seperti tempe berbumbu dengan berbagai varian rasa. Perguruan tinggi seperti IPB dan ITB pun ikut cawe-cawe mendorong pembuatan tempe yang lebih berkualitas. Namun tak dapat dipungkiri masih banyak masalah yang dihadapi. Masalah-masalah ini antara lain meliputi rendahnya produksi kedelai, mahalnya harga kedelai, dan ketergantungan pada impor kedelai. Rendahnya produksi kedelai sangat terkait dengan luas lahan tanam kedelaiyang terus berkurang akibat alih fungsi lahan, benih kedelai yang bersifat higroskopis menyebabkan kedelai mudah mengalami penurunan daya tumbuh karena kulitnya yang tipis. Ketergantungan Indonesia pada kedelai impor masih tinggi. Harga kedelai di Indonesia sangat bergantung pada harga dan pasokan di pasar internasional sehingga fluktuasi harga atau turun naiknya harga sering terjadi. Indonesia masih mengimpor sekitar 80-82 persen pasokan kedelainya. Beberapa negara pemasok kedelai ke Indonesia pada tahun 2023 adalah: Amerika Serikat, Kanada, Brasil, Argentina, Malaysia. Selain itu juga beberapa faktor bencana alam kekeringan dan banjir, Keterbukaan ekonomi dan perdagangan bebas, masih sangat berpengaruh.

Di luar negeri sekelompok anak muda dari Indonesia, Inggris, Italia dan Hong Kong mendirikan “Better Nature” pada tahun 2018. Dari markas mereka di London, Better Nature, mulai menjual tempe ke pasaran Inggris dan Eropa pada 2020. Mayoritas tempe yang mereka buat adalah tempe siap saji dalam kemasan yang telah dibumbui, sehingga bisa langsung dihangatkan dengan microwave atau alat-alat pemanas lain yang dimiliki di rumah. Bagaimana dengan di Indonesia apakah memang tempe di luar negeri lebih bernilai dari pada di negeri sendiri?

Tinggalkan Balasan