Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
“Happy Valentine….Happy Valentine….” riuh celoteh di Ruang pesta itu. Nuansa pink mewarnai suasana penuh ceria. Memang Valentine day selalu jadi moment penuh gembira di setiap bulan Februari. Suasana semakin meriah ketika tiba waktu bertukar kado. Kado yang kupilih, sudah kubungkus rapi dengan kertas kado merah muda. Pembawa acara meminta semua orang berdiri membuat lingkaran. Masing-masing diminta meletakkan kadonya didepan kaki masing-masing.
Musik mulai diputar, dan kami diminta berjalan berkeliling ke arah jarum jam. Ketentuannya ketika musik berhenti, kami semua juga harus berhenti. Tepat menghadap kado di depan kaki masing-masing, dan itu jadi miliknya. Musik mulai diputar, langkahku sengaja kutahan-tahan agar nanti berhenti tepat di kado si dia. Begitu inginnya aku mendapat kado miliknya. Akan kusimpan dan jadi kenang-kenangan tak terlupakan. Demikian juga harapanku semoga si dia mendapatkan kadoku. Tak ada tanda-tanda musik akan berhenti. Langkah semakin berat di diseret-seret. Hati sedikit harap-harap cemas untuk bisa berhenti tepat di kado si dia. Juga aku berharap si diapun akan berhenti dihadapkan kado milikku. Ketika tiba-tiba musik berhenti, semua dengan suara riuh bergegas berdiri tegak menghadapi kado dihadapannya. Aku hanya tersenyum kecut menatap kado dihadapanku.