Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
Perkembangan era digitalisasi berlari dengan sangat cepat. Seakan berpacu dengan helaan napas. Varian produk berbasis teknologi canggih yang baru diluncurkan tak bertahan lama. Tergantikan oleh inovasi mutahir dengan menawarkan beragam kelebihan silih berganti.
Situasi ini membawa implikasi dan konsekuensi tersedianya sumber daya manusia (SDM) handal berkualitas di semua aspek kehidupan untuk menghadapinya.
Lalu bagaimana dengan anak negeri tercinta ini?
Tiga masalah serius masih menghadang. Kekurangan zat gizi makro yang melibatkan protein dan energi belum lagi tuntas diatasi. Berbarengan dengan itu masalah kekurangan zat gizi mikro terkait vitamin dan mineral sudah berbaur harus ditangani. Tidak sampai di situ, kini kasus-kasus berat badan berlebih yang dikenal sebagai obesitas merambat naik menyasar anak Dan kaum remaja.
Masalah ini jika tidak ditangani dengan baik akan membawa bahaya laten bagi kualitas generasi masa depan. Kekurangan zat-zat Gizi esensial dalam waktu lama dampaknya jelas. Tidak saja pertumbuhan fisik yang terhambat juga mental dan intelektual anak. Peluang munculnya penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes semakin besar.
Menghadapi masalah gizi ini tak urung pemerintah memacu upaya berfokus pada percepatan penurunan angka prevalensi stunting. Terjadinya kekurangan Gizi berkepanjantan pada kurun 1000 hari pertama kehidupan anak harus di cegah.
Para pakar Gizi menganjurkan upaya ini harus dimulai dari dalam rumah dan lingkungannya. Tiga pendekatan ditawarkan, terapkan Gizi Seimbang, Manfaatkan Lahan Pekarangan dan Ikuti Pesan Sehat.
Pekarangan dapat menjadi penyedia bahan pangan sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin dan mineral (sayur dan buah). Juga tanaman obat, serta beternak sumber protein hewani. Konsep ini pernah mewarnai program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Bahkan masih menjadi bagian Utama dalam 10 program pokok Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Di dalam rumah kecukupan
zat gizi utama bagi anak di bawah umur tiga tahun dan perempuan 19-29 tahun dari beragam bahan makanan harus diberikan. Ini merupakan kelompok-kelompok rentan dalam siklus hidup (life cycle) yang punya kebutuhan dan resiko.
Kunci keberhasilannya tentu harus didukung oleh tingkat kepatuhan mengikuti pesan sehat. Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sudah dikembangkan sejak lama. Terapannya termasuk dalam lingkungan sekolah dasar lewat program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), suatu upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing anak untuk menghayati, menyenangi, melaksanakan prinsip serta berperilaku hidup sehat dalam kehidupan.
Untuk melihat hasil semua usaha yang dilakukan mulai dari dalam rumah dan likungannya juga sudah tersedia. Mulai dari ukuran tinggi badan anak balita sesuai dengan umurnya, contoh stimulasi tumbuh kembang anak, contoh menu, serta cara pembuatan pupuk kompos dan pembasmi hama dan penyakit tanaman secara alami.
Tinggal lagi menentukan sikap. Bukan bisa atau tidak tetapi mau atau tidak melakukannya dengan sunguh-sungguh.