Abraham Raubun. B.Sc, S.Ikom
Dalam situasi pandemi Covid-19 ini tentu banyak hal yang dialami. Ada pengalaman yang pada umumnya menyedihkan. Ada juga yang menyenangkan bahkan menggelikan mengundang tawa.
Memang Covid-19 ini termasuk dalam keluarga besar Coronavirus yaitu keluarga besar dari berbagai virus yang sudah lama berada dalam kehidupan manusia. Beberapa di antaranya menyebabkan flu biasa pada manusia, yang lainnya menyebabkan batuk dan gangguan pernapasan ringan.
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit yang muncul disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona.
Krisis COVID-19 saat ini tentu tidak akan jadi yang terakhir tetapi hal ini membuat manusia belajar banyak hal sekaligus memanfaatkan berbagai ilmu dan pengetahuan yang telah kita dapatkan dari sejarah Coronavirus ini, serta pengalaman untuk bertahan hidup dan bersiap untuk bangkit kembali setelah wabah ini mereda.
Dalam situasi saat ini kata kuncinya adalah bangkit melawan. Tetapi masalahnya tidak semudah itu. Musuh yang dihadapi kasat mata, dia ada dimana-mana. Dia menyerang siapa yang lengah. Tak pandang tua atau muda, tak peduli pejabat atau pegawai biasa, siapapun dia si miskin maupun si kaya.
Dia menerjang orang yang mengabaikan pertahanan dan perlindungan tubuh. Kekuatannya menjadi berlipat ganda ketika menyatu bersama-sama dikala inangnya yaitu manusia berkerumun tanpa jarak. Dia menyelinap masuk ketika manusia tidak menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Menerobos masuk melalui hidung, mata, mulut, tenggorokan dan bersemayam dalam paru-paru. Mahluk kecil ini memang punya kelebihan beralih rupa dari waktu ke waktu bermutasi disebut para Ahli. Itulah sifat kodratinya yang sulit dilawan tetapi bukan hal yang mustahil untuk dihindarkan.
Dalam situasi pandemi berkepanjangan ini, imbauan untuk berdampingan hidup sehat bersama Corona itu nampaknya yang harus dijalani dalam kemasan kata “new normal.” Karena sejatinya musuh terbesar ada dalam diri manusia sendiri.
Manusia harus dapat mengalahkan rasa tidak percaya bahwa Corona ada Ketika tidak percaya mahluk ciptaan Tuhan ini ada lalu berbuat nekat karena merasa diri kuat. Manusia harus dapat mengalahkan rasa malas dan abai menerapkan protokol kesehatan. Melengkapi diri tidak secara lahiriah saja tetapi juga batiniah. Tawakal, doa dan usaha.
Meningkatkan rasa syukur setiap saat atas semua anugerahNya, entah itu dalam keadaan susah maupun senang.
Betapai tidak, lihat saja talenta-talenta yang berkembang dalam situasi yang terjepit ini. Ketika oksigen sulit di dapat muncul ide kreatif, memanfaatkan alat sederhana yang biasa digunakan dalam aquarium menyediakan udara bagi Ikan. Aerator dipadu dengan botol dan air dalam kemasan maka jadilah oksigen yang dibutuhkan. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan, timbul kreatifitas di berbagai bidang. Ketika banyak orang yang harus bekerja di rumah waktu bersama keluargapun bertambah. Ketika dulu tidak terlalu sering saling menyapa, kini doa dan canda selalu dilayangkan ketika berselancar di media WA. Lihatlah begitu banyak orang yang peduli kepada sesama tanpa memandang ras, bangsa, dan agama semua ditolongnya.
Dibalik musibah yang dialami, begitu banyak pula hikmah yang sebenarnya dinikmati. Ini tidak lepas dari sifat Maha Adilnya Sang Illahi. Kita tahu semuanya ini, tetapi mengapa masih abai?