Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
Bermula dari berbagi berita dan cerita lewat grup WA antara kawan-kawan lama ketika dulu duduk dibangku kuliah di Akademi Gizi.
Genap 50 tahun sudah kami menjalin persahabatan sejak masuk kampus di Hang Jebat III kebayoran Baru Jakarta. Kala itu Akademi Gizi merupakan satu-satunya yang didirikan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan yang kini beralih nama menjadi Politeknik Gizi. Sekarang sudah banyak berdiri baik swasta maupun pemerintah yang tersebar hampir di seluruh Indonesia untuk mencetak tenaga teknis yang menyandang gelar vokasi D3.
Alumni Mahasiswa Akademi Gizi yang masuk tahun 1971 dan menyelesaikan studi di sekitar tahun 1974-1975 semua sudah memasuki masa purna tugas setelah mengabdikan diri menjalankan profesi sebagai Ahli Gizi, ada yang di instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, ada juga yang bekerja pada lembaga Internasional ataupun swasta dan juga pengusaha.
Meskipun sudah pensiun dan sudah memasuki lanjut usia atau lansia, bermukim di berbagai daerah, tetapi hubungan kami tetap akrab karena terikat dalam wadah yang dinamai AKZI’71 kependekan dari Akademi Gizi tujuh puluh satu.
AKZI’71 ini terbentuk ketika beberapa alumni berkumpul di rumah seorang teman usai menghadiri reuni Akbar memperingati usia Akademi Gizi memasuki tahun ke 66
Nama AKZI’71 dipilih bukan hanya sekedar akronim atau singkatan dari Akademi Gizi tahun 1971, tetapi mengandung makna lain yaitu Aktif, Kreatif, Selalu penuh dengan Inisiatif.Juga dimaknai dengan aksi atau melakukan tindakan nyata yang membawa manfaat bagi sesama alumni dan masyarakat seperti membantu teman-teman yang dalam kesusahan atau menyantuni anak yatim piatu dan kaum dhuafa.
Beberapa alumni memang masih aktif sebagai dosen atau tenaga Ahli dan konsultan, sebagian lagi menjadi “Peternak Teri” singkatan dari pengantar anak dan istri atau suami.
Kreatifitas-kreatifitas mereka muncul dalam berbagai bentuk. Itu tampak jika ada pertemuan temu kangen suasana selalu meriah dan gembira karena ulah dan tingkah teman-teman yang berkreasi menyajikan acara-acara yang menarik hati.
Demikian juga selama masa pandemi Covid-19 ini yang membatasi mobilitas dan memaksa para lansia tinggal di rumah karena tergolong kelompok rentan yang mudah terpapar virus berdaya tular tinggi serta sering menghantar banyak orang mudik menghadap Sang Khalik.
Selama tinggal di rumah tidak membuat para lansia AKZI’71 ini menjadi pasif ataupun berputus asa. Silaturahmi tetap dijaga lewat sapaan yang akrab penuh semangat dan saling mendoakan padat mengisi WA sejak dini hari hingga menjelang naik ke peraduan. Lebih dari itu lahir keterampilan baru dalam dunia literasi mewujudkan perasaan hati lewat pantun dan puisi. Bagaikan gayung bersambut pantun yang satu di balas dengan pantun yang lain, muncul satu puisi disusul puisi yang lain.
Tapi kreativitas yang satu ini bermula dari bincang-bincang yang diposting di WA, memunculkan ide untuk membuat tulisan-tulisan tentang Gizi namun tidak dituangkan dalam bentuk artikel yang seperti biasa dilakukan. Tetapi bercerita tentang Fungsi dan manfaat zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan dan bahan makanan atau yang dikenal dengan Functional Foods alias makanan fungsional.
Kini hasrat berbagi informasi untuk membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya ilmu gizi yang terkait dengan peran makanan dan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan menjaga kesehatan dan kebugaran badan, mulai terwujud.
Puisi Akrostik bait maupun larik sebagai karya cipta para alumni AKZI’71 ini mulai dilahirkan. Tujuannya memanfaatkan waktu dan membunuh kebosanan sambil mengamalkan ilmu pengetahuan. Didalamnya terkandung hasrat untuk membuka wawasan masyarakat tentang makan dan bahan makanan yang menyehatkan. Asumsinya harus ada sesuatu yang disajikan lain dari pada yang sama. Jika orang membaca artikel tentang Gizi yang diurai dalam kalimat yang terkadang panjang dan lebar sering menjadi hal yang membosankan. Namun jika membaca puisi dan pantun berisi informasi Gizi, selain singkat juga akan lebih cepat dipahami dan dihayati.
Dalam melahirkan pantun dan puisi ini juga terjadi proses saling belajar, memicu otak kanan yang berfungsi mengembangkan imaginasi serta dapat menangkal kepikunan.
Cita-citanya himpunan puisi ini dapat dikemas menjadi suatu Anthologi atau bunga rampai Gizi yang diterbitkan untuk memperkaya hazanah perbendaharaan pengetahuan tentang Gizi praktis yang bermanfaat bagi masyarakat dan generasi muda insan Gizi masa mendatang.