Jika seseorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak mudah percaya pada informasi sebelum memastikan atau memverifikasi, mampu memisahkan fakta dan opini, mampu menganalisis dan menarik kesimpuan berdasarkan alasan dan bukti yang kuat, dikatakan orang itu sebagai seseorang yang berpikir kritis.
Berpikir kritis itu penting, terutama di era digitalisasi ini yang marak dengan berbagai berita dan informasi di hampir segala bidang lewat media sosial. Ini guna menghindari pengambilan Keputusan yang salah. Dengan berpikir kritis dapat dengan pasti membuat keputusan yang lebih rasional. Karena itu berpikir kritis merupakan suatu proses intelektual yang aktif. Seseorang yang secara sadar dapat mengevaluasi kualitas pemikirannya sendiri yang mencakup kemampuan untuk menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi dan argumentasi.
Berpikir kritis memang membantu dalam menganalisis masalah dan informasi secara lebih mendalam. Masalah dengan mudah diidentifikasi, dianalisis penyebabnya, lalu dicari solusinya yang tepat. Orang yang berpikir kritis mampu menyampaikan ide-ide atau pemikiran, pendapat dengan lebih jelas, logis dan persuasif. Pemikiran yang logis dan persuasif merupakan cara berpikir yang menggunakan logika untuk mendukung pendapat, pemikiran atau ide yang mudah memengaruhi orang lain. Karena pemikiran logis merupakan proses berpikir yang terstruktur, mengevaluasi fakta dan bukti untuk mendapatkan kesimpulan yang masuk akal, melakukan analisis masalah, mempertimbangkan berbagai perspektif, merumuskan solusi yang masuk akal, menerapkan penalaran deduktif, induktif, kausal, dan analogis dan memastikan temuan didasarkan pada data yang dapat diverifikasi.
Asumsi diartikan sebagai dugaan atau anggapan yang diterima sebagai dasar berpikir karena dianggap benar, meskipun belum terbukti kebenarannya. Penilaian bias adalah kecenderungan untuk menilai isyarat, situasi, hal yang bermakna ganda atau multitafsir. Penilaian bias adlah kecenderungan untuk menilai isyarat, situasi, hal yang bermakna ganda atau multitafsir.
Sedangkan persuasif merupakan suatu proses menggunakan logika dan penalaran untuk mendukung pendapat dan membantah atau menunjukkan alasan-alasan logis untuk memengaruhi orang lain, berdasarkan informasi dan fakta sebagai bahan persuasi berkaitan dengan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan dari orang yang dipengaruhi, dan menyentuh sisi emosional para pendengarnya (audiens).
Berpikir kritis dapat dilatih dengan cara melakukan identifikasi masalah, mengumpuylkan informasi dan mengevaluasi data. Selain itu juga bisa dengan bertanya, berdiskusi dan memecahkan masalah. Untuk mengidentifikasi masalah bedakan dahulu antara fakta, asumsi dan penilaian bias. Jika itu sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi atau peristiwa yang dapat dibuktikan kebenarannya melaui bukti-bukti nyata atau sumber yang dapat dipercaya maka itu adalah fakta. Ini bersifat obyektif dan tidak bergantung pada pendapat subyektif atau pribadi.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan cara berpikir kritis adalah kumpulkan informasi berdasarkan data dari berbagai sumber yang berbeda dan valiud serta bisa dipertanggungkjawabkan. Kemudian analisis data yang dihimpun. Lalu evaluasi data untukmenentukn relevansi atau keterkaitan data dan apakah jawaban yang didapat sudah cukup. Hal lain yang dapat dilakukan adalah berani bertanya baik pada diri sendiri maupun orang lain. Seperti kata Albert Einstein: “Yang penting jangan berhenti bertanya. Rasa ingin tahu punya alasan tersendiri untuk ada.”
Berdiskusi pun merupakan hal yang baik untuk dilakukan sehingga mendapatkan umpan balik serta memahami sudut pandang orang lain tentang informasi yang didapat. Dapat dilanjutkan pula dengan membaca bukuy untuk memperluas wawasan dan pengetahuan serta melatih diri memecahkan masalah dengan cara logis. Untuk melatih diri berpikir kritis ada anjuran untuk menggunakan permainan seperti catur, sudoku dan board games.
Di negara maju semisal di Amerika Serikat ‘pemikiran kritis’ dipampangkan dalam pernyataan misi sekolah di seluruh negeri. Dari sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Itu suatu bentuk komitmen yang dinyatakan untuk menumbuhkan pemikir kritis, dan menghayati pentingnya keterampilan berpikir kritis yang dicari oleh para pemberi kerja pada calon pemberi kerja. Namun, sejauh mana sekolah, guru, dan kurikulum benar-benar mencapai tujuan untuk mengembangkan pembelajar seumur hidup yang berpikir kritis di Indonesia? Terlebih kritis dalam menangkal terpaan media sosial yang semakin menderas menyusup di sendi-sendi kehidupan.
Mengutip kata-kata Bell Hooks yang terlahir dengan nama Gloria Jean Watkins, seorang profesor di Berea College, Kentucky, pendiri Bell Hooks Institute untuk mengembangkan program feminis : “Berpikir kritis mengharuskan kita menggunakan imajinasi, melihat sesuatu dari sudut pandang lain, dan membayangkan kemungkinan konsekuensi dari posisi kita.” Begitu pula Carol Wade seorang penulis dan pendidik untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia, berujar:“Orang bisa sangat cerdas, telah mengikuti kursus berpikir kritis, dan menguasai logika luar dalam. Namun, mereka mungkin hanya menjadi pendebat yang pintar, bukan pemikir kritis, karena mereka tidak mau melihat bias mereka sendiri.” (Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom).