Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
Sadar sesadarnya bahwa hidup ini milik Khalik Sang Pencipta. Dia yang memberi Dia pula yang mengambil dan manusia dari debu akan kembali ke debu.
Dalam ziarah perjalanan di dunia ini, peristiwa demi peristiwa kita hadapi. Menuruni lembah duka atau menikmati bukit kebahagiakan kita alami dari hari kehari. Memang Tuhan tidak pernah berjanji langit akan selalu biru atau samudra perjalanan hidup tanpa badai gelombang masalah menerpa. Tetapi yang pasti Dia akan menyertai umat yang dikasihi melewati semua ragam pencobaan.
Lebih dari 25 tahun Tuhan mengizinkan kami bersahabat, bekerja bersama dan menjalin silaturahmi dalam hari-hari senggang kami di kala menikmati hari diuar tempat bekerja.
Seperempat abad bukan waktu yang singkat. Waktu yang kami jalani bersama. Ketika memasuki masa purna tugas kami tetap masih mempererat tali silaturahmi dengan sesekali menggelar acara temu kangen.
Dikala badai pandemi menerpa, kami harus dipaksa berpisah. Hanya doa lewat piranti teknologi yang dapat kami gunakan untuk berkomunikasi setiap pagi. Tak ada lagi tatap muka yang dapat melihat sumringahnya sinar bahagia yang memancar membersit dari sela-sela keriputnya kulit wajah.
Kini berita duka datang silih berganti diiringi ucapan innalliahi, Rest In Peace, semoga khusnul khotimah, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan. Semuanya dilantunkan sebagai tanda turut berbela sungkawa dalam berselancar di WA.
Satu persatu sahabat itu harus memenuhi panggilan Illahi di masa pandemi ini. Mereka berpulang keharibaan Sang Pencipta, meski lewat cengkraman mahluk kecil yang diawal kemunculannya seolah diabaikan bahayanya. Hanya tatapan duka dari kejauhan mengiringi peti-peti jenazah yang perlahan-lahan diturunkan ke dalam liang lahat.
Tahun berganti, hari-hari datang dan pergi, kami dirundung penantian penuh ketidak pastian. Pandemi seakan tak berujung, kapan badai akan berhenti seolah mengikis harapan membuat miris perasaan. Namun jika Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi pasti Dia punya maksud. Kadang memang tak mudah untuk dimengerti. Tapi kami percaya waktu Tuhan yang terbaik. Pandemi ini harus dilalui dengan usaha dan tawakal.
Selamat jalan sahabat, kelak di suatu saat nanti kita kan jumpa lagi