Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
Di peringatan hari kemerdekaan RI ke 74 tema menciptakan “SDM UNGGUL INDONESIA MAJU” dicanangkan pemerintah, gaungnya berkumandang di seantero pelosok bumi Nusantara.
Hampir dua tahun sudah berbagai upaya dilakukan untuk mewujud nyatakan niat mempersiapkan Indonesia yang maju dengan SDM yang unggul agar dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia serta mampu bersaing di era globalisi dan era digitalisasi.
Titik awalnya tentu harus dimulai dari membangun sumberdaya manusia secara dini, dibarengi mengasah dan meningkatkan keterampilan dan kecerdasan SDM yang ada saat ini.
Pembangunan SDM dini merupakan upaya menjamin kualitas siklus hidup yang merupakan rangkaian upaya menjaga kualitas hidup kelompok rentan dimulai dari janin dalam kandungan ibu hamil, bayi, balita, anak usia sekolah, remaja terutama yang perempuan karena merupakan calon ibu, wanita usia subur, dan pasangan usia subur.
Kelompok rentan ini punya kebutuhan dan resiko. Jika kebutuhan tidak terpenuhi tentu resiko yang bakal dialami.
Untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan, harus tersedia manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang sehat berumur panjang, cerdas terdidik dan berahlak, serta punya akses terhadap hidup layak.
“Kondisi ini yang harus dijaga betul, jangan sampai ada stunting, jangan sampai ada kematian ibu, kematian bayi yang meningkat, tugas besar kita ada di situ,” itu ujar Presiden Jokowi.
Memang saat ini Indonesia diperhadapkan dengan beban ganda bahkan cenderung menjadi tripel. Masalah gizi makro berupa kurangnya energi dan protein belum juga tuntas ditangani, kini sudah muncul masalah gizi mikro karena kurangnya asupan zat-zat gizi seperti vitamin A, asam Folat, zat besi Iodium dan zinc/seng. Kekurangan zat gizi mikro ini dikenal dengan istilah hidden hunger atau kelaparan tersembunyi. Masalah yang dihadapi kini ditambah lagi dengan kelebihan berat badan yang terus merambat naik, yang dikenal dengan Obesitas. Jika terjadi pada anak-anak kesehatannya bisa suram ketika dewasa nanti, karena terancam penyakit degenerative seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes dsb.
Selain itu kebijakan tentang program Gizi pada tataran pengambil keputusan nampaknya sampai saat ini masih terlilit oleh kepercayaan dan pemahaman kurangnya energi dan protein yang jadi masalah utama penghalang untuk membentuk SDM yang berkualitas. Sehingga program-program perbaikan Gizi masih berbobot pada penanggulangan kekurangan protein dan energi.
Namun kenyataan yang sebenarnya pendulum masalah telah bergeser kearah kekurangan Gizi mikro yang mengintai masa depan generasi bangsa.
Kekurangan Gizi mikro berdampak lebih parah, lebih dari hanya fisik anak terpengaruh namun jauh ke masa depan masalah keterbelakangan intelektual dan mental akan menghadang. Jika sudah demikian bagaimana mutu SDM diwujudkan untuk mendorong Indonesia yang maju. Persaingan di era globalisasi dengan kemajuan teknologi tinggi yang semakin pesat, semakin menuntut SDM yang juga berkualitas tinggi. Dengan demikian generasi masa depan dapat mensejajarkan diri dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Mengatasi stunting itu penting, namun ada masalah wasting yang tidak bisa diremehkan. Suatu kondisi berat badan anak turun, sangat kurang, bahkan jauh di bawah rentang ukuran normal ini harus lebih diwaspadai.
Dalam tataran dunia Internasional Indonesia masih ada pada kisaran angka prevalensi wasting yang tinggi. Itu dinyatakan para pakar Badan Kesehatan Dunia.
Adapun dalam hal zat gizi mikro, banyak yang secara alami tidak tersedia atau kurang tersedia dalam bahan makanan atau minuman bahkan hilang dalam pengolahan. Karena itu perlu juga upaya mengembalikan suatu zat gizi yang hilang dalam proses pengolahan makanan atau minuman.
Karena itu upaya-upaya pengayaan bahan makanan sehari-hari tetap harus ditingkatkan. Ada dua pendekatan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi mikro dalam situasi di mana konsumsi makanan tidak dapat mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral. Pertama ada pendekatan berbasis pangan dengan Fortifikasi makanan dan biofortifikasi, dan bantuan pangan atau makanan tambahan. Kedua adalah pendekatan berbasis non-pangan dengan menggunakan suplementasi pil atau kapsul vitamin dan mineral.
Ada banyak ragam bahan makanan seperti garam, tepung terigu, minyak kelapa sawit yang dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan zat gizi mikro.Tujuan utamanya untuk membantu memastikan anak-anak, maupun orang dewasa, mendapat asupan gizi yang memadai.
Untuk suplemen khusus pemberian kapsul vitamin A untuk bayi dan balita, tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja putri, serta makanan tambahan atau PMT untuk balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil.
Begitu juga persalinan yang aman ditolong oleh tenaga kesehatan, tumbuh kembang anak terpantau dengan seksama, pendidikan dasar untuk semua yang merata serta terpenuhinya hak-hak anak untuk berkembang secara optimal perlu tetap digalakkan. Empat Pilar Gizi seimbang yaitu konsumsi makanan bervariati, aktif beraktivitas, menjaga kebersihan diri dan menjaga berat badan normal harus tetap diterapkan.
Hal ini tidak mudah memang menuntut pengertian dan komitmen banyak pihak tidak hanya dari kalangan masyarakat tetapi juga pihak produsen dan pengusaha serta para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan.
Karena itu penting berbenah diri mengatasi masalah stunting, wasting, serta membangun sumberdaya manusia dini sambil juga meningkatkan keterampilan dan mengembangkan intelektualitas sumber daya manusia yang ada.
Tak akan ada rasa memiliki dan semangat mencintai hasil cipta karya anak negeri ini yang tinggi jika anak-anak mengalami masalah gizi mikro secara nasional. Itulah pentingnya membangun SDM secara dini.
Upaya harus tetap dilakukan dengan tiada henti, Nawa cita ke tiga Djokowi membangun Indonesia dari daerah pinggiran dan desa harus lebih diintensifkan terutama membangun SDM di desa, karena masalah kurang gizi yang masih pada anak-anak desa masih tinggi.
Suatu upaya yang harus terus menerus dilakukan, upaya “from conception to death” sejak dibentuk di dalam perut sampai menjelang masuk ke usia senja.